DFTL [119] / Kepercayaan dan Jaminan

65 5 5
                                    

Met baca, Sobb...!

__________

*****

Selesai berkutat dengan ponsel pintarnya, kini gadis itu memilih kembali ke tempat peraduan yang nyaman, empuk, juga lembut. Setelahnya ia malah melempar asal benda persegi ditangannya itu dengan raut wajah yang kurang menyenangkan. Seakan sesuatu telah berhasil mengganggu pikirannya saat ini.

"Kenapa?" tanya seorang lain yang juga sedari tadi terus bersama dengannya.

"Perasaan Lin gak enak loh, Rin.." gumamnya pelan dengan sorot yang menggelap.

Tak ada sahutan dari gadis itu. Ia hanya menatapi adik kecilnya yang semakin tampak murung, seakan membiarkan agar anak itu memberitahunya sendiri.

Setelah menerima panggilan dari seorang guru akhir dua puluhan bernama Sofyan atau yang lebih akrab disapa Pak Sofi olehnya itu, kini Lina hanya bisa menerima keputusan yang telah dicapai. Setidaknya ia harus menghormati apa yang telah disepakati oleh ketiga guru itu bukan?

"Rencana akhir pekan itu... Hutan belantara emang keputusan yang sulit diabaikan, bukan?" gumamnya pelan.

"Itu ya, ternyata saran Bu Rika tetap menang. Kalau masalah debat, dua cowok dewasa pun bakal kalah ya?" Ririn terkekeh akan perkataannya sendiri.

"Menurut Rin, yang paling berbahaya di hutan apa?" tanya Lina tiba-tiba membuat kekehan Ririn seketika terhenti.

"Hewan buas?" jawabnya asal.

"Ririn... di kalimantan gak ada macan loh!" tukas Lina yang dengan gemas telah menggeplak teman seperjuangannya itu.

"Emang gak ada macan, Lina. Definisi buas bangsa piton pun masuk juga. Ini Kalimantan bisa jadi masih ada anaconda yang berkeliaran bahkan mungkin buaya atau aligator." tak ada rasa kesal kala mendapati perlakuan tindak kekerasan yang tadi ia terima, malah ia dengan nada pelan-pelan mengucapkan hal tersebut.

"Rin takut?" tanya Lina lagi.

"Sama apa?" herannya dengan tatapan yang kini kembali menyelami netra gelap itu.

"Ular? Buaya?" sejenak Lina terkekeh saat menatapi ekspresi Ririn yang tampak terperangah.

"Daripada itu aku lebih takut kalau tiba-tiba ada werewolf atau vampire yang muncul cari makan." dengus Ririn kala teringat bahwa kini dunianya tidak lagi dapat dikatakan aman akan makhluk-makhluk mitos itu.

"Kalau tiba-tiba ada werewolf yang samperin Rin terus bilang kalo Rin itu mate-nya, gimana?" kembali Lina tertawa saat mengatakannya.

"Idihh langsung aku tolak serius dah!" sungut Ririn dengan cepat membuat Lina semakin puas dengan bahakannya.

"Jahat ih!"

"Lina, denger nih yaa! Punya aku lebih keren kece baday, okay?!" Ririn kembali berucap yang kini malah mengundang keterheranan dari Lina.

"Punya Ririn... apa?" heran Lina dengan ekspresi kelewat polos andalannya membuat Ririn yang menyadari kekeliruan ucapannya tadi hanya mampu menepuk mulutnya pelan.

Dan sepertinya kini keberuntungan tengah berpihak padanya. Sebelum Lina dapat menuntutnya untuk memberikan penjelasan lebih lanjut, suara ketukan pintu berirama telah terdengar memenuhi ruangan.

"Masuk," seru Lina yang setelahnya diiringi oleh deritan pintu yang terbuka.

Tampaklah seorang pria dengan setelan jas rapi berdiri menjulang dibaliknya. Dengan senyum seperlunya sosok itu hanya menatapi kedua gadis di sana untuk beberapa saat. Sebelum berucap terlebih dahulu ia membungkuk sopan, hanya sesaat yang tampak tidaklah berlebihan.

Petualangan Defit-al  (NEW)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang