Sorry for typo😊
_____________
*****
Pagi yang cerah dengan suasana ramai layaknya tengah mengadakan pesta rakyat. Seruan-seruan melengking entah siapa pemiliknya mungkin sampai pula ke telinga tetangga. Tak ada yang dapat menenangkan mereka membuat beberapa yang agak lebih waras hanya menggeleng pelan.
"Udah aku bilang ini gimana urusannya?!!" ujar seorang diantara mereka dalam perdebatan yang panas.
"Ya terus mau gimana?! Nitip tetangga udah paling bener!" sahut yang lainnya dengan teriakan yang sama.
"Woyy, kalian pada bisa gak sih gak usah teriak?! Budek ya kalian ngomong saling berhadapan juga malah teriak-teriak macam di hutan!!" seruan tak kalah ganas itu seketika menghentikan ocehan unfaedah mereka.
"Ya abis nih anak pagi-pagi ngajak ribut!" tunjuk Lani dengan ganas ke arah Elisha, jelas melempar segala kesalahan pada gadis bersurai hitam itu.
"Lahh kok malah aku sih? Aku kan cuma ngingetin!" tukas Elisha tak terima main disalahkan begitu saja.
"Kan udah aku bilang nitip tetangga aja!" sahut Lani lagi, dan setelahnya kembalilah terjadi perdebatan seperti sebelumnya.
"Yaa kamu jangan teriak!" seru Elisha garang.
"Kan kamu yang mulai teriak!" sahut Lani juga dengan nada yang sama.
"Abisan kamunya malah nyolot, aku kan belom jawab!"
"Aku gak nyol-"
"Ihh... Bisa diem gak sih?!" suaranya tak terlalu nyaring tapi aura yang dibawanya menguar menyesakkan.
Kembali mereka tercekat saat mendengar teguran yang cukup familiar. Dengan gerakan perlahan keduanya menoleh pada sosok yang tadi menderu sangar. Suasana seketika senyap bahkan suara tegukan saliva sampai menjadi terdengar begitu jelas.
Sosok anak kecil dengan rambut dark chocolate yang tergerai tenang, seragam putihnya tampak rapi dengan rok span biru sebatas lutut, kaus kaki putih segaris betis yang dilengkapi dengan sepatu hitam yang mengkilap, penampilannya sempurna namun tidak sesempurna tatapan matanya yang berkilat zamrud. Jemari mungilnya bahkan telah lama bertengger diantara telinga membuat mereka berangsur menunduk penuh rasa bersalah.
Baru sadar jika ada seseorang dengan kepekaan suara yang melebihi batas normal. Walau dengan ekspresi masih sama bersahabatnya namun tatapannya tidaklah sesederhana itu. Hal itu sontak membuat mereka merinding seketika.
Apa itu membuat dengungan di dalam kepala? Pikir mereka berspekulasi akan kejadian-kejadian yang memiliki potensi untuk terjadi.
"Sorry, Lin.." ucap seorang diantara mereka dengan suara pelan.
"Hmm.." Lina hanya mengangguk saat beberapa sensor alaminya kembali bekerja.
Ada seseorang di luar, pikirnya.
Ririn menyergit kala mendapati respon tubuh yang sama. Dengan cepat ia menoleh pada gadis kecil di samping yang kebetulan juga menatapnya. Anak itu mengangguk tanpa kata yang jelas Ririn tahu apa maksudnya.
Tak perlu waktu lama keduanya telah melenggang menuju pintu tanpa menghiraukan beberapa sosok yang kadang masih bergumul kecil.
Pintu terbuka sesaat sebelum bell dipencet membuat seorang di balik pagar mengurungkan niatnya. Matanya tampak berbinar kala memandangi kedua anak perempuan yang mendekat dan itu tak lepas dari perhatian keduanya.
"Permisi... Maaf mengganggu," ujar sosok di balik pagar setelah Lina juga Ririn sampai ditempatnya.
"Ada yang bisa kami bantu?" Ririn hanya membalas keramahan itu dengan ramah pula.
KAMU SEDANG MEMBACA
Petualangan Defit-al (NEW)
FantasyLima anak gadis berpetualang memecahkan dan menyelidiki kasus yang ditugaskan Kepala Polisi setempat. Mendirikan sebuah organisasi yang bernama DeFiT-al (Detective 5/Five The Valiant), diresmikan oleh Samuel Antonio, Kepala Polisi. Di usia mereka ya...