Genta celingak-celinguk waktu liat di sebelahnya ga ada orang. Ini masih jam 7 pagi, mustahil banget Juna udah bangun libur-libur begini.
Waktu Genta turun dari kasur dia ga sengaja nginjek 'sesuatu'. Eh pas diliat taunya Juna ketiduran di karpet.
"Gini nih kalo kebiasaan jadi gembel, ada kasur bagus malah tidur di lantai" cibir Genta
Waktu Genta mau bangunin Juna biar tu anak ga masuk angin gegara tidur di lantai, dia malah liat kertas yang ga jauh dari tangan Juna.
Genta mengambil kertas itu dan membacanya. Ia sedikit memicingkan matanya karena penglihatannya kurang bagus kalau baru bangun tidur.
Sewaktu ia membaca kertas itu, ternyata itu surat yang ditinggalkan Lentera untuk sahabatnya ini. Ia hanya membaca kalimat pertama. Setelah itu ia menaruhnya kembali karena berfikir ia tidak berhak membaca surat itu.
Genta menatap Juna yang masih tertidur dengan tatapan kasihan.
"Jun Jun... Gini amat sih nasib lu..." Gumamnya.
Tangan Genta bergerak untuk membangunkan Juna dan menyuruhnya pindah ke kasur. Lelaki itu hanya menggeliat tak nyaman dan menyambung tidurnya seolah tanpa gangguan.
"Bangun bre. Pindah"
Juna tidak bergeming.
"Sumpah ya, Jun! Ya kali lo gw selimutin?! Udah macem novel bxb aja lama-lama! Bangun siiii! Aelah!" Genta terus mengguncang tubuh Juna hingga lelaki itu mau tidak mau terbangun.
"Ganggu aja sih!" Protesnya.
"Ya bangun atuh! Ntar lo masuk angin, yang repot siapa?" Ucap Genta sewot.
"Ya bukan lo ini, kan?!"
"Ya iya sih hehe... Ck! Malah ngajak gelud, buruan naek"
Walaupun setengah kesal, toh akhirnya Juna tetap naik ke atas kasur seperti apa yang diperintahkan oleh Genta. Dalam diamnya, Genta menyadari wajah Juna terlihat lebih... layu(?) intinya seperti tidak ada semangat sama sekali.
Genta memutuskan untuk mandi terlebih dahulu. Baru setelah itu ia pergi ke bawah untuk mencari makanan karena perutnya sudah meminta untuk diisi.
"Eh! Kak Pesona~" sapa Genta sambil tersenyum jahil.
"Apa lo?!" Jawab Pesona galak.
"Astaga, kak... Galak banget, masih pagi loh!" Cibir Genta yang setengah kesal.
Pesona langsung nyengir kuda seolah puas mengerjai teman adiknya itu.
"Makan sana, Ta." Titah Pesona sambil menunjuk meja makan.
Genta mengangguk, lalu ia mengambil nasi lengkap dengan lauknya. Setelah itu ia duduk di sebelah Pesona yang tengah menonton Drama Korea.
"Éta téh yang namanya Lee Minho téa nya'?" Genta menerka.
Pesona langsung membulatkan matanya "KOK TAU?!"
Genta tersenyum bangga "Ya tau atuh, masa sama kembaran sendiri ga tau."
Pesona dari (≧▽≦) jadi (ー_ー)
"Ngomong-ngomong, Kak Asu gapapa?" Tanya Genta sambil terus mengunyah.
"Kayaknya masih shock, dia ga keluar dari malem" jawab Pesona yang sedikit sedih mengingat keadaan kedua kakak dan adiknya yang sama-sama menyedihkan.
Walaupun tidak memiliki hubungan darah apapun, Jingga sudah menganggap Lentera sebagai adiknya sendiri. Dan pastinya semua perasaannya itu sulit tergambarkan begitu sosok adiknya direnggut oleh kenyataan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable [END]
General Fiction[Ineffable Universe Phase 1] "I always grateful for everything I have. Home, job, friends- -and also you." -Pradipta Jingga Danendra