DFTL [Bons Chap_001] / Mawar Hitam

24 5 2
                                    

R.S XXX, VVIP Room
Banjarmasin,

Ketukan pada pintu terdengar menggema samar dalam ruangan serba putih yang sunyi ini. Bukan sebagai perizinan untuk masuk, melainkan hanya sebagai kode tertentu yang entah apa tujuan pastinya. Dan setelahnya suara hentakan sol sepatu yang beradu dengan marmer dingin seketika memenuhi ruangan.

Langkahnya terdengar berat terlebih kala sepasang kaki berbalut celana bahan itu semakin memperpendek jarak dengan ranjang besar yang hanya berisikan seseorang tepat di bagian tengah tersebut. Pandangannya hanya menyapu sekilas sebelum jatuh pada tirai yang masih setia melindungi sinar mentari untuk menerangi sisi bagian dalam ruangan. Langkah itu benar-benar diambil dengan lamat dan penuh kehati-hatian, seakan ia tak ingin suara yang ditimbulkan dapat mengganggu lelapnya keindahan dalam balutan selimut tebal di atas peraduan di sana.

Sejenak ia berhenti tepat selangkah di balik tirai, fokusnya segera teralihkan dengan sesuatu hal di atas nakas. Ia hampir mencelos dengan sebuah perasaan gelisah yang sangat tidak nyaman. Dibawanya benda tak bertuan itu dalam genggaman sembari menghela satu napas panjang.

"Ini tangkai ke-32 dalam bulan ini, dan Papa masih belum tahu dari mana asalnya. Bahkan kucing-kucing kesayanganmu sama sekali gak bisa melacak selain membuktikan kalau ini aman buatmu." ucapnya pelan berikut menyimpan setangkai mawar hitam itu di antara sekumpulan tangkai lainnya dalam sebuah vas.

"Nah, dengan ini totalnya kamu sudah menerima 134 tangkai mawar dari pengagum rahasiamu itu." ucapnya kembali memberitahu, sungguh tak habis pikir bahwa ia bahkan benar-benar telah menghitungnya dengan telaten tanpa terlewat satu pun.

"Tapi yang Papa heran, memang sejak kapan anak Papa ini menyukai mawar hitam, eh? Atau apa motif orang itu memberimu setangkai mawar hitam secara rutin? Terlebih dia melakukannya tanpa dapat terdeteksi sama sekali oleh Paman-pamanmu." untuk beberapa saat ia hanya mampu mengerutkan alis dengan rasa tak nyaman yang sungguh mengganggu pikiran.

Selesai dengan kegiatannya bahkan untuk niat awal, pria berkharisma nan penuh wibawa itu pun segera mendudukkan dirinya di pinggiran ranjang. Dengan perlahan diusapnya surai gelap yang lembut itu dengan penuh rasa, cukup sulit memang untuk ia mampu menahan tumpahan air mata yang selalu membendung setiap kali melihat betapa damainya wajah manis yang kini memucat di hadapan.

"Sayang, kamu gak capek tidur terus? Ini kan sudah bulan ke-3, masih berapa lama lagi kamu mau istirahatnya?" sejenak ia berhenti berucap, suaranya terdengar bergetar.

Namun dengan cepat ia menata kembali perasaannya yang hampir hilang kendali, "Besok Papa bakal dateng bareng Mama, kamu pasti juga kangen sama Mama, kan?" ujarnya dengan senyum tipis yang cukup dipaksakan untuk beberapa saat kemudian.

"Selama 3 bulan ini, pemulihan lengan dan rusuk Rin yang sebelumnya patah sudah sembuh total. Vino juga sudah mendapat transplantasi mata khusus dari lab kita. Kakak-kakak juga temanmu yang lain juga sudah sembuh total. Dan... tentang Paman-pamanmu, mereka semua juga sudah baik-baik aja." tukasnya memberitahu dengan nada teduh.

"Kamu pasti senang mereka akhirnya baik-baik aja, kan? Usaha Lin memang gak pernah jadi sia-sia. Jadi, kamu juga harus cepat bangun ya.." ujarnya kembali sembari terus menggenggam jemari mungil anak semata wayangnya tersebut.

"Besok, beberapa Kakak dan temanmu katanya mau datang berkunjung. Dan dari sekarang, Papa bakal terus di sini nemenin kamu." ia terus bergumam dengan celotehan juga cerita lainnya, berharap dengan demikian sepasang permata dalam cahaya mempesona itu dapat kembali ia lihat dan saksikan.

*****

"Papa..!"

Seruan dengan nada antusias itu segera menyerbu sesaat setelah pintu belah tersebut terbuka membuat beberapa sosok di dalam sana segera menoleh cepat, jelas ingin mengetahui siapakah pelaku di balik pemilik suara yang cukup mengganggu itu.

Petualangan Defit-al  (NEW)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang