Dia berdiri dan berjalan menuju pintu. Aku ditinggalkan di tempat tidur dan dengan cepat berdiri juga sebelum aku akan terlihat seperti orang bodoh di sana.
"Istirahatlah," katanya dan hendak menutup pintu, "dan ayahmu aman, jangan khawatir. Aku tidak menembaknya pada sesuatu yang berisiko. Selamat malam." dia cepat² berkata dan menutup pintu.
Aku membulatkan mata ku ketika aku mendengar rantai dan kunci di luar pintu. Aku berlari melewati pintu lalu aku membungkuk dan memukul tanganku di permukaan kayu yang keras.
"Hei! apa kau mengurungku?!" aku berteriak.
"Siapa yang tahu? Kau mungkin kabur. Aku bermain aman, Darla." Aku mendengarnya tertawa sambil mendengar langkah kakinya menjauh.
Aku menghela nafas dalam kekalahan dan duduk di tempat tidur.
Setidaknya aku tahu ayahku aman sekarang, kuharap dia membaik atau aku akan benar² membunuh Darwis ini. Aku akan menjadi gila jika kehilangan ayah.
Aku berbaring di tempat tidur dan mengatur diri ku nyaman melalui kasur lembut ini. Perlahan, aku merasa mata ku mulai berat sehingga aku menutupnya dan tertidur.
°°°°°
"Bangun tuan putri." Aku mendengar suara di dekat telingaku jadi aku membuka mata untuk melihat Darwis
Aku langsung duduk dan menutupi seluruh tubuh ku sambil menatap kaget pada Darwis yang sudah mengenakan tuksedo.
"K-kenapa kau tiba² menerobos masuk begitu saja ?! Aku seorang gadis!" aku berteriak.
"Lalu? ini rumahku." dia menyilangkan tangannya, "kau bukan tamuku." dia mengejek.
"Apa yang kau inginkan? mengapa kau ada di sini?" kataku sambil memperbaiki rambutku yang kusut.
"sarapan." katanya dan kemudian mengangkat borgol tangan di depan mataku.
Aku mundur dan menatapnya dengan kaget, "apa itu__"
Aku terputus ketika dia menarik pergelangan tanganku dengan keras dan meletakkan borgol di pergelangan tanganku sambil memegangku erat². Cengkeramannya di kulit sensitif ku begitu kasar dan aku merasakan kukunya menggali pada ku.
Begitu dia selesai, dia melepas tanganku dan tersenyum padaku.
"Untuk apa ini? Pertama kau mengurungku, dan sekarang kau memborgol tanganku seolah-olah aku seorang tahanan, sialan?" Aku masih meringis kesakitan dan merasakan kulitku perih karena memar ringan yang dibuatnya.
"oh tuan putri, aku belum selesai." katanya dan menarik pergelangan kakiku.
Aku terkekeh kaget dan kurasakan logam dingin membungkus pergelangan kakiku. Aku melihat ke bawah untuk melihat Darwis mengunci rantai yang dia pakai padaku.
"apa-apaan ini?" Aku mengutuk.
Dia berdiri dan menunjukkan senyum bangga sambil menatap rantai yang mengunci ku, "sekarang, saatnya sarapan."
Dalam sekejap, aku sudah berada di lengannya saat dia membawaku ke bawah. Kami pergi ke dapur dan dia meletakkanku di kursi.
Aku disambut oleh berbagai makanan yang diletakkan di atas meja putih elegan. Aku menatap dengan kagum dan perutku terasa keroncongan.
Aku tidak makan kemarin karena mereka mewawancarai ku. Banyak hal terjadi kemarin sehingga aku lupa perasaan lapar.
"Mari makan." kata Darwis sambil menggosok kedua telapak tangannya dan mengambil utensil.
"bagaimana dengan aku?" aku mengerutkan kening.
Apa dia mencoba membunuhku dengan kelaparan ini? Dia seharusnya menembakku bukannya menyiksaku seperti ini, ugh.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Kidnapper[END!]
Action"berapa umurmu, manis?" dia bertanya "tu-tujuh belas" "oh kau belum delapan belas rupanya" dia memainkan lip ring nya dengan frustasi "uh, usia" dia melihat kearah bahu telanjang dan tulang selangka ku Dia berjalan ke arahku dan sedikit menjongkok...