“Pergi dan kemasi pakaianmu.” Darwis memerintahkanku setelah meletakkan anjingnya di kandangnya.
Aku benar² ingin mengelusnya tetapi aku tahu Darwsi bahkan tidak akan membiarkanku menyentuhnya. Aku ingat dia mengatakan saat itu bahwa aku tidak bisa pergi ke pintu tertentu ini tetapi aku menemukan itu adalah pintu kamar anjingnya.
Tapi aku tahu anjingnya tidak sering tinggal di sini karena Darwis selalu sibuk.
“apa? kemana kita akan pergi? Kenapa?” aku bertanya, mengikutinya ke kamarnya.
“Jangan terlalu banyak bertanya, kemas saja.” dia mengerang dan membanting pintu.
Aku mengutuknya dan memutar mataku. bagaimana sikapnya yang menjijikkan?
Aku melakukan apa yang dikatakannya dan mengemas pakaian yang dibelinya untukku waktu itu. Setelah aku selesai berkemas, aku pergi ke ruang tamu dengan barang bawaanku.
Aku melihatnya duduk di sofa dan ketika dia melihatku, dia dengan cepat berdiri.
“Ayo pergi.”
“tunggu, kita pergi sekarang?”
“Tidak jelas?” dia mengejek.
“tunggu, bagaimana dengan anjingmu?” aku bertanya, khawatir meninggalkan anjingnya sendirian di sini.
“Pengasuh sudah menjemputnya.” katanya dan memunggungi ku.
Aku membuka mulut dengan kagum. serius? anjingnya sudah bisa menjadi anaknya.
kami pergi ke mobilnya dan segera menuju bandara. Kami menunggu penerbangan keluar dan akhirnya, kami memasuki pesawat. Aku bahkan tidak tahu ke mana kita akan pergi tetapi aku tidak ingin bertanya padanya karena aku tahu dia tidak akan menjawab dengan benar.
kami menemukan tempat duduk kami dan mudah ditemukan dengan bantuan pramugari karena kami berada di bagian vip.
Aku menyandarkan punggungku dan merasakan mataku berat.
°°°°°
Kami tiba di pulau yang indah ini dan aku langsung mengenali pemandangannya.
Hawaii.
jadi kita di Hawaii? Aku tidak memperhatikan sebelumnya di bandara karena aku sangat lelah.
Hawai telah menjadi tempat favorit ku untuk dikunjungi dan sebenarnya tujuan ku untuk merayakan ulang tahun kedelapan belas ku di sini bersama ayah. tapi aku tahu itu tidak mungkin sekarang.
Aku tersenyum ketika angin hangat menerpa kulitku. Tiba², senyumku memudar.
Semua pakaianku hanya sederhana dan tidak ada pakaian pantai.
Aku mengerang dan melihat Darwis mengeluarkan kunci dari sakunya. dia kemudian memasukkannya ke pintu dan masuk lebih dulu, menarik barang bawaannya ke belakang. Aku memutar mataku karena dia tidak membantuku mengambil barang bawaanku.
Seorang pria yang sialan
dia duduk di sofa sambil memijat dahinya, pasti pusing karena jet lag.
“apa yang kita lakukan di sini?” tanyaku, mataku berkeliling di sekitar suite hotel.
Itu bagus dan sederhana. tentu saja, aku berharap ini menjadi mahal sekali. ini bisa menjadi ruang tamu utuh dengan sudut yang luas.
“hanya,” katanya sederhana dan menggerakkan tubuhnya ke pintu kamar, “aku akan tidur dan kau juga.”
Dia berbalik ke arahku dan aku mengangguk. ini mungkin waktu yang tepat untuk melarikan diri tapi jujur, melarikan diri bukanlah prioritasku akhir² ini yang membuat diriku merasa aneh. Aku selalu membiarkan peluang seperti ini pergi.
Aku menghela nafas dan pergi ke kamarku untuk tidur.
Aku mencoba untuk tidur dan aku melihat ke jam. Sudah 4 jam dan aku hanya menatap langit² di atas. Dipikirkan dan hanya merasa begitu kosong.
Aku berdiri untuk mengganti pakaianku ke baju putih dan corak hitam. Aku tidak memakai bra karena aku tahu Darwis sedang tidur.
Aku keluar dari kamar untuk minum. Aku pergi ke meja dapur dan menuangkan air ke gelasku lalu meminumnya dalam satu tegukan.
Aku meletakkan gelas di wastafel dan berbalik untuk kembali ke kamar tetapi aku berhenti ketika aku melihat Darwis menatapku.
Lengannya menyilang dan matanya bergerak turun, lalu mengamati sosokku.
Dengan cepat, seringai menggantikan bibirnya yang tak tersentuh.
Aku menelan ludah dan segera menutupi dadaku. Aku hampir saja berlari karena malu, tetapi Darwis memegang tanganku lalu mengangkatku untuk menempatkanku di atas meja.
Aku panik dan ingin menendang wajahnya.
“A-apa yang kau lakukan?” Aku menelan ludah ketika kulihat dia menjilat bibirnya, lidahnya membelai lip ringnya.
“kenapa kau harus memakai ini?” dia berbisik sambil menarik bajuku, menunjukkan bahwa aku sudah bersalah karena tak memakai bra.
Aku merasa gugup tetapi pada saat yang sama, aku merasa bersemangat. Jantungku berdegup kencang di dalam dadaku. Aku menatap wajahnya yang sangat dekat denganku.
bulu matanya yang sempurna memukuliku sementara bola matanya meluncur ke bawah, itu menatapku. dia menjilat bibirnya sekali lagi sebelum aku merasakan sesuatu yang lembut dan dingin di kulitku.
Bibir dan lip ringnya.
Aku membeku di tempatku kemudian Darwis memegang tanganku untuk meletakkannya di pundaknya. Dia menggerakkan bibirnya ke bibirku, bibirku tidak bergerak sama sekali. Aku tidak tahu bagaimana cara mencium dan bibirnya sangat ceroboh sehingga terasa aneh namun memuaskan.
Untuk pertama kalinya, aku mencoba menggerakkan bibirku dengan irama yang sama seperti dia dan aku bersumpah, aku merasakan dia mengerang di antara ciuman, menciptakan getaran dan membuatku merasa sedikit kesemutan.
Aku meletakkan tangan di antara rambut pirang lembutnya. merasakannya di telapak tanganku saat bibir kami menari pada satu waktu bersamaan.
Aku memindahkan tangan ku ke akncing kemeja polo dan mulai membuka kancingnya.
Tiba², aku merasakan tangannya menarik bajuku. Aku mengangkat tangan agar dia melepaskan bajuku, tetapi dia berhenti ketika dia merasakan payudaraku telanjang.
Dia berhenti menciumku sementara air liur kami terhubung. Dia menatapku sejenak lalu memalingkan muka, melepaskan bajuku dan perlahan mundur.
Dia memperbaiki kemeja polonya dan mengancingkannya lagi. dia menyelipkan kemeja polo di celana hitamnya sambil membiarkanku terbata-bata dan tidak puas.
Dia menatapku lalu melihat ke bajuku lagi, “kita tidak bisa, kau belum delapan belas tahun.”
Setelah itu, dia pergi ke pintu dan pergi.
Apa itu tadi?
Di mana ‘persetan dengan hukum, aku Jack Darwis’ yang aku tahu?
Aku menjadi frustrasi secara seksual dan aku memutar mataku karena itu karena dia.
Apa yang kau lakukan padaku, Jack Darwis?
°°°°°
Next💜
Vote n comment..
KAMU SEDANG MEMBACA
My Kidnapper[END!]
Ação"berapa umurmu, manis?" dia bertanya "tu-tujuh belas" "oh kau belum delapan belas rupanya" dia memainkan lip ring nya dengan frustasi "uh, usia" dia melihat kearah bahu telanjang dan tulang selangka ku Dia berjalan ke arahku dan sedikit menjongkok...