“apa?”
“sudahlah.” katanya dan meraih tasnya, melemparkannya ke atas bahunya tapi sebelum dia bisa melewatiku, aku menghentikannya.
“Kau ingat aku, kan?” aku bertanya, menggertakkan gigiku.
Kenapa dia bertindak seperti dia tidak mengenal ku sebelumnya?
Dia berhenti dan memandang rendah padaku, mengangkat alisnya dan menyilangkan tangan.
“bagaimana mungkin tidak?” dia terkekeh.
Aku dengan frustrasi menghadapinya, mengernyitkan alisku. Aku juga menyilangkan tangan, memandangi pria jangkung ini.
Aku bersumpah demi Tuhan, wajah sombong itu, aku benar² ingin memukulnya dengan keras.
“lalu apa tadi? apa? siapa yang ingin kau tanyakan padaku? kau hanya murid baru? apa-apaan__”
Aki terputus ketika dia mendorong ku dan pantat ku mendarat di salah satu kursi. dia melangkah maju, mendaratkan tangannya di kursi, menjebakku di antara lengannya dan membungkuk.
Dia berhenti membungkuk ketika dia mencapai tingkat mataku dan kemudian menyeringai. dia menatap langsung ke mataku.
“Kupikir aku bisa menghindarimu, tapi kupikir aku tidak bisa.” katanya dan mencondongkan tubuh lebih dekat, cukup dekat sehingga aku bisa merasakan napasnya. “Benarkan? Teman sekelas?”
“Persetan.” kataku dan mendorongnya tapi dia tidak bergerak.
Dia masih dekat dan aku akan menendangnya, tapi dia memegang kakiku untuk menghentikannya. telapak tangannya mendarat di kakiku dan aku menggigil karena sentuhannya.
Dia menyeringai lebar, “hm, lembut.”
“Persetan kau!” aku berteriak dan mendorongnya.
Dia tersandung sedikit ketika tertawa. Aku meraih tasku dengan cepat, berlari keluar kelas sambil masih mendengar Draka tertawa.
Aku jengkel pergi ke tempat parkir, langsung ke mobil kami ketika bodyguards membuka pintu untuk ku. Aku duduk di kursi sambil menyilangkan tangan dan mobil mulai bergerak.
Aku tidak tahu dia brengsek. dia memancarkan energi bocah laki² dan dia membuktikannya barusan. Maksudku, bagaimana dia bisa menyentuh kaki seorang gadis dan mengatakan itu lembut?
dia benar² menjijikkan.
Oh well, jika dia tidak bisa menghindariku, maka aku akan menghindarinya.
seperti yang aku katakan, aku harus aman dan dekat dengan Draka adalah salah satu cara menjerit pada bahaya.
Aku tiba di rumah, pelayan menyambut ku dan melayani ku menyuguhkan teh rumah. Aku menggelengkan kepala dan naik ke kamar. Ketika aku hendak memasuki kamar, salah satu pelayan menghentikanku.
“Nona, ayahmu tidak akan pulang untuk__”
“Aku tahu.” kataku dan membuka pintu untuk masuk.
Mereka selalu mengatakan hal yang sama setiap hari. apa yang aku harapkan? tentu saja, dia tidak akan pulang. apa yang baru?
Aku berbaring di tempat tidur dan meraih ponselku. Aku melihat-lihat ponselku sampai waktu berlalu begitu cepat sehingga aku tidak tahu itu sudah malam.
Pelayan mengatakan makan malam sudah siap tapi aku mengatakan aku tidak akan makan dan mereka bisa memakannya.
Kenapa pelayan ini selalu memasak makan malam saat aku selalu menolaknya? mereka hanya membuang-buang waktu dan upaya mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Kidnapper[END!]
Action"berapa umurmu, manis?" dia bertanya "tu-tujuh belas" "oh kau belum delapan belas rupanya" dia memainkan lip ring nya dengan frustasi "uh, usia" dia melihat kearah bahu telanjang dan tulang selangka ku Dia berjalan ke arahku dan sedikit menjongkok...