________________"Kakak baik-baik saja?" bisik seorang anak seraya mendudukkan dirinya di samping Line.
"Ya, bukan masalah, ada apa?" tanya Line yang kini tergoda untuk mengelus rambut panjangnya yang terlihat amat lembut.
"Apa Kakak tidak merasa takut?" tanyanya lagi dengan mata sembab sebab menangis.
"Mengapa harus takut? Toh mereka juga manusia." kekeh Line membuat beberapa anak lainnya menjadi tertarik untuk mendekat.
"Tapi kita bakal dijual ke tempat yang jauh kan? Huh... Ku kira mitos Datu Kemuning itu cuma buat menakut-nakuti kita aja. Tapi siapa sangka aku malah jadi salah satu korbannya juga. Awalnya aku kira Datu Kemuning menangkap anak kecil cuma buat dimakan atau buat persembahan apa, taunya akal-akalan orang jahat aja buat mendapatkan uang!" dengus salah satu anak perempuan lainnya tanpa rasa takut sedikitpun.
Line menyadari sesuatu, sepertinya anak ini yang kemarin tenggelam. Ekspresi yang ia tampilkan bukannya takut seperti yang lain malah terlihat begitu tenang. Line terkekeh mendengar penuturannya.
"Apa kamu tidak takut, manis?" masih dengan kekehan kini Line telah menyenderkan punggungnya pada dinding gua yang terasa lembab.
"Tidak." sahutnya cepat membuat Line makin tertarik. "Buat apa aku takut, Kakak juga sama kan?" tanyanya lagi yang ikut menirukan Line.
"Tapi bukankah kalian akan dijual?"
"Bukan kalian, tapi kita. Kakak juga bakal dijual. Terlebih lagi kenapa juga harus takut. Toh ini kembali pada takdir kita kedepannya kayak gimana. Apa bakal dijual sungguhan atau ada superhiro yang bakal menyelamatkan kita." dengusnya tak peduli.
Dan superhiromu sudah datang. Tinggal menunggu mereka bergerak saja, kekeh Line dalam hati sambil memejamkan matanya sejenak untuk sekadar memulihkan tenaganya kembali dan mencari cara bagaimana ia bisa keluar dari tempat terkutuk ini.
"Aku lihat Kakak tidak ditangkap sama Datu Kemuning, tapi sama Om itu.." serunya lagi yang mengarah pada pernyataan bukan pertanyaan.
"Apa mereka bukan orang yang sama?"
"Bukan. Datu Kemuning sedikit lebih pendek. Badannya juga tidak terlalu besar kayak Om tadi. Namanya juga beda." sahutnya membuat Line menyergit seraya membuka mata perlahan.
"Siapa... namanya?" tanya Line ragu.
"Siapa ya... Jero, Jeno atau apa gitu. Pokoknya mirip-mirip kayak gitu sih." ucapnya sambil menggeleng lucu. "Om yang tadi namanya Alexandre kan? Terus yang satunya tadi Jordan. Ya, semalaman berada di sini membuatku terlalu banyak menerima informasi." decaknya lagi dengan pelan.
"Apa saja?" kepo Line.
"Ngomong-ngomong sebelumnya, kenapa Kakak pakai topeng begitu?" tanyanya tiba-tiba yang membuat Line lagi-lagi terkekeh pelan.
"Anggap saja ini sebagai identitas Kakak. sejujurnya sebelum ini aku belum pernah dipanggil Kakak jadi... rasanya agak aneh."
"Identitas? Memangnya Kakak siapa?" seakan tahu ke mana arah pembicaraan mereka anak itu segera bertanya sambil berbisik.
"Ku kira aku adalah superhiro yang tadi kamu maksud. Tapi buktinya aku malah ikut terkurung di sini bersamamu. Tapi, superhiro lainnya akan datang untuk kalian. Jadi, bersabarlah." sahut Line yang juga ikut berbisik. "Namaku Line, Agent PTT." bisiknya lagi membuat anak itu membola untuk beberapa saat.
"Namaku Gaby. Senang bertemu denganmu, Kak!"
"Namamu cantik secantik dirimu dan sehebat nyalimu. Kamu anak yang pintar untuk bocah seusiamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Petualangan Defit-al (NEW)
FantasyLima anak gadis berpetualang memecahkan dan menyelidiki kasus yang ditugaskan Kepala Polisi setempat. Mendirikan sebuah organisasi yang bernama DeFiT-al (Detective 5/Five The Valiant), diresmikan oleh Samuel Antonio, Kepala Polisi. Di usia mereka ya...