Cemburu Itu Memang Sialan!

14.9K 1.9K 50
                                    

Seharusnya Cakra yang paling tahu kalau aku paling benci saat diabaikan. Aku tidak suka saat ia mengabaikan pesan dan teleponku saat aku tahu saat ini ia senggang. Aku berteriak frustrasi saat lagi-lagi Cakra membalas obrolan tidak jelas Robbi di grup, tapi mengabaikan pesan-pesanku sejak tadi siang.

Dasar sialan!

Lalu daripada aku bad mood seharian, akhirnya aku memutuskan untuk mampir ke apartemen Ganesha. Ternyata sepupuku sedang tidak ada di apartemen saat aku datang, sepertinya Ganesha sedang nge-gym di lantai atas.

Aku terlalu malas untuk menaruh sandal di rak, sehingga aku hanya meletakanya asal. Seperti biasa si perfeksionis itu meninggalkan apartemen dalam keadaan rapi, dan aku tahu pasti ia bakal ngamuk saat pulang nanti karena aku membuat rak bukunya berantakan. Membuat dapurnya seperti kapal pecah dan membuat ruang tamunya penuh dengan bungkus serta remahan snack yang sejak tadi aku makan seraya menonton film.

“What the fuck are you doing, Sonya?” teriak Ganesha yang sontak membuat netraku yang tadinya fokus ke arah televisi segera fokus ke arah sepupuku yang baru saja memasuki apartemen.

Apartemen Ganesha memang didesain tanpa penyekat, sehingga begitu pria itu memasuki apartemen; ia bisa langsung melihatku yang tengah menonton film di ruang tengah.

Aku meneguk sake yang tinggal setengah. “Hai, G! Home sweet home!” teriakku seraya cekikikan.

“Sweet home gundulmu! Lo jadiin rumah gue kandang babi, ya, kampret!” teriak Ganesha seraya menyambar sake yang ada di tanganku dan dua botol sake lain yang ada di meja. Membuatku langsung memberengut, tapi aku memang harus berhenti minum karena saat ini kepalaku mulai pusing dan aku yakin wajahku sudah merah sekarang.

Aku lagi-lagi cekikikan. “Yaudah beli babinya sekalian buat nemenin lo. Eh, ngapain babi ya, G? Kan, ada Miranda,” kekehku seraya mencoba berdiri tapi ambruk karena pandanganku mulai berputar.

“Heh! Kok, lo sialan sih, Nya! Samain gue sama babi!” teriak Miranda yang baru saja memasuki apartemen seraya membawa dua kantung belanjaan di tangan kanan dan kirinya.

“Hai,” sapa Ganesha seraya mengecup kening Miranda. Lalu pria itu berbisik di telinga gadis itu yang langsung direspons dengan anggukkan mengerti oleh Miranda. Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan karena aku sendiri bahkan tak yakin jika saat ini masih ada di bumi, aku merasa seperti melayang.

Miranda menghampiriku lalu menuntunku untuk memasuki kamar Ganesha. Aku pun langsung tiduran di kasur dan membiarkan Miranda membereskan bantal dan selimut yang jatuh di lantai. Untung ini Miranda jadi aku tidak dapat ceramah tambahan, coba kalau Ganesha, haduh bisa jebol kupingku lama-lama gara-gara mendengar ocehannya.
Setelah semua bantal tertata kembali di tempatnya, Miranda juga ikut tiduran di sampingku.

“So, apa yang bikin seorang Sonya minum sake siang bolong?” tanya Miranda seraya tiduran menghadapku.

Aku menghadap ke arah Miranda lalu merajuk.  “Chat gue di-read doang sama Cakra! And tell me apa yang bikin seorang Miranda yang harusnya ada di Singapura tapi malah nyasar di apartemennya Ganesha? Mengingat kenangan lama?”

Mmm yeah ... sebagian itu alasannya. Tapi alasan utamanya fall in love?”

Aku langsung terbahak saat mendengar jawaban Miranda. “Yups, pemirsa! Miranda si hopeless romantic balik lagi! Menye-menye banget tahu nggak!”

“Dan lo pikir lo nggak kalah menye-menye, Nya? Cuma gara-gara di-read doang sampai minum sake siang bolong,” ujar Miranda menyindir balik.

“Hah~ fall in love memang selalu begini kan, Mir? Bikin nggak inget umur. Tapi perasaan cemburu ini terlalu sialan!”

“Buat masalah lo sama Cakra, sebenernya kalian cuma perlu bicara, Nya. Gue tahu ketakutan lo, but someone who really love you, pasti nggak bakalan ke mana-mana walau tahu sisi terburuk lo. Dan kalo misal nantinya dia pergi, ya, berarti dia bukan yang terbaik. Kadang se-simple itu, Sonya.”

“Gue tahu, Mir, mungkin kali ini gue terlalu coward? Gue benci hubungan gue sama Cakra penuh rahasia karena itu bikin nggak tenang, but at the same time gue takut dia pergi setelah tahu semuanya.”

“Oke, kalo gitu take your time, Nya. Lo tahu lo nggak harus buru-buru. So, sekarang mending lo tidur. Gue tahu kepala lo pusing.”

Aku lagi-lagi cekikikan. “Thanks, Miranda. Dan sorry karena gagalin apa pun rencana lo sama Ganesha hari ini.” Lalu aku memeluk Miranda erat dan mulai berkelana ke alam mimpi.

Don't be Afraid (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang