Bagian VII: Kangen?

4.8K 596 10
                                    

Hari ini adalah hari keempat aku menghabiskan waktu di rumah. Badanku terasa lebih segar daripada kemarin.

Mama awalnya heran karena aku tiba-tiba ingin meliburkan diri. Entah apa yang diceritakan Kak Dirga dan Kak Devy, Mama akhirnya mengerti dan mengizinkanku untuk libur.

Setelah kejadian waktu itu aku sama sekali tak berbicara dengan mereka berdua. Setiap mereka ingin memulai pembicaraan aku selalu menghindar. Aku juga tidak pernah mendengar kabar tentang Sana lagi.

Jujur, aku penasaran dengan semuanya. Tapi bukankah akhirnya tetap akan seperti ini? Kalaupun Kak Dirga menceritakan semuanya, tidak akan ada yang berubah bukan? Jadi aku memilih untuk tidak mengetahui apapun. Setidaknya untuk saat ini. Sampai aku benar-benar siap.

Sekarang adalah hari Minggu. Aku ingin full rebahan. Aku harus menghemat energi karena besok adalah hari Senin. Bukankah Senin selalu menjadi momok yang menakutkan bagi siswa? Begitupun aku. Setelah upacara aku harus belajar matematika, fisika, dan kimia. Tau kan apa jadinya kalau ketiga mata pelajaran itu digabung? Bel pulang adalah yang paling dinantikan tentunya.

Usai mandi, aku kembali rebahan di tempat tidur. Sekarang masih pukul tujuh. Matahari saja baru keliatan, tapi belum terik.

Hpku langsung berdering ketika aku baru saja menghidupkannya. Nama Jojo tertera di layarnya. Tumben banget pagi-pagi dia menelfon?

"Napa Jo?"

Jojo ini adalah tetanggaku, sekaligus yang merecoki hariku setelah Weli. Tapi untungnya berkat mereka berdua-lah, aku jadi tidak merasa kesepian.

"Gue depan rumah Kak."

Aku beranjak dari tempat tidur dan membuka tirai jendela kamarku. Tampak Jojo dan Weli melambaikan tangan kearahku.

"Masuk aja. Tumben banget ngelapor dulu." Sahutku.

"Gue kan mau ngajak keluar Kak. Cepet ganti baju! Udah lama kita gak main voli."

Aku menghela nafas lelah, padahal baru saja aku merencanakan rebahan seharian ini.

"Ayolah Yan. Gak bosen apa di kamar mulu?" Itu suara Weli. Akhirnya aku mengiyakan ajakan mereka. Lagian tak ada salahnya juga kan?

---

"Tumben nih Diana?" Cibir Bang Dira saat aku sampai di lapangan voli yang berada di ujung komplek. Dia adalah abangnya Jojo, sekaligus ketua ikatan pemuda pemudi disini. Ia baru saja tamat S1.

Apa tadi kata bang Dira? Tumben? Keliatan sekali aku jarang kesini.

"Orang berdua ini nih Bang, yang ngajakin. Pagi-pagi udah nongol aja di depan rumah gue." Kesalku lalu bertos ria dengannya.

"Apa kabar lo? Lama gak keliatan." Sapa Bang Juna.

"Baik Bang." Jawabku sambil tersenyum.

"Emang iya lo libur sekolah tiga hari?" Tanya seseorang yang baru saja bergabung. Namanya Bang Jay, kembaran Bang Juna. Bang Jay dan Bang Juna sekarang berstatus sebagai maba di salah satu kampus.

"Si Weli nih ya ember." Tuduhku. Weli memanyunkan bibirnya.

"Enak aja, si Fatih tuh yang bilang. Kemaren lo gak ikut rapat sih." Weli menunjuk Fatih dengan mulutnya. Aku menatap Fatih tajam. Sementara yang ditatap hanya nyengir tak jelas. Fatih ini berstatus kakak kelasku di SMA Pembina Bangsa.

"Yang otak encer maklum lah ya, libur pun gak bakal ketinggalan pelajaran." Sela Alexa. Alexa ini sama denganku kelas satu SMA, tapi sekolah kami berbeda. Btw dia bukan warga komplek ini, dia adalah pacarnya Bang Jay.

Laksana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang