DFTL [14] / Kasus Pertama (Mission Complete)

185 11 0
                                    

____________________

*****

Kediaman mewah dengan nuansa putih yang dipadu dengan abu-abu terang itu seakan menjadikannya sebagai tempat yang memiliki aura tersendiri. Dengan aroma yang khas menambah kejelasan bahwa pemiliknya pastilah seorang jutawan hebat. Tak dapat dipungkiri jika tempat inilah yang tengah menyimpan rahasianya. Rahasia berharga tepatnya.

Ruang utama yang tampak sepi terdengar begitu kontras bersaing dengan suara dari berpasang-pasang tapak sepatu yang menggema akibat pantulan dinding beton. Gumaman-gumaman lembut terdengar kemudian sesaat setelah langkah itu berhenti. Lalu dengusan napaslah yang menguap mengakhiri percakapan singkat antara mereka. Entah itu memang berupa obrolan singkat atau hanya sekedar gerutuan.

Tanpa memperpanjang kata seorang dari mereka segera masuk lebih dalam melalui uluran anak tangga yang tak terlalu jauh dari sana. Tapak demi tapak kembali diperdengarkan seakan menjadi melodi pengiring. Terus bergerak melewati lorong-lorong temaran sampai pada sebuah pintu hitam berdesain bunga lotus yang tengah bermekaran.

Krieettt....!

Pintu itu terlihat berat sehingga menimbulkan deritan agak keras memenuhi lorong. Hal itu tentu saja mampu membuat beberapa orang dari mereka menutup telinga erat.

"Masuklah, ini kamar Ayah...ku." gumaman pelan itu hampir tak terdengar jelas kalau saja suasana tak sesepi ini.

"Tapi, bukannya kita mau ke ruang baca? Kenapa malah ke kamar tidur?" respon seorang dari mereka heran sambil melongokkan kepalanya diantara pintu yang terbuka.

"Sudahlah, ayo masuk!" ajaknya lagi seraya melangkahkan kaki pelan memasuki ruangan itu tanpa peduli.

Tak lama, langkahnya kembali berhenti tepat di balik kaca besar. Entah apa yang sedang ia pikirkan saat ini sehingga kembali memperlihatkan tatapan rapuhnya dengan amat jelas di balik bayangan yang dihasilkan.

Puk!

Tepukan pelan pada punggung bergetar itu mampu menyadarkannya kembali. Ia hanya mampu menatap gadis yang terpantul di cermin itu dengan luka tanpa berbalik.

"Semuanya akan baik-baik aja. Aku janji... bukan, kami janji!" ucap gadis itu menenangkan yang kembali membuatnya menatap lekat netra chocolate terang di balik benda hitam yang menutupi hampir separuh wajah milik gadis mungil itu melalui cermin seakan mencari kebenaran. Namun yang ada memanglah pancaran kebenaran tanpa selingan simpati. Sedikitpun, tanpa simpati!

Anggukan gadis lainnya yang juga terpantul melewati benda persegi panjang itu membuatnya hampir menumpahkan tangis haru. Dan sebelum itu terjadi, ia segera menggeser kaca didepannya. Ya, sebenarnya itu adalah pintu!

"Berasa dejavu." bisik seorang gadis dari arah belakang. Namun walaupun begitu ia tetap menampilkan tatapan kagum di balik topengnya. Ironis bukan?

"Nah, ini ruang baca Ayahku!" sahut seorang lainnya antusias. Dan dapat diyakini ia lah pemilik tempat ini. Tentu saja.

Aroma khas buku langsung menyeruak memenuhi indera penciuman. Inilah hal yang paling memabukkan di dunia bagi seorang gadis berbadan mungil yang kini telah melangkah semakin jauh menenggelamkan diri dalam lingkupan menenangkan yang tercipta. Bukan tanpa alasan ia terus melangkah ke arah sana. Hanya menganalisa untuk mengetahui sampai manakah kemampuannya. Terus melangkah perlahan dengan jemari menyusuri satu persatu susunan buku yang tertata apik dan rapi. Tak lama tapak itu berhenti sambil kelerengnya terus meneliti dan berseru pelan. Sangat pelan mungkin,

"Gotcha!"

Susuran jemarinya ikut berhenti saat telah merasa menemukan sesuatu.

"Temuin sesuatu, Line?" gumam gadis beriris abu-abu cerah itu tepat di balik rak-rak yang menjulang agak tinggi di hadapan.

Petualangan Defit-al  (NEW)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang