DFTL [80] / Tergantinya Pion

97 6 0
                                    


*****
_____________

Siang ini tampak cerah dengan sang surya yang menyinari bumi tanpa penghalang. Awanpun seakan enggan menghambat cahayanya yang agung. Benar-benar menenangkan diiringi hembusan angin lembut yang membawa kesejukan alam.

Namun rupanya hal itu berbanding terbalik dengan keadaan di tempat ini. Ruangan putih bersih dengan ornamen-ornamen lain sebagai penghias tak mampu membalikkan suasana menjadi lebih hidup. Penuh kekhawatiran juga aura tak menyenangkan. Menguar memenuhi setiap sudut tanpa cela. Membumbung tinggi bagai mengikat oksigen membuat setiap hirupan napas terasa sesak. Cukup, itu berlebihan!

Situasi ini memang tampak sulit, terlebih gadis-gadis itu jelas begitu kekanakan. Lihatlah, bahkan untuk sekadar memimpin jalannya pertemuan ini saja terasa begitu sulit. Sedari tadi belum juga tampak sang pimpinan memulainya. Berucap sepatah katapun tidak!

Anak-anak tak tahu diri!

Dipikir-pikir, kalimat itu jika saja mampu terucap dan terlihat kiranya telah mampu menumpuk membentuk sebuah bukit atau pegunungan. Andai saja ia dapat terlepas dari belenggu anak-anak ini, mungkin rencana yang telah disusunnya dengan matang sedari dulu tidak akan menjadi sesulit ini. Benar-benar berubah haluan, bahkan kini dirinya pun telah bercucuran keringat dingin kala terpikir akan apa dan bagaimana nasibnya setelah ini. Oh ayolah, kartu Ace telah berpindah tangan sekarang. Kini ia tak lebih hanyalah sebuah bidak yang terancam disingkirkan! Ia tahu, jelas sangat tahu bahwa anak-anak ini telah berhasil membauinya dengan sempurna sebelum ia sampai dan duduk di sini. Untuk sekarangpun ia serasa tengah duduk di kursi sidang. Menunggu sang hakim memutuskan hukumannya lalu mengetuk palu tanda pengesahan.

Ya, memang kenyataannya begitu. Sedari tadi mereka memang tengah menunggu. Menunggu seorang lainnya yang sekarang entah berada di mana!

Suasana semakin terasa dingin ditambah wajah-wajah penuh ketidaksukaan. Menunggu memang sesuatu yang sangat menyebalkan, dan mereka membenci itu! Namun setelahnya terdengarlah gebrakan pintu cukup keras dengan seorang gadis bersama dua antek lain berdiri dibaliknya.

Brakk!

Tak sedikit dari mereka yang tampak terkejut apalagi saat mendapati keadaan sosok manis di sana. Ohh ayolah, bagaimana mungkin seorang yang selalu mengutamakan sifat berkata dasar bersih alias kebersihan itu tampil dengan keadaan mengenaskan seperti ini?!

Lihatlah semengenaskan apa dirinya.

Tampil dengan cengiran lebar seraya acungan dua jari tanda damai walau kini bagian bawah tubuhnya benar-benar tak dapat ditolerir. Bagaimana tidak? Sepatu putih itu telah berubah sepenuhnya menjadi coklat penuh lumpur juga jangan lupakan akibatnya, setiap marmer putih yang dilewatinya menampakkan pemandangan cap jejak sepatu dan hanya sebelah. Stocking hitamnya pun telah penuh bercak coklat. Ingat, hanya satu bagian!

Astaga, rasanya ingin tertawa namun sikon tidak memungkinkan. Akibatnya hanya tepukan jidat yang tampak dilakukan oleh beberapa diantara mereka.

"Anak ayam kecebur got, hehh ini kantor bocahh!!" geram seorang gadis dengan wajah garang membuat anak di depan pintu sana menunduk malu-malu, namun bagi dua antek dibelakangnya itu merupakan hiburan tersendiri.

Belum sempat ia menjawab dan menyangkal, gadis lainnya mulai berebut melemparkan ejekan.

"Haihh, kamu kayak gembel deh, habis darimana coba?!" ucap gadis berambut abu yang dicepol asal.

"Astaga, Lin. Gak ada niatan mau balik apa?" sambung anak bersurai hitam itu sambil tertawa.

"Bocah kurang kerjaan, habis nangkep kodok di empang apa begimana kamu?" gerutu gadis lain yang berambut coklat terang.

Petualangan Defit-al  (NEW)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang