+4 - PARENTING

431 44 0
                                    

Tanggal kelahiran putri pertama Jingga dan April tinggal menghitung hari. Dan karena itu pula, April harus tinggal di rumah Papa Agung agar perempuan itu aman hingga hari kelahiran tiba.

Jingga sudah tidak pernah meninggalkan ponselnya lagi. Ia bahkan selalu mengecek ponselnya setiap 5 menit sekali karena takut April menelfonnya atau mengiriminya pesan.

Rumah Papa Agung sudah dibangun lift sejak kandungan April 6 bulan. Jadi kalau April lagi main di rumah, terus pengen naik ke lantai atas, udah ga harus naik tangga lagi. Emang deh menantu kesayangan.

"Papa lagi liat apa?" Tanya April sambil duduk di sebelah Papa Agung yang sedang melihat lihat album foto keluarganya.

"Ini... Jingga tuh sering banget ngirimin foto buat dicetak, jadi Papa mau nempelin semuanya" ucap Papa Agung sambil tersenyum.

"Itu mama ya, Pa?" Tanya April sambil menunjuk wajah Ellyana yang tersenyum dengan cantiknya.

"Itu mama ya, Pa?" Tanya April sambil menunjuk wajah Ellyana yang tersenyum dengan cantiknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Iya, itu waktu Papa kencan pertama kali" ucap Agung sambil tersenyum tipis.

"Oh ya? Papa sama Mama dulu kalo pacaran kemana?" Tanya April lagi.

"Hmmm... Seringnya sih ke Ancol. Terus kadang ke stadion juga nonton bola. Dia ini maniak banget urusan olahraga, makanya Papa sering ngalah nemenin dia nonton pertandingan apapun. Kita juga sering ke pameran pameran lukisan atau foto gitu, soalnya-"

"Mama suka lukisan sama foto ya?" April melanjutkan.

"Kok kamu tau?"

"Tau dong, papa kan mirip banget sama mas Jingga. Apapun yang disuka sama pasangannya pasti diturutin. Ya kan??"

Agung tertawa "Kayaknya sifat papa yang satu itu emang menurun ke Juna sama Jingga"

Sebenarnya Jingga, Pesona dan Juna itu punya beragam sifat turunan dari kedua orang tuanya. Misalnya aja Jingga lebih suka belajar kayak Papa, tapi pengertian kayak Mama. Terus Pesona yang suka dunia perbisnisan kayak papanya, dan moody-an persis mamanya. Nah, kalau Juna... Dia tuh kerasa kepalanya udah sebelas-duabelas sama Papa Agung, ditambah dia ga seneng belajar alias lebih milih panas-panasan di lapangan atau ngegenjreng gitar sampe kuku panas dibandingkan belajar ilmu pasti atau ngitung-ngitung ga jelas-kayak mama.

Dan karena sifat mereka yang beragam itu pula, Agung dan Ellyana harus punya banyak metode untuk mendidik ketiga anaknya.

"Papa pernah kesusahan ga sih waktu ngerawat anak-anak papa?" Tanya April yang khawatir tidak bisa menjadi ibu yang baik bagi anaknya ini.

"... Sebenernya kalau boleh jujur, papa justru hampir ga ngerasain gimana ngerawat anak-anak dari kecil. Papa dari dulu selalu sibuk kerja, jadi cuma Ellyana yang nemenin anak-anak... Dan kalau diinget-inget, papa jadi nyesel karena ngelewatin masa-masa itu." Ucap Agung sambil memandangi foto Ellyana bersama tiga anaknya.

Ineffable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang