Senjata Makan Tuan

16.1K 2.3K 42
                                    

Hari ini halaman belakang Istana Bunga yang luas telah diubah menjadi lapangan dadakan yang akan digunakan untuk melaksanakan berbagai lomba.

Di pinggir lapangan telah berjejer tiga buah meja yang ditata sejajar dengan jarak masing-masing satu meter. Meja pertama berisi kompor dan bahan-bahan membuat barbeku. Meja kedua berisi berbagai macam hadiah dan doorprize yang ditata semenarik mungkin. Sedangkan meja ketiga adalah tempat untuk para panitia lomba memberi penilaian.

“Bu Bos emang terbaik! Tahu aja gue udah pengen hengpon itu dari tiga bulan lalu. Tapi belum kesampean karena masih punya cicilan motor,” ujar Tama seraya memandang tumpukan hadiah penuh minat. Untuk doorprize di hari ulang tahun Istana Bunga tahun ini aku memang menyiapkan sebuah smartphone keluaran terbaru.

Ruben menyenggol bahu Tama dengan bahunya. “Lo harus berjuang keras buat menang berarti, Bro. Karena yang pengen si item seksi itu bukan cuma lo, tapi gue juga. Jelas, gue nggak bakal biarin lo menang dengan mudah,” tantang pria bermata sipit itu.

Tama tertawa mengejek. “Tenang, Bro, gue pasti bakal berjuang sekuat tenaga buat dapetin si item seksi itu. Gue pastiin gue yang menang dan ngalahin lo,” ujarnya menerima tantangan Ruben.

Kara mengangkat satu tangannya. “Tapi Bu Bos, gimana cara buat dapetin doorprize-nya?” tanya gadis berambut pendek itu.

Aku menatap dua puluh lima karyawan Istana Bunga yang berdiri di depanku. Mereka tampak bersemangat dengan baju olahraga yang membungkus tubuh masing-masing. Aku bersyukur karena hari ini tidak ada karyawan yang absen, sehingga semua karyawan yang bekerja di Jakarta dan Bogor bisa berkumpul dan merayakan ulang tahun Istana Bunga bersama-sama.

Senyumanku sontak mengembang saat melihat wajah sumringah mereka semua. “Jadi, nanti di setiap kategori bakal ada hadiahnya masing-masing. Dijamin hadiahnya nggak kalah menarik dari doorprize-nya. Makanya gue harap kalian bakal ikutin semua lomba dengan semangat. Lalu seperti biasa, di setiap lomba bakal diambil juara satu sampai tiga. Peraturan lomba bakal dijelasin pas lomba mau dimulai, ya!” Aku menjeda perkataanku dan menatap semua karyawan dengan senyum misterius.

“Nah, buat dapetin doorprize-nya bakal diadain pakai sistem poin. Sistem poinnya gimana? Bakal dijelasin setelah pemenangnya keluar. Tapi yang jelas, semakin banyak lomba yang kalian ikutin, semakin besar juga peluang buat dapetin doorprize-nya!”

“Wah ... kalo gitu gue ikut semua lomba, deh! Rob, jangan lupa masukin nama gue di setiap lomba, Bro!”

“Sel, gue juga ikut lomba makan kerupuk, deh. Tapi talinya nanti dipanjangin dikit, ya! You know-lah, beb, tinggi badan gue berapa.”

“Walau balap karung berpotensi bikin encok gue kumat, gue juga ikut deh, Rob. Buat dapetin cinta sejati kan memang butuh perjuangan.”

“Jijay, Ben, makanya cari cewek, Bro! Sedeng lo lama-lama, masa hp lo anggap cinta sejati!”

“Ye, iri aja lo Bambank!” seru Ruben yang memancing tawa kami semua.

***

Masih ada lima belas menit sebelum lomba dimulai. Sebagian karyawan memilih menghabiskan waktu dengan pemanasan dan sebagian lagi memilih mengerubungi Farel yang tengah membakar daging dan sosis berukuran besar.

Don't be Afraid (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang