DFTL [95] / Bintang Phoenix

78 9 2
                                    

Sorry for typo😁

____________

*****

Sudah beberapa hari ini anggota Osis yang masih aktif hampir tak memiliki waktu untuk hal lain. Sibuk mengurus segala keperluan pemilihan anggota baru juga kandidat untuk naik jabatan. Tak ada yang dapat melarang itu, bahkan ketika mereka mendapat kesempatan untuk absen dari pelajaran tertentu. Bagi mereka dengan jiwa sering bolos tentu merasa tertolong tanpa adanya jeratan point pelanggaran. Itu agaknya sangat menguntungkan walau kenyataannya pekerjaan mereka di luar juga menumpuk.

Namun lain hal dengan beberapa remaja yang malah merasa mendapat angin segar. Bukan terlepas dari jerat point pelanggaran tapi lepas dari pengawasan dua anak setan yang membelenggu setiap pergerakan. Itu sangat merepotkan! Tapi mereka jelas tak bisa melakukan apa-apa untuk melawannya.

Kini ulah mereka kembali menghebohkan setiap penjuru kelas dengan aksi bar-barnya. Menghakimi satu dua orang yang entah apa salahnya. Mungkin bagi mereka itu hanya sekadar hiburan di waktu suntuk. Sungguh manusia sial*n!

"Hehh, kodok albino! Bisa gak sih kamu sehari aja gak ngajak ribut orang?!" kini tiba giliran Ririn yang menjadi pahlawan lokal.

Pandangannya malas menatap seorang gadis berkacamata yang ia lupa namanya serta keempat remaja yang tertawa pongah setelah berhasil mengganggu.

Anak-anak ini sudah tidak waras, dengusnya dalam hati.

Keempat remaja yang merasa terganggu akan teguran jengah itupun menoleh ganas. Balas menatapnya dengan tajam penuh ketidaksukaan. Apalagi ketika mendengar sebutan yang diberikan, seketika mereka meradang.

Ririn memberikan kode dengan matanya pada si kutu buku itu, memerintahkan untuk gadis itu pergi menjauh. Masih dengan ekspresi tak acuh Ririn kembali memusatkan pandang pada keempatnya seakan menanti adegan apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Dan bisa gak sih kalian jangan ngurusin hidup orang?!" seru Davin yang ikut mendengus keras namun selebihnya tak ada pergerakan membahayakan lainnya.

"Aku gak ngurusin hidup kamu, cuma meminimalisir tingkat ketergangguan aku atas sesuatu hal. Dan kebetulan hal itu adalah hasil dari kelakuan kayak setan macam kalian pada!" ujar Ririn tak peduli bahkan kini ia telah dengan nyaman mendudukkan diri entah di meja milik siapa.

"Haa, bukannya kamu yang lebih mirip setan? Omongan aja kasar banget!" ejek Raffa balik namun sepertinya Ririn sudah tebal muka dan telinga.

"Gak nyadar diri," sambung Bayu dengan kekehan.

Ririn hanya mendelik tak mempermasalahkan hal itu lebih lanjut. Ia sudah terlalu lelah berdebat akan siapa sebenarnya yang lebih berpotensi untuk menjadi anteknya setan. Toh tak bisa ia pungkiri, dirinya pun demikian jadi biarkan saja.

"Aku kasar sama orang kasar, aku baik sama orang yang baik, dan aku gak peduli sama orang yang sama gak pedulinya. So, ada yang salah?" Ririn menyipitkan mata abunya dengan sedikit bumbu geli kala mendapati tatapan membola dari mereka.

"Terus kamu mau apa?" Davin menghela napas berat masih dengan ekspresi sok tenangnya.

Ia juga mulai mengambil duduk di hadapan Ririn. Memberikan tatapan tajam yang ditanggapi kerlingan dari gadis itu. Tak habis pikir, mengapa ada makhluk sebar-bar anak sial*n ini?!

Sekali lagi Davin menghembuskan napas kasar mendapati sorot menantang tanpa ada rasa takut dari kelereng terang itu. Bahkan ketika yang lain menatapnya terpesona, takut, kagum, dan lain sebagainya, sosok gadis ini justru malah sebaliknya, tak peduli dan acuh tak acuh. Itu agak membuatnya terganggu tak terbiasa mendapati hal demikian selama hidup di dunia.

Petualangan Defit-al  (NEW)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang