Tic-Toc

15.6K 2.1K 63
                                    

Walau Luna hanya terserempet motor saat jogging, nyatanya keadaan gadis itu cukup parah. Tulang pergelangan kakinya retak dan ada beberapa lebam di wajah, luka lecet di siku maupun kaki gadis itu.

Luna juga harus dirawat di rumah sakit. Sehingga Cakra izin cuti untuk menemani gadis itu sampai keluarga Luna yang tinggal di Singapura datang ke Jakarta. Dan sejak semalam aku benci dengan rasa tidak nyaman yang menghimpit dada.

Hingga akhirnya aku memutuskan untuk mengeluarkan beban berat itu. “Sel, menurut lo cowok sama cewek yang temenan dari kecil bakal ada perasaan satu sama lain nggak?” tanyaku tak acuh seraya memotong tangkai bunga mawar sama panjang.

Sela yang tadinya sibuk menyiram bunga dengan semprotan menghentikan kegiatannya. Lalu ia menelengkan kepalanya ke arahku. “Hmm, biasanya sih nggak bener-bener temenan. Pasti ada yang nyimpen perasaan di salah satu pihak. Entah cowoknya atau ceweknya,” jawab Sela.

“Berarti menurut lo nggak ada yang bener-bener pure teman?”

“Nggak gitu juga, Mbak. Tergantung orangnya, sih. Karena ada juga yang udah sahabatan lama alih-alih saling jatuh cinta mereka malah nganggep saudara atau adek-kakak.”

“Kamu bener nggak semua orang yang sahabatan dari kecil bakal saling jatuh cinta. Thanks, Sel, karena udah jawab pertanyaan random gue.”

Sela membenarkan ikat rambutnya setelah membuka sarung tangan yang sejak tadi membungkus kedua tangannya. “Emang kenapa, Mbak, tumben lo nanya hal kayak gini? Hayo ngaku! Gebetan lo punya sahabat cewek, ya?” tanya gadis itu menggoda.

“Hush, ngawur lo, Sel! Bukan gue tapi Lisa. Lo tahu Lisa, kan?”

“Ah, Mbak Lisa yang ngajakin lo makan siang waktu itu? Iya gue inget.”

“Nah, dia mau nikah sama sahabatnya dari kecil. Walau dulu dia pernah nanya; OMG ... emangnya lo bisa bayangin gue cipokan sama Satria? Gila lo, Anya! Satria itu sahabat gue dari kecil!” seruku seraya menirukan suara cempreng Lisa yang sontak memancing tawa Sela. Semoga Sela tidak ngeh jika pertanyaan dan jawabanku sama sekali tidak nyambung. God, please....

“Pasti mereka tadinya denial ya, Mbak?” tanya Lisa yang sontak membuatku menghela napas lega. Thanks, God....

“Ho-oh, tapi akhirnya mereka bareng-bareng juga.”

“Dalam percintaan denial justru malah memperjelas semuanya, sih. Makanya paling bener itu mengakui perasaan sendiri. Oh ya, hari ini gue sama Robbi mau makan siang di KFC depan yang baru buka itu, lho. Lumayan ada promo karena hari pertama buka. Lo mau ikut nggak?”

“Skip dulu ya, Sel. Gue mau ke rumah sakit hari ini. Lo berdua aja sama Robbi biar sweet.”

“Sweet dari Hong Kong kali, Mbak! Gue sama Robbi nggak ada hubungan kayak gitu!”

Aku terbahak. “Dalam percintaan denial justru memperjelas segalanya,” ujarku seraya menirukan kalimat Sela sebelumnya dan tawaku semakin kencang saat melihat kedua pipi Sela yang merona.

***

Setelah makan siang aku memutuskan langsung ke rumah sakit tempat Luna dirawat. Sebelum pergi aku sengaja membeli buah-buahan dan cake. Pasti canggung jika aku menjenguk tanpa membawa apa-apa, apalagi kami belum sempat berkenalan dengan benar.

Sesampainya di rumah sakit aku langsung menghampiri kamar inap Luna yang ada di paling pojok. Aku mengembuskan napas panjang lalu mengetuk pintu dengan hati berdebar. Saat suara Cakra dari dalam kamar menyuruhku masuk, aku pun segera membuka pintu kayu di depanku ini.

Aku tertegun beberapa saat ketika melihat Cakra tengah membantu Luna berbaring dengan gerakan hati-hati. Jujur saja pemandangan di depanku ini membuatku sama sekali tidak nyaman. Lalu Cakra mengalihkan pandangan ke arahku dan senyuman pria itu membuat bibirku juga ikut tersenyum kecil.
Aku melanjutkan langkahku lalu menaruh buah-buahan dan cake di nakas. “Hai, gimana keadaan kamu?” tanyaku canggung kepada Luna.

Bibir pucat Luna tersenyum. “Hai, makasih udah jengukin. Keadaan aku udah lebih baik. Cuma untuk sementara aku harus pakai kruk karena kaki kiriku sama sekali nggak bisa digerakin.” Lalu gadis itu melirik buah dan cake yang aku bawa. “Harusnya Mbak Sonya nggak perlu repot-repot segala. Udah dijengukin aja aku udah seneng.”

“Sama sekali nggak repot, kok.”

“Sekali lagi makasih.”

“Ya, sama-sama.”

“Oh ya, aku mau ke kantin beli makanan. Selain teh anget kamu mau nitip apa lagi, Lun?” tanya Cakra memecahkan suasana canggung di antara aku dan Luna. Dan sungguh itu membuatku lega luar biasa.

“Mmm, teh anget aja, deh. Eh, aku juga pengen apel deng. Nanti sekalian kupasin ya, Ta?”

Cakra mengacak rambut Luna gemas. “Oke. Kamu mau nitip sesuatu, Love?” tanya pria itu seraya mengalihkan pandangan ke arahku. Membuat rasa dongkol yang sejak tadi mencengkeram dada langsung menguap. Si tengik itu benar-benar....

“Nggak usah, Ta,” jawabku seraya menggeleng.

Cakra mengangguk mengerti lalu pria itu pun segera keluar kamar. Sepeninggalan Cakra suasana di antara aku dan Luna menjadi super awkward. Entah mengapa aku merasa Luna tidak begitu nyaman satu ruangan denganku.

Sikap gadis itu berbeda sekali dengan yang tadi. Kami berdua sama-sama bungkam, seolah lupa bagaimana cara membuka obrolan.

“Mbak Sonya aku boleh minta tolong nggak?” tanya Luna tiba-tiba.

“Ya?” jawabku refleks.

“Tolong bujukin Cakra buat balik ke Singapura. Udah saatnya dia berhenti kabur-kaburan. Dia punya tanggung jawab yang mau nggak mau memang seharusnya dia emban. Cakra sama sekali nggak dengerin aku, aku harap dia mau dengerin kamu,” ujar Luna datar.

“Boleh aku tahu dulu apa alasan Cakra kabur dari rumah sebelum bujukin dia pulang?”

“Bukannya karena kamu pacar Cakra harusnya kamu tahu segalanya tentang dia? Oh, Sorry. Aku nggak tahu kalo ternyata kalian nggak bahas hal ini. Dan karena Cakra nggak cerita ke kamu, maka aku juga nggak berhak cerita apa pun. Dan lupain aja permintaan tolong aku barusan, aku pikir karena kalian pacaran Cakra bakal cerita semuanya.”

Perkataan Luna sukses membuat dadaku berdenyut nyeri. Aku benci mengakuinya, tapi Luna benar. Aku dan Cakra memang sudah sangat dekat, tapi kami malah seperti orang asing. Masing-masing dari kami sama-sama membawa bom waktu yang siap meledak kapan saja. Boom! Dan semua bakal hancur berantakan.

Don't be Afraid (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang