DFTL [39] / Misteri Datu Kemuning (6)

110 9 0
                                    


____________

Seorang gadis terusik dalam tidurnya akibat sapuan lembut dari sinar mentari pagi yang berhasil menembus disela-sela papan yang berlubang. Ia mengerang saat merasakan rasa sakit yang teramat di kepala cantiknya. Erangan tertahan itu kiranya mampu untuk sekadar ikut membangunkan beberapa sosok lainnya. Dibukanya perlahan kelopak mata sampai pandangan buram perlahan menjadi jelas. Disapukannya pandang dengan alis terangkat heran. Di mana mereka saat ini?

Seketika ingatan tentang kejadian tadi malam membuatnya mendengus frustasi. Kembali ia menoleh ke arah di mana teman-temannya juga kedua pria lainnya yang tengah berusaha mengumpulkan setengah nyawa yang masih bermain di alam bawah sadar. Ketiga temannya yang lain terlihat ikut menatapnya dengan pandangan sama letihnya kecuali satu yang belum terbangun dari tidur panjangnya.

"Line...." lirihnya pelan berusaha membangunkan anak yang masih memejamkan mata di balik topeng yang terus menempel erat di wajah eloknya itu. "Line..." panggilnya lagi saat tak mendapat respon.

Bahkan kini yang lainpun ikut mencoba membangunkannya dengan cara berbeda-beda. Ada yang memanggil, menggoyangkan tubuhnya pelan, juga dengan sentuhan kasar pada sebagian tubuhnya yang lain.

"Line, bangunlah!" panggil Mellan ikut mencoba.

"Line..." kembali lirihan itu terdengar membuat Ayi menatap lelah.

"Lish, kamu baik-baik saja?" tanya Ayi sambil menatap wajah Elish yang sedari tadi masih menampilkan ekspresi letihnya.

"Tidak apa-apa. Hanya saja.. aku tak terbiasa menghirup obat bius. Kepalaku jadi sakit.." lirihnya membuat Ayi mengangguk paham.

Erangan sakit terdengar samar dari gadis yang tadi coba mereka sadarkan. Perlahan kelopaknya terbuka diiringi dengan tubuhnya yang mencoba berduduk tegap. Line melirik tangannya yang terikat saat ia mencoba menyentuh kepalanya yang terasa amat sangat sakit. "Sial*n!" makinya dengan kesal.

Kembali ia mengerang membuat yang lain menatapnya iba.

"Line," panggil Ayi menyadari kesakitan dari Line yang terlihat mengganggu.

"Aku... belum pernah menghirup bius. Dan ternyata efeknya seperti ini?" Mellan mendengus diikuti Anna yang mengangguk membenarkan.

"Maaf membawa kalian dalam masalah seperti ini." lirih Ayi yang masih menatap Line dengan raut khawatir. "Jujur saja, obat bius adalah teman kami. Sedari kami kecil, kami sudah terlalu banyak memakan asap bius. Tetapi jelas tidak separah ini, juga tidak dengan sedekat ini! Ah, bajing*n-bajin*n itu ingin membunuh orang ya?!"

Diliriknya mereka yang sudah membelalakkan mata tak percaya. Namun apa yang diutarakan Ayi adalah benar. Dulu sewaktu mereka masih menetap di salah satu bagian negara di Eropa Selatan, tepatnya Italia, begitu banyak orang jahat yang menginginkan kematian mereka hanya karena kekuatan dan kekuasaan orang tua. Namun satu yang sangat melekat dalam cara mereka berusaha mendapatkan kedua anak kecil itu, bius. Bom bius terus menghantui mereka dan maka dari itu mereka akhirnya dipulangkan ke Indonesia dengan identitas yang tertutup rapat. Masalahnya kini adalah, mereka tak pernah menghirup asap bius dalam kurun waktu yang lama dan setelah mendapatkannya mereka malah menghirup terlalu dekat dan terlalu banyak!

Itulah yang membuat Line tidak terlalu mempan lagi dengan bius dalam dosis kecil. Sebab dalam stimulasi tubuhnya telah tercipta antibodi tersendiri. Namun kali ini dosis yang mereka berikan melebihi batas maksimum!

"Bagaimana rasanya jika kalian mendapat serangan asap bius dua buah dalam kurun waktu hampir bersamaan?" desis Line sambil berusaha mengusir rasa sakit yang bersarang dalam kepalanya.

"Dua... buah bom bius?" beo Ayi yang kini sudah terbelalak.

"Astaga.... rasanya... seperti aku akan mati saja. Dosisnya berlebihan. Aku... overdosis sekarang." decak Line membuat ia segera mendapat hadiah berupa tendangan dari Ayi.

Petualangan Defit-al  (NEW)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang