*****
___________________"Sepertinya memang ada hal yang aneh!" seru Mellan yang sudah membanting tubuhnya pada kasur empuk di salah satu kamar yang telah dipinjamkan Bibi Heni.
"Hal aneh apa yang kamu maksud?" tanya Elish yang ikut merebahkan diri.
"Tentang.. siapa itu namanya? Pak... Rudy?" Mellan membalik tubuhnya menjadi tengkurap seraya memandangi mereka satu-persatu.
"Aneh bagaimana maksudmu, ha?" kembali Elish bertanya.
"Pikirkanlah kalian, bukankah Pak Rudy itu mengatakan Tim SAR baru datang hari ini? Sedangkan waktu anak itu menghilang adalah kemarin. Bukankah seharusnya untuk hal darurat seperti ini mereka harus menanganinya dengan cepat?" telisik Mellan membuat mereka segera mengangguk.
"Ah, lalu apa kalian juga melihat bagaimana ekspresi beliau ketika tengah mencari kita? Entah mengapa seakan-akan beliau begitu takut akan kita yang mengetahui sesuatu. Lagipula bukankah mencurigakan tentang perlakuan beliau yang selalu berusaha memaksa kita untuk segera pergi dari hutan itu?" lanjut Ayi yang juga sibuk dengan kotak paket.
"Mungkin beliau bermaksud baik. Bisa saja beliau memang benar-benar takut kita akan mengalami hal yang berbahaya di sana. Terlebih lagi, bukankah kalian juga ingat beliau pernah mengatakan bahwa ada pengunjung dari daerah lain yang malah ikut menghilang di sini?" ucap Anna berusaha berpikiran positif.
"Itu memang benar. Aku hanya merasa janggal saja.." sahut Ayi lagi yang kini sudah mendekati Line lalu menyerahkan sesuatu.
"Beliau memang patut dicurigai. Dengan dalih seperti itu, beliau juga bisa menjadi tersangka dalam kasus ini!" seru Elish.
"Jujur saja, aku benar-benar merasa bahwa orang itu memang berhubungan dengan kasus ini. Maka dari itu, ayo selidiki beliau juga!" tukas Ayi lagi.
"Sudahlah, kita bisa melanjutkan pembicaraan ini besok. Bukankah sebaiknya kalian segera pergi tidur? Ini adalah hari yang cukup berat bagi kita semua." tukas Raka memperingatkan. "Abang sudah mengantuk, kalian juga istirahatlah dengan baik sebagai persiapan untuk besok." tukasnya lagi yang segera mendapat anggukan dari mereka. "Kalau ada petunjuk lainnya yang Abang atau kalian temukan, segera bertukar informasi, ya?" sesaat setelahnya terdengarlah suara pintu ditutup.
"Lalu, apa rencana untuk besok?" tanya Anna setelah menyahuti Raka tadi.
"Ya... Tidak ada pilihan selain kita kembali ke tempat itu dan segera membebaskan anak-anak di sana sebelum mereka berhasil menjualnya." ucap Ayi seraya ikut menaiki kasur king size itu.
*****
Pagi ini masih terlihat cerah tanpa awan membuat semangat para gadis itu ikut cerah juga.
Elish berlarian menuju dapur di mana terlihat Bibi Heni tengah sibuk dengan urusan membuat sesuatu. Begitupun dengan keempat gadis lainnya yang masih setia mengikuti Elish.
"Bibi... Apa menu sarapan hari ini?" tanya Elish tiba-tiba seraya melongokkan kepalanya ke belakang tubuh Bibi Heni membuat wanita paruh baya itu menoleh pelan.
"Belum ada," sahutnya singkat kemudian.
"Ah.. Belum ada?" beo Elish seraya memandangi Bibi Heni yang terlihat serius.
"Iya, belum ada.." ulang Bibi Heni yang kembali melanjutkan kegiatannya mencuci beras.
"Elish, mengapa di dalam kepalamu itu hanya ada makanan? Ngomong-ngomong, Bibi, dimana Abang Raka? Sejak tadi tidak terlihat." tanya Ayi yang rupanya sedari tadi mencari keberadaan Raka yang memang tak terlihat dimanapun.
"Ke sungai, katanya mau mencari ikan." sahut Bibi Heni lagi sambil terkekeh saat tak sengaja menatap Elish yang merengut kesal. "Tadi pagi-pagi sekali pergi sama Geon." ucapnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Petualangan Defit-al (NEW)
FantasiLima anak gadis berpetualang memecahkan dan menyelidiki kasus yang ditugaskan Kepala Polisi setempat. Mendirikan sebuah organisasi yang bernama DeFiT-al (Detective 5/Five The Valiant), diresmikan oleh Samuel Antonio, Kepala Polisi. Di usia mereka ya...