37 - DEMI AKU

430 59 5
                                        

"Cocok ya mereka?"

Juna yang sedang menatap Selli dan Nathan dari jauh langsung tersentak saat Lentera tiba-tiba muncul di sebelahnya.

Soal pertanyaan Lentera, Juna memilih tidak menjawab. Kalau dia bilang engga, nanti Lentera mikir macem-macem, tapi kalo dia bilang iya, sorry to say, menurut Juna mereka ga cocok.

"Kamu udah minum obat?" Juna mengalihkan pertanyaan Lentera.

"Udah waktu berangkat sekolah tadi. Kamu hari ini tanding apa?"

Usaha Juna sukses membuat Lentera melupakan pertanyaan awalnya. Ya, setidaknya Juna tidak perlu susah-susah menjawab hal yang dia sendiri tidak tau jawabannya apa.

"Futsal, Ra. Nanti kamu kalo mau nonton di tempat yang adem aja ya. Kalau ga nonton juga gapapa kok, istirahat aja dikelas, takutnya—"

"Iya Junaaaaa..." Ucap Lentera sambil menangkup dua pipi Juna dan mencubitnya gemas.

Tentu saja tindakan itu membuat jantung Juna terjun bebas ke usus halus.

"Masih pagi WOE!"

Teriakan Genta sukses membuat Juna dan Lentera salah tingkah. Soalnya banyak orang yang jadi merhatiin mereka berdua, ralat; bertiga.

"Congor lu gede banget, Ta!" Desis Juna sambil meninju lengan atas Genta.

"Lagian lu berdua! Mau jadi apa bangsa kita entar kalo generasi mudanya cuma bisa bucin doang???" Ucap Genta selayaknya guru PKn yang sedang mengomeli anak muridnya. Terlebih posisi tangan Genta yang bertolak pinggang.

Tapi ucapannya tidak bertahan lama. Karena sesosok gadis berambut panjang tiba-tiba mengaitkan lengannya dengan milik Genta.

"Genta~~~ anterin aku ke kantin yuk?" Ajak Lia dengan wajah berseri-seri.

Wajah Genta yang tadinya serius bak satpol PP mendadak berubah jadi siluman pudu.

"Ayokkk~~~ kamu mau beli apa??? Biar aku yang beli~~~"

Seketika Lentera langsung tertawa dan Juna langsung menjitak dahi Genta dengan senang hati.

"MAU JADI APA BANGSA KITA ENTAR KALO GENERASI MUDANYA CUMA BISA BUCIN DOANG???"

Genta 1-1 Juna

"Ehehehe... Hampura atuh! Silahkan dilanjut bucinnya ya a', teh... Genta undur diri~" ucap Genta sambil melambaikan tangannya bak Miss Universe.

Lentera cuma bisa geleng-geleng melihat Juna yang masih memukuli Genta karena kesal. Dua lelaki itu memang unik. Dan dia adalah orang beruntung yang bisa berteman bahkan berpacaran dengan salah satu dari mereka.

"Capek batin banget punya temen kayak dia" gumam Juna begitu Genta sudah benar-benar pergi.

"Setiap kalian berantem, aku terhibur tau. Kalian tuh aneh, saling sayang tapi—"

"NAJIS BANGET SAYANG SAMA MAKHLUK ASTRAL KEK GITU!"

Lagi-lagi Lentera tertawa hingga terpingkal-pingkal. Wajah Juna sangat memeable saking tidak sukanya dengan pernyataan Lentera yang sudah pasti ada benarnya.

"Terus kalo ga sayang Genta, sayangnya siapa? Selli?"

Untuk kedua kalinya jantung Juna berasa terjun bebas. Padahal niat Lentera cuma bercanda, tapi kenapa Juna tidak bisa menanggapinya dengan candaan?

Ineffable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang