DFTL [56] / Rindu

107 7 2
                                    


___________

"Assalamu'alaikum..."

Deg..

Sesaat Lina tercekat mendengar nada merdu di seberang nan jauh di sana. Seakan segala perasaan emosi membuncah ingin diekspresikan. Namun sekuat tenaga ia sembunyikan di balik topeng wajah biasa saja. Tak terkecuali Ririn yang sama tertular berbagai macam bentuk emosi saat melihat netra violet samar berbingkai wajah datar itu.

"Waalaikumussalam, Nyonya. Apa ada yang Anda butuhkan?" tanya Krish dengan nada bergetar menahan rasa ingin mendekap erat tubuh rapuh disampingnya kini.

"Krish, apa...kamu bersama Princess manisku?" tanyanya dengan suara yang begitu lembut.

"Y-ya, Nyonya. Saya.. sedang bersama Nona Muda sekarang."

Selalu seperti ini kala nada lembut itu menusuk pendengaran sensitifnya. Kerinduan yang teramat sangat yang seakan terasa sampai ke ujung kaki begitu menyakitinya. Entah kapan terakhir kali mereka dapat bertatap wajah melepas semua kegundahan rasa yang menjadi-jadi. Mungkin sudah sangat lama sekali.

"Apa dia mendengarku, Krish?" nada yang juga menyiratkan kerinduan terdalam hampir membuat Ririn benar-benar meraung sedih.

Mengapa Ririn? Sebab hanya dia yang bisa mengekspresikan apa yang tengah adik kecilnya itu rasakan. Seakan mereka memang saling terhubung. Mungkin Lina bisa menyembunyikan emosinya namun dia kurang pandai dalam hal ini. Bahkan tak ada pergantian mimik sama sekali darinya seakan gadis itu benar-benar melupakan cara mengekspesikan buncahan rasa. Namun percayalah, saat kau amati bola mata yang berpendar redup itu, maka kau akan tahu seberapa besar rasa yang ia ingin luapkan. Hanya takut jika dilakukan sosok disanalah yang akan kembali menghukum dirinya sendiri. Benar-benar ironis.

"Krish..." panggilnya lagi membuat pria itu tercekat dalam lautan tak berdasar Nonanya.

"Ya, Nyonya? Maaf.."

"My princess, kamu di sana sayang?" lagi-lagi nada itu membuat kerongkongannya terasa terhalang.

"Ya, Mama?"

Wanita itu tersenyum teduh saat dapat kembali mendengar suara semanis madu yang memanggil sebutan Mama dengan khas itu. Suara cinta kecilnya yang mungkin sudah bertumbuh semakin besar tanpa sentuhan banyak dari tangan lembutnya. Sangat disayangkan, namun apalah daya. Ia bahkan tak dapat berbuat lebih.

"Mama sangat merindukanmu." lirihnya.

"Lin juga, Mama." sahut Lina yang sudah menyandarkan kepalanya pada dada bidang nan nyaman menenangkan milik Krish.

"Apa kamu baik-baik saja, Princess?"

"Ya, Lin baik-baik saja." bohong! Jelas itu bohong sebab hatinya terasa sesak sekarang.

Walau nadanya memang meyakinkan bahwa ia jelas baik-baik saja namun jiwanya telah lama tersesat dalam kelamnya lubang tak berdasar bersamaan dengan perginya sosok Mama beberapa tahun lalu sampai saat ini.

"Baguslah, tapi.... apa kamu marah?" tanya wanita itu dengan harap-harap cemas.

"Sebab?"

"Suara malaikat kecil Mama tak terdengar seperti penuh rindu." desahnya jujur.

"Percayalah, Mama adalah sosok yang paling Lin rindukan sebelum Papa." kekeh Lina dengan sumbang. "Lagipula di sini ada Paman Tian yang selalu menjaga Lin." sambungnya lagi.

"Mama cemburu,"

"Ya?" apa telinganya salah menyimpulkan?

"Mama cemburu, cemburu pada Krish. Lin selalu mendapat kasih sayang yang lebih besar dari Krish dibanding Mama, maafkan Mama."

Petualangan Defit-al  (NEW)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang