____________*****
Beberapa hari setelah kejadian dimana mereka menerima dan mengambil alih Sang Legenda. Setelah itu pula Krishtian seakan tak mau berpisah lagi dengan Lina. Selalu ada saja alasan yang dapat membuatnya tak beranjak sedetikpun kecuali kala bersekolah. Itu membuat Lina maupun yang lainnya menjadi semakin heran.
Bahkan kini sikapnya menjadi tambah protektif ketika penjaga bayangan melaporkan suatu keganjilan yang sedari awal memang membuat mereka merasa aneh.
Ada beberapa orang yang terlihat mencurigakan di sekitar setiap waktu tertentu. Namun orang-orang misterius itu tak terdeteksi melakukan hal-hal yang kiranya aneh, jadi penjaga bayangan membiarkannya saja. Selagi orang-orang itu tak mengusik apa yang diperintahkan Nona Muda, mereka tak akan melakukan penyerangan. Setidaknya sebelum orang-orang misterius itu semakin berani mengganggu ketenangan dengan apa yang telah direncanakan.
Sama seperti hari ini dimana ketika mereka pulang sekolah dengan berjalan kaki, kembali setiap sensor alami bekerja membuat mereka awas seketika walau pergerakan masih tampak santai. Ada sekiranya tak kurang dari sepuluh orang yang terdeteksi telah mengawasi mereka sejak turun dari rumah tadi pagi. Itu bukan penjaga bayangan dari Batalion 47 melainkan aura asing yang tak bersahabat.
Krishtian menggeram pelan dalam langkah kaki jenjangnya. Tatapannya masih setia pada punggung sang Nona yang berada di atas papan beroda. Namun inderanya menajam dengan aura dominan. Ini adalah situasi yang paling tidak ia sukai, ada berpasang-pasang mata menatap mereka dengan begis. Memang tak terdeteksi gerakan sama sekali tapi jangan lupa mereka adalah agent intelijen terbaik. Masalah awas mengawasi itu bahkan menjadi bagian dari dalam diri mereka.
"Sebenernya apa sih yang mereka mau?" desis Dayu amat pelan namun itu masih dapat terdengar bagi temannya yang lain.
"Entah, aku gak yakin." sahut Lani sama pelannya agar tak ada yang curiga.
"Dari awal aku emang udah ngedeteksi mereka, dari pertama kita datang ke rumah Tante Mita." ujar Ririn dengan gigi terkatup, geram akan ketidakjelasan ini.
"Kayaknya ada yang mereka awasi, atau...sesuatu yang dicari." Elisha memicingkan matanya sambil menghela napas pelan.
"Jelas aja, itu rumah Om Ronan. Kalian juga tau apa yang terjadi sama mantan polisi itu. Ini pasti berhubungan sama kasus yang belum selesai." Lina menyentakkan skateboard-nya dan kembali berjalan kaki.
"Itu artinya mereka ini otomatis juga curiga sama kita, kan?"
Lina serta Ririn mengangguk pelan membenarkan. Ini pasti ada kaitannya dengan masalah beberapa bulan yang lalu. Tak ada alasan yang lebih logis lagi selain itu.
"Nona, berhati-hati lah, sepertinya mereka dari Darkworld. Tujuan mereka memang ada kaitannya dengan Tuan Ronan." ujar Krish yang melangkah semakin dekat pada Lina.
"Paman mengetahui ini?" Lina mendongak menatapi ekspresi Krishtian yang menggelap.
"Sejak awal Anda mengatakan ingin ke rumah Tuan Ronan, Saya telah menyelidiki ini. Anda tau beliau adalah salah satu tanggung jawab Black-Kill sejak benda rahasia yang beliau dapatkan menghilang bersama dengan kematiannya. Itulah mengapa Saya-"
"Selalu sibuk akhir-akhir ini... Sebenarnya benda apa itu? Dan kemana Om Ronan menyembunyikannya? Jangankan Darkwold, Black-Kill aja gak tau sampai sekarang." ucap Lina cepat membuat Krish mengangguk membenarkan.
"Sulit menjelaskannya di sini." sahut Krish.
"Mau gimana lagi.. Ayo cepat ke rumah itu sebelum Alfi atau Mbak Astri atau bahkan Ria yang dalam masalah!" ucap Ririn dengan sorot datar, tak berniat mempercepat langkah dan masih mempertahankan sikap naturalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Petualangan Defit-al (NEW)
FantasiaLima anak gadis berpetualang memecahkan dan menyelidiki kasus yang ditugaskan Kepala Polisi setempat. Mendirikan sebuah organisasi yang bernama DeFiT-al (Detective 5/Five The Valiant), diresmikan oleh Samuel Antonio, Kepala Polisi. Di usia mereka ya...