Met baca, Sobb..!
Ke-typo-an maklumin ajah-, -______________
*****
Sesuai arahan yang diberikan, kelima gadis itu kini telah berada di tempat tujuan akhir. Satu langkah lagi untuk menuju terungkapnya sesuatu, mungkin.
"Nona, di sini.." seru salah seorang pria yang sejak tadi telah menunggui kedatangan mereka.
"Ada yang kamu temuin?" tanya Lina pelan.
"Sejauh ini belum, Nona. Masih dalam penyelidikan lebih lanjut mengingat ini tempat terbuka jadi kami hanya bisa menyisiri beberapa titik saja." sahut pria itu lagi dengan tundukan sopan membuat para gadis itu mengangguk.
"Oke, sisanya kami yang ambil alih. Sebelum penggemar rahasia kita ngeliat keberadaan kalian." Ririn terkekeh kala mengatakan hal itu.
"Baiklah, Nona. Kami akan mengawasi Anda." tukas pria itu lagi yang kini telah membungkuk sopan undur diri.
"Jadi, di mana?" Elisha memandangi keempat temannya yang lain satu persatu secara bergantian.
"Tepat arah jam 3, periksa aja pagarnya atau apalah yang ada di situ!" suara bass terdengar di setiap earpiece yang mereka kenakan.
Detik berikutnya mereka telah memandangi arah yang di maksud. Pagar berdinding tebal yang mungkin tingginya tak kurang dari 2,5 meter. Dibawahnya terdapat tanaman hias setinggi lutut juga bebatuan hitam entah jenis apa. Lalu ada pula keran air tak jauh dari sana. Tak ada yang tampak janggal di sana, tapi siapa yang tahu apa yang membuat kamera pengintai itu malah diletakkan di situ.
Tak ingin membuang waktu lebih lama mengingat matahari yang mulai tampak condong ke Barat, mungkin sebentar lagi akan tergelincir menuju peraduan. Kelimanya bergegas membagi tugas sambil jalan. Tak banyak yang harus diselidiki mengingat tempat yang telah berhasil dipersempit.
Kembali mereka harus dibuat kecewa, melakukan sesuatu yang sia-sia. Seakan status mereka yang sebagai Agent detective terlatih lenyap begitu saja. Sejauh dan sedalam apa mereka melacak, meneliti setiap jengkalnya, mencari jejak barang seujung bekas, penuh konsentrasi, itu masih sama tak ditemukan apapun!
Pagar adalah pagar, tanaman adalah tanaman, keran air yaa tetap akan menjadi fungsi semestinya. Baik batu ataupun tanah sekalipun, dari atas ke bawah, samping kiri dan kanan, semuanya tetap sama saja. Nihil petunjuk ditemukan. Itu membuat mereka tanpa sadar mengerang frustasi. Berharap semoga yang lainnya menemukan sesuatu yang lebih baik.
"Gak ada apa-apa, Kev." desah Lani kemudian bahkan kini ia telah mendudukkan diri yang lelah di atas rumput tebal.
"Mungkin cuma kebetulan. Di balik pagar ada hutan mungkin cuma mantau siapa tau ada maling nyusup lewat situ." timpal Elisha ikut meluruhkan tubuh dengan napas memburu.
"Iya sih, cuma bagian itu aja yang rentan ada penyusup." tampaknya remaja di balik layar monitor itupun ikut mendesah kasar, membenarkan apa yang diucapkan temannya tadi.
"Semoga aja yang lain nemuin sesuatu." ujar Ririn yang kembali mendapat anggukan.
Elisha lagi-lagi menghela napas berat memikirkan kerumitan yang tak kunjung terselesaikan. Ia menyayangkan kala tak mendapati pertolongan(?) lebih baik. Ini adalah Elisha, bukan Elish. Walau itu dirinya sendiri, sifat mereka berbeda dan telah mendarah daging satu sama lain. Ketika dirinya mengklaim nama Elish, maka seakan setiap inderanya meningkat beberapa kali lipat. Termasuk kepekaannya terhadap hal lain dalam artian mendapat bantuan bagus dari teman tak kasat mata. Dan saat ini, ia hanya mampu melakukan hal sebisanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Petualangan Defit-al (NEW)
FantasiLima anak gadis berpetualang memecahkan dan menyelidiki kasus yang ditugaskan Kepala Polisi setempat. Mendirikan sebuah organisasi yang bernama DeFiT-al (Detective 5/Five The Valiant), diresmikan oleh Samuel Antonio, Kepala Polisi. Di usia mereka ya...