________________"Jadi Bang Raka kenal sama mereka?" Dayu menatap Raka serta kedua gadis itu bergantian.
"Kan Abang kerja di perusahaan Bapaknya di Itali." sahut Raka dengan senyuman lembut.
"Ooo, ngomong-ngomong Abang abis dari mana?" Dayu kembali melirik Raka yang kini sudah ikut mendudukkan diri pada sofa di samping Kevin.
"Dari rumah temen. Kenapa?"
"Nanya aja kok, Bang.."
"Bang, mending bantuin bawa barang-barang mereka ke kamar!" seru Bibi Heni membuat Raka melirik singkat ke arah di mana barang-barang itu tergeletak.
"Maaf ya, tapi di sini cuma ada 5 kamar. Satu punya Bibi, satu kamar Abang, satu punya Fee. Jadi, yang kosong cuma ada dua." jelas Bibi Heni dengan ekspresi tidak enak. "Kamarnya juga gak besar.." lanjutnya lagi.
"Abang cuma bisa nampung dua loh ya." ucap Raka cepat.
"Di kamar aku gak bisa buat kita berlima." sahut Dayu agak sedih.
"Tujuh sisanya bisa bagi dua pake kamar yang kosong kok." sahut Ririn. "Kevin sama Vino ikut Dokter Raka-"
"Panggilnya jangan dokter dong, Abang aja." potong Raka dengan cengiran membuat Ririn mengangguk paham.
"Trus, Dayu bisa bareng Lani sama Elisha." sambung Ririn membagikan kamar-kamarnya.
"Satu kamar kosong ada yang agak besar, yang pojok." jelas Bibi Heni kembali memberi petunjuk.
"Nah itu aku pake bareng Lina, sama Paman Krish trus Om Daniel. Sisanya bisa yang satunya!" seru Ririn sambil terkekeh.
"Loh, kok bareng co-"
"Gak papa lah, Bang. Gak bakal ngapa-ngapain juga. Emang siapa yang berani sih, coba aja!" sahut Ririn cepat yang kemudian dengan ragu diangguki oleh mereka.
"Ya udah kalo gitu, udah sore ini. Ayo beresin!" ajak Dayu seraya membawa barang-barangnya menuju kamar miliknya yang memang sengaja di buat untuknya sebab waktu Dayu kecil ia juga sering menginap.
Mereka segera mengangguk dan mulai membereskan barangnya pada kamar yang sudah dibagikan. Raka juga ikut membantu Kevin dan Vino mengangkut barangnya ke kamar Raka sendiri tentu saja.
*****
Lina membuka koper minimalisnya dengan cekatan. Beberapa sistem pengamanan ia nyalakan. Tak lupa sandi yang sudah ia ingat di luar kepala. Siapa yang menyangka bahwa koper kecil itu merupakan media teknologi rakitan yang super canggih. Setelah terbuka sempurna, terlihatlah layar-layar transparan bertingkat juga keyboard-keyboard kecil touchscreen-nya.
"Rin, bisa tolong sebentar?" serunya pada seorang gadis yang tengah berkutat dengan portscreen-nya di samping.
"Apa?"
"Tolong cari tau sosok itu. Aku sempat memotretnya tadi." Lina terlihat asyik menarikan jemarinya pada papan layar itu. Tak lama muncullah hasil jepretan yang ia ucapkan tadi membuat Ririn segera menghampirinya.
Pendaran spider alert terlihat tengah memindai lokasi. Untuk beberapa saat pemindaian tetap berjalan membuat Ririn berdecak kesal. Bagaimana mungkin tak ada temuan apa-apa terhadap pencariannya.
"Ihh, kok gak ketemu sih? Paman Krish mana coba?" desis Ririn dengan kesal.
"Di mobil." sahut Lina sekenanya.
"Ngapain?"
"Cari informasi juga. Aku rasa tempat ini sedikit membuatku gak nyaman. Dan Paman Tian sedang mencari tahu." jelas Lina membuat Ririn menolehnya cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Petualangan Defit-al (NEW)
FantasiaLima anak gadis berpetualang memecahkan dan menyelidiki kasus yang ditugaskan Kepala Polisi setempat. Mendirikan sebuah organisasi yang bernama DeFiT-al (Detective 5/Five The Valiant), diresmikan oleh Samuel Antonio, Kepala Polisi. Di usia mereka ya...