DFTL [129] / Serangan Dimulai!

31 4 1
                                    


___________

*****

"Neng, kenapa yakin banget sama masalah ini?"

Sebuah kalimat yang sejak awal telah dapat mereka perkirakan cepat atau lambat akan dipertanyakan. Setelah tadi mereka akhirnya bertemu, Lina dengan cepat telah mengutarakan inti kecemasannya. Dan sesuai apa yang telah mereka prediksi sebelumnya bahwa kedua lelaki ini pun tidaklah akan dengan cepat percaya tentang itu.

Untuk beberapa waktu hanya ada keheningan yang menyapa. Tak ada kalimat jawaban yang mengudara seakan mereka hanya berucap dari hati ke hati. Saling tukar pandang dengan sesekali helaan napas yang seakan turut sahut menyahut.

"Bang, ini emang kedengerannya berlebihan tapi...-"

"Apa ada hubungannya sama beberapa orang yang Abang liat waktu keliling tadi?" pertanyaan itu terdengar seperti bisikan pelan seakan ia hanya berusaha bertanya pada diri sendiri dengan raut yang berubah meragu.

"Abang Fadli liat siapa?" tanya Lina kemudian meminta kejelasan akan apa yang baru saja dibisikkan oleh lelaki itu.

"Umm... Tadi waktu Abang keliling buat jaga, Abang liat beberapa orang yang entah lagi ngapain. Abang kira sih mereka juga orang-orang yang ikut kemahan jadi Abang biarin aja." sahut Fadli dengan nada yang terdengar penuh keheranan juga ragu-ragu. "Lagian mereka juga gak mencurigakan tuh...?"

"Bang Fadli liat di mana?" tanya Ririn cepat seraya terus menyoroti netra redup di sana.

"Gak jauh dari stand kemahan,"

"Berapa orang?" tanya Kevin pula.

"Sekitar empat atau lima, gak tau pastinya sih.." sahut Fadli lagi.

"Spesifikasinya?" Vino pun ikut melakukan penginterogasian demi sebuah pembuktian tentang kejelasan kasus ini.

"Abang sih gak lihat jelas, cuma yang pasti mereka orang-orang dewasa. Jadi ya Abang kira guru-guru kalian juga." ujar Fadli yang memang tak sepenuhnya dapat disalahkan.

Toh ia tak mengetahui rincian seberapa banyak orang yang akan ia pandu dalam acara ini. Jadi sah-sah saja jika ia berpikir demikian tentang beberapa orang lain yang memang tampak bertindak biasa-biasa saja tanpa adanya hal yang mencurigakan sedikitpun.

"Pakaiannya?" tanya Kevin tiba-tiba sesaat setelah keheningan kembali mengambil alih.

"Sebagian pakai jaket, yang di sebelah sana ada yang pake jas juga.." sahutnya sambil berusaha mengingat-ingat.

"Berarti bukan cuma ada satu tempat? Abang liatnya di mana aja?" heran Ririn kala menyadari keganjilan dari penjelasan tersebut.

"Di beberapa titik.. Serius deh Abang kira mungkin itu pengawalnya kalian, beneran bukan, ya?" Fadli balik bertanya dengan penuh kehati-hatian.

"Sesuai yang diklarifikasi, gak ada satupun dari kita yang bawa pengawal. Tapi ada juga kemungkinan mereka bawa tanpa sepengetahuan pihak penanggung jawab." ucap Lina berspekulasi walau ia pun tampak ragu akan hal itu.

"Kalopun kita bener tentang penyusup ini, kita gak tau kapan mereka bakal bergerak." ujar Ririn yang masih dibuat was-was.

"Makanya kita harus selalu awas, pasang mata pasang telinga." Lina menyahut dengan suasana hati yang tidaklah baik, benar-benar menyayangkan tentang segala hal yang cepat atau lambat akan terjadi ini. "Vin, kasih tau sama Dave, mereka juga harus siap siaga.." tukasnya lagi.

Jujur saja baginya pribadi makin ke sini ia tampak semakin merasa bersalah sebab tak bisa menyakinkan semua orang untuk benar-benar tidak menjadikan tempat seperti ini sebagai salah satu tempat pelepas jenuh. Bahkan kini kelereng itu telah kembali kehilangan cahayanya, berganti sepekat malam yang seakan menyatu dengan kegelapan di sekitar. Dan rupanya hal itu dapat disadari dengan baik oleh ketiga temannya tersebut.

Petualangan Defit-al  (NEW)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang