5 - KEBETULAN

681 98 11
                                        

Kring!!!! Kring!!!! Kring!!!!

Tangan Jingga bergerak untuk mematikan jam wekernya. Ia benar-benar hanya tidur kurang dari tiga jam.

Penampilannya pasti berantakan nanti.

Dengan langkah sedikit sempoyongan, Jingga melangkah menuju kamar mandi. Namun ia tiba-tiba menyadari sesuatu.

Baju kotornya sudah tidak berserakan di lantai.

Namun sedetik kemudian dia mengangkat bahunya acuh. Mungkin ia tidak sadar sudah memasukan bajunya ke dalam keranjang baju kotor, begitu asumsinya.

Setelah mandi, berpakaian dan sarapan, Jingga segera melesat menuju rumah sakit untuk melakukan briefing.

Sesampainya di rumah sakit, Jingga segera masuk ke dalam lift sembari memberikan salam pada beberapa staff rumah sakit yang tengah bekerja.

Di dalam lift Jingga langsung menyandarkan dirinya di dinding lift. Ia sangat mengantuk hingga tubuhnya seperti mengalami darah rendah.

Ting!

Pintu lift terbuka, Jingga mengintip sedikit untuk melihat dilantai berapa ia berada. Ternyata ada yang ingin masuk.

"Lemes banget lo, Jing, kayak ga makan setaon aja"

Jingga mengabaikan ucapan Mentari karena sangat lelah.

"Lo kenapa sih? Pucet banget mukanya kek mayat" ucap Mentari sambil menyentuh dahi Jingga.

"Lo demam, Jingga!" Mentari memekik begitu merasakan suhu tubuh Jingga yang tak biasa.

Jingga menepis tangan Mentari "Gw gapapa, cuma kurang tidur."

Mentari menatap Jingga khawatir "Ada waktu satu jam buat briefing. Lo bisa pake buat tidur, gw aja yang handle briefing nya. Jangan lupa minum obat penurun panas dari kotak P3K"

Jingga mengangguk menurut.

"Thanks ya, Tar"

Ting!

Pintu lift terbuka, Mentari pun menuntun Jingga ke ruangannya untuk beristirahat. Setelah memastikan Jingga meminum obatnya, Mentari kembali ke ruang rapat untuk memimpin briefing.

Jingga benar-benar memanfaatkan waktunya untuk tidur selama satu jam. Ia bahkan mengaktifkan mode silent agar tidak ada gangguan.

Lalu tidur nyenyaknya terganggu dengan suara ketukan dari arah pintu. Jingga sedikit mengubah posisi tidurnya, namun ia masih terlelap.

Mentari -si pelaku utama dari gangguan tersebut- akhirnya masuk ke dalam ruangan Jingga. Ia perlahan menghampiri Jingga yang tertidur dengan kepala yang ditaruh di atas meja.

"Pak direktur, bapak ada acara charity 30 menit lagi. Alangkah baiknya bapak bangun sekarang" ucap Mentari sambil menepuk nepuk punggung Jingga.

Jingga menggeliat tak nyaman. Lalu ia memaksa untuk membuka matanya. Begitu ia mendongakkan kepalanya, Mentari langsung mengecek suhu tubuh Jingga.

"Good. Panasnya udah turun. Sekarang pak direktur udah bisa ikut acara charity! Yeayyy!!" Ucap Mentari sambil bertepuk tangan.

Melihat hal itu, Jingga langsung teringat kejadian yang pernah ia alami di sekolah Juna.

"Sekarang gw percaya lo sama Genta emang kakak adek" Cibir Jingga sambil mengusir rasa kantuknya.

Mentari hanya tertawa seolah menganggap itu sebagai pujian.

Jingga memperbaiki penampilannya sebentar sebelum akhirnya turun ke basement bersama Mentari untuk meluncur ke gereja yang tidak terlalu jauh dari rumah sakitnya.

Ineffable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang