DFTL [131] / Pulang

45 4 5
                                    

Heyyo..! I'm comeback again..😊😊
Btw, ada yg kangen Cat ga🤭

Oiyaa, sebelumnya buat kasus yg beberapa minggu ato bulan ato bahkan taun lalu (Cat lupa), kan ceritanya Defit-al secara mendadak ngegantung tuh kan belom selese dah ngilang aja si Author-nya😅 dah ga up date lagi lama bet karna ada sesuatu problem (alasan pribadi), jadi Cat bener² minta maaf yg sebesar-besarnya buat ketidaknyamanan readers sekalian.

Hm hm.. Mohon maklum yaa dan Insya Allah Cat bakal lanjutin ceritanya ampe selese kok.. Terakhir, mohon dukungannya yaa biar Cat semangat nulisnya trus ga slow up date lagi juga☺

Okaay, sekian n happy reading, Sobb...!
___________

*****

Seorang gadis tampak enggan melangkahkan kakinya ke arah dimana tiga orang dewasa yang satu diantaranya merupakan seorang wanita menunggu dirinya sedari tadi. Diliriknya untuk terakhir kali jam yang melingkar manis di lengan kiri, 04.51 a.m., itulah angka yang kini tertera nyata di sana.

Langkahnya gontai, bahkan terkesan setengah-setengah dalam mengambil tiap pijakan. Itu membuatnya sedikit memiliki waktu untuk mengistirahatkan otak walau faktanya kini otak itu makin bekerja lebih ekstra akan sesuatu hal yang belum pasti.

Ia mendesah, terus melakukannya berulang-ulang seakan mencoba untuk memberikan ketenangan pada dirinya sendiri. Setidaknya sebelum ia menghadapi acara sidang dadakan yang menunggu di depan sana. Merasa begitu frustasi namun ia jelas tak dapat melakukan hal lebih daripada menyanggupi untuk segera menghadap dan memberi klarifikasi.

"Lina, kamu baik-baik aja?" menolak untuk menunggu lebih lama salah satu diantara mereka segera beranjak menyambut gadis itu dalam belaian lembut pada puncak kepala.

Hal itu setidaknya dapat sedikit lebih banyak membuat gadis itu menjadi tenang. Berterima kasih dalam diam akan bantuan kecil yang diterima sebelum ia mendapat gonggongan penuh penuntutan pada akhirnya nanti.

"Ya dan tidak, Pak Sofi.." cicitnya amat pelan seakan menggambarkan begitu lelahnya ia untuk saat ini.

"Jangan maksain diri begitu, kalau kamu merasa kebe-"

"Gak kok, Pak Sofi. Lina gapapa, toh ini emang harus cepat diselesein." sahut gadis itu cepat dengan selingan senyum menenangkan.

"Hmm.." jika demikian, ia tak dapat membantah dan setelahnya menggandeng anak itu untuk segera berkumpul bersama dua sosok lain di sana.

"Maaf bikin lama nunggu, Pak Rexi, Bu Rika.." gadis itu menunduk sejenak sesaat setelah ia sampai di hadapan mereka.

"Iya, Lina duduk dulu aja. Mau sekalian dibuatin minuman hangat? Lina kelihatannya capek banget." Lina tersenyum kala mendengar tawaran wanita muda itu.

"Gak usah, Bu. Gak perlu repot-repot." tolaknya dengan gelengan pelan seraya mengambil tempat duduk tepat di hadapan mereka.

"Lina yakin nih gak apa-apa?" tanya Rexi yang tampak sama khawatirnya seraya terus menatapi anak gadis di hadapan.

"Iya, Pak Rexi. Jadi, apa ya?" menolak untuk terus berbasa-basi, Lina segera bertanya.

Tak ada sahutan yang ia terima dalam beberapa waktu. Malah kini ketiganya hanya menyoroti dengan berbagai keadaan, membuatnya merasa agak tidak nyaman. Ia menghela napas sejenak mencoba menetralkan segala pikiran yang mulai berkecamuk. Setidaknya di bawah tatapan-tatapan penuh penuntutan itu ia dapat mengendalikan diri agar tak bertingkah konyol.

Petualangan Defit-al  (NEW)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang