___________
*****
Sebuah rumah yang tidak terlalu besar namun juga tidaklah kecil. Bercat putih susu dipadu dengan abu-abu terang. Gerbangnya menjulang seakan menghentikan siapapun yang berniat masuk tanpa izin. Tampak sangat sederhana namun elegant.
Gerbang kokoh itu terbuka otomatis kala sebuah Glory 560 terdeteksi pada pemindai berteknologi canggih. Membuat mereka terus meluncur tanpa hambatan sampai pada pekarangan yang lumayan luas.
Kompleks elite ini tidaklah terlalu jauh dengan kompleks di mana mereka bertempat selama ini. Bahkan dari sini menuju sekolah menjadi jauh lebih dekat. Itu cukup menguntungkan mengingat mereka tak membawa sepeda sama sekali.
Kedatangan mereka disambut dengan ramah. Kini dengan beberapa antek yang membantu membawa koper juga barang lainnya entah apa itu memasuki rumah saat dipersilakan oleh sang pemilik. Walau tanpa jamuan mewah mengingat sang pemilik masih memiliki kegiatan lain juga harus bersiap untuk pergi, mereka hanya dipersilakan duduk.
"Eh, Ria, udah gede aja kamu ya." kekeh Lani sesaat setelah sosok gadis kecil yang manis itu muncul menghampiri.
"Iya dong, Kak!" sahut anak bernama Ria itu dengan senyuman setelah berhasil menghambur peluk pelepas rindu pada kedua kakak sepupunya itu.
"Ria sih gak pernah ke rumah Tante Adel. Padahal kan deket banget." gerutu Elisha yang mendapat angukan oleh Lani.
"Abisnya kan Ria juga sibuk." sahut Ria masih dengan kekehan membuat kedua gadis itu berdecak bersamaan.
"Sok sibuk!" ledek keduanya.
"Iya, lagian Ria juga harus jagain Alfi jadi gak ada waktu buat main ke rumah Kak Lani." jujur Ria dengan senyum lebarnya.
"Trus Alfinya mana?" tanya Lani kemudian.
"Masih bobo."
"Ndre, di atas ada dua kamar kosong. Taruh aja di situ barang-barangnya!" ujar wanita yang masih tampak muda itu kemudian memerintahkan Andreas yang masih bergelut dengan koper berwarna biru muda juga Alfred dengan koper merah muda.
Mereka tampak macho kala meneteng koper lucu itu. Hal itu membuat Mita yang merupakan Tantenya Lani juga Elisha terkekeh geli.
"Afian, tolong ya bawain punya Rin sama Lina. Satu paket tuh jangan dipisah-pisah, Rin tabok ya kalo enggak!" ujar Ririn dengan nada tegas namun terkesan kekanakan.
Afian hanya mengulum senyum dan mengangguk kemudian. Dibantu dengan satu lagi rekannya ia mulai mengikuti ke mana Andreas, Alfred, juga Rizky yang beranjak lebih dulu.
"Tante kapan berangkatnya?" tanya Elisha kemudian membuat wanita itu menoleh cepat padanya.
"Siang ini," sahutnya seraya melirik jam tangan yang melingkar pas di lengan kiri.
"Owh,"
"Kok mendadak banget sih, Tan?" Lani menyergit seraya meraih toples berisi kue kering di atas meja tamu.
"Iya, Tante juga tadi mendadak banget dikabarin sama rekan Tante. Katanya ada hal mendesak yang harus segera ditangani." ujarnya dengan nada ragu-ragu membuat kelima gadis itu menyergit heran.
"Gitu ya, ini udah hampir jam sepuluh. Mau dianterin ke bandara?" tawar Elisha.
"Boleh juga." sahut Tante Mita dengan senyum lebar.
"Nona, semuanya sudah siap. Anda hanya perlu merapikannya saja." seruan bariton itu seketika menyentak mereka dari pikiran masing-masing beberapa saat lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Petualangan Defit-al (NEW)
خيال (فانتازيا)Lima anak gadis berpetualang memecahkan dan menyelidiki kasus yang ditugaskan Kepala Polisi setempat. Mendirikan sebuah organisasi yang bernama DeFiT-al (Detective 5/Five The Valiant), diresmikan oleh Samuel Antonio, Kepala Polisi. Di usia mereka ya...