Aku menatap puas hasil dekorasiku untuk acara second wedding party Kirana dan Ghani. Kenapa aku menyebut pesta ini sebagai pesta pernikahan kedua? Karena sejak awal Kirana memang memimpikan pesta pernikahan tema kebun dengan banyak mawar putih yang hanya dihadiri oleh teman atau keluarga dekatnya saja. Sederhana tapi tetap hangat dan bahagia.
Namun, jelas itu adalah impian yang tidak bisa diwujudkan karena keluarga besarku punya banyak kolega dan partner bisnis. Semua harus diundang, entah karena memang sudah dekat atau hanyalah sebagai formalitas belaka. Ya, kita harus realistis kalau punya koneksi memang sepenting itu. Dan tentunya Kirana menyadari itu semua, makanya ia tak protes pesta pernikahannya diatur ini itu dan tak sesuai keinginannya.
Untuk pakaiannya juga tidak mungkin hanya boleh mengenakan baju warna pastel sederhana, karena harus menggunakan kebaya khas Jawa. Tetapi untuk pemakaian kebaya aku sangat setuju, karena sebagai orang Jawa, jelas aku ingin melestarikan pakaian adatku ini. Lagi pula saat foto keluarga badanku terlihat bagus karena mengenakan kebaya tersebut, jadinya aku suka.
Pernikahan impian Kirana sendiri sejak dulu adalah pernikahan sederhana yang hanya dihadiri lima puluh orang terdekatnya. Lalu kami semua akan makan bersama dengan baju tema pastel dan minumnya cokelat hangat yang masih mengepul di cangkir keramik masing-masing.
Ya, aku juga tahu kalau cokelat panas tidak cocok untuk pesta kebun, tetapi Kirana memang selalu punya pemikiran absurd di kepalanya, jadi aku tidak heran saat Kirana mengutarakan keinginannya dengan mata berbinar. Sepupuku itu memang edan!
Nah, sebagai hadiah pernikahan sepupuku itu akhirnya aku mewujudkan pernikahannya impiannya. Sungguh aku sangat puas dengan hasil dekorasiku saat ini.
“Haish, harusnya kemarin tema pernikahan Kirana begini aja. Jadi nggak riweh dan bikin pusing tujuh keliling,” ujar Mama seraya menyeruput cokelat hangatnya.
Aku memeluk Mama dari samping. “Woho~ tidak semudah itu Esmerelda! Bisa disiram kembang tujuh rupa si Kirana sama keluarga besar Mama karena dikira kerasukan jin gila. Mama kayak nggak tahu aja tabiat saudara-saudara Mama gimana. Eh, tapi Ma, kalo aku yang nikah begini setuju nggak?”
“Setuju, asal kamu benar-benar nikah. Mau tema haloween yang ngundang para pocong juga Mama bakal setuju. Serius, Mama bakal ngajuin tema ini walau abis itu disembur air sakti sama saudara-saudara Mama. Kenapa nanya? Udah punya calon?”“Calon dari Hong Kong! Ini kan aku cuma nanya, Ma.”
“Dasar sapi gila! Nggak usah ngomongin soal pernikahan lagi! Buat apa kamu terbangin Mama ke langit lalu jatuhin ke dasar jurang?” tanya Mama dramatis.
Aku mencium pipi kiri Mama. “Doain aja, Ma. Kalo nemu calon yang pas Anya bakal nikah. Janji,” ujarku seraya menautkan kelingkingku dengan kelingking Mama.
“Deal. Waktu kemarin Kirana lempar bunga juga kamu yang dapet bunganya, kan? Semoga itu pertanda jika calon suami kamu beneran dateng sebentar lagi.”
Aku meringis saat mendengar perkataan Mama. Andai Mama tahu jika aku sudah kongkalikong sebelumnya dengan Kirana agar aku yang mendapat bunga pengantin tersebut, pasti harapan Mama kandas lagi. Makanya aku hanya mengiakan.
“Ya, semoga, Ma. Yaudah aku ke Kirana dulu, ya!” Setelah mengatakan itu aku pun mulai berkeliling untuk menyapa para tamu. Aku menghampiri beberapa sepupu yang tengah menyantap hidangan dan menyapa sahabat serta sepupu Ghani. Lalu aku menghampiri sang pengantin yang tengah mengobrol dengan duo semprul—Lisa dan Satria.
“Gila emang lo, Na. Jakarta panasnya nggak ada akhlak gini sempet-sempetnya lo kepikiran ngadain pesta kebun yang minumannya cokelat panas. Tema disney Frozen lebih masuk akal kali,” ujar Satria nyinyir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't be Afraid (Completed)
Romance[Cerita Pilihan Editor / Favorit Wattpad HQ list September 2021] Hidup seorang Sonya Sekardewi yang tenang dan selalu berjalan normal, berubah seratus delapan puluh derajat gara-gara bocah tengik menyebalkan yang sok tahu dan suka ikut campur. Apala...