Minggu telah berlalu, semuanya berjalan normal tapi aku masih belum terbiasa dengan ini. Aku masih tidak bisa menerima aku dicium oleh seorang pedofil minggu lalu.
Berapa umurnya?
“Kau tidak makan?”
Aku mengangkat kepalaku untuk bertemu mata Darwis yang menatapku. Aku menghela nafas dan mengambil utensil untuk mulai makan. Kesunyian memenuhi udara seperti biasa tapi itu agak, nyaman?
Darwis tidak keras pada ku atau merantaiku lagi. Dia juga membiarkan ku berkeliling rumah, tapi, tentu saja, dia tidak membiarkan ku keluar dari pintu. Suatu kali, aku sangat kagum dengan pemandangan taman melalui jendela sehingga aku ingin memeriksanya tapi Darwis menutup pintu, menatap ku seolah-olah aku mencoba melarikan diri.
“Kau punya pertemuan penting hari ini, kurasa?”
Dan ya, aku berhasil berbicara dengannya sekarang, dia tidak menakutkan seperti yang aku pikir terakhir kali. Dia lebih tenang akhir² ini dan akan berbicara pada ku secara normal seolah-olah aku bukan korbannya.
Dan aku berbicara dengannya seolah-olah dia bukan penculik ku.
“Ya,” katanya dan meminum airnya lalu dengan cepat mengalihkan pandangannya padaku.
Aku terus makan dan mengabaikan penampilannya. Aku mendongak lagi dan melihatnya masih menatapku, ah tidak, mengamati wajahku. Aku mengerutkan alisku.
“apa?” aku bertanya terus terang.
“Kau akan ikut denganku,” katanya dan berdiri.
“hah? dimana?” aku juga berdiri dan berlari mengejarnya, meraih lengannya.
Dia menghadap ku lagi dan memandang rendah. Entah bagaimana, aku merasa sangat kecil di bawah tatapannya. Kenapa dia begitu tinggi dan ramping? Atau aku hanya kecil?
“perusahaan. kau akan ikut denganku.” katanya, memberiku wajah kosong.
Tiba², kegembiraan menggelitik dalam diriku. Apa ini? saat aku akhirnya lari?
Aku memikirkan cara bagaimana aku akan lari nanti, tapi Darwis meraih tanganku untuk melepaskan lengannya.
“jangan berpikir untuk melarikan diri, kau tahu apa yang akan terjadi. lebih buruk.” dia memperingatkan dan memunggungi ku.
Aku mengejek dan memelototi punggungnya. Apa yang dia harapkan? korbannya yang tidak akan melarikan diri ketika dia mendapat kesempatan untuk benar² melarikan diri? apa dia bodoh atau dia tidak menggunakan otaknya?
Aku menjatuhkan diri ke sofa dan menatap langit²
Tidak ada ponsel, aku sangat bosan.
Sebuah terengah-engah keluar dari mulut ku ketika aku menyadari sudah berminggu-minggu sejak aku memegang ponsel di telapak tangan ku. Oh Tuhan, bagaimana aku bisa bertahan?
Aku mengucapkan selamat kepada diri sendiri ketika Darwis keluar dari kamarnya, handuk melilit pinggang bawahnya. Aku cepat² membuang muka dan bernafas. Putih
“ganti pakaianmu, aku punya gaun di kamarmu yang cocok untukmu.” katanya sambil menatapku normal.
“Kenapa kau punya gaun?” sebuah tawa hampir keluar dari bibirku tapi aku mencoba yang terbaik untuk tidak melakukannya.
“Itu bukan milikku, berhenti berpikir seperti itu,” ejeknya.
“lalu siapa?” aku bertanya, berjalan ke kamarku.
“mantan,” katanya sederhana.
Aku cepat² menoleh ke arahnya dengan ejekan, dia dengan bingung melihat ke belakang, bertemu dengan mataku yang berputar. “Serius? Kau akan membiarkan aku mengenakan pakaian mantanmu? Kenapa kau masih punya gaunnya?” Aku mengejek, memutar mataku kesal.
Akubbenci berbagi pakaian dan aku TIDAK BISA hanya memakai pakaian mantannya. Apa yang dia pikirkan? Aku akan memakainya?
“Yah, aku mengambilnya dari tempat sampah.” katanya dan terkekeh.
“Aku tidak memakainya,” kataku, memberinya tatapan terkuatku tetapi tawa keluar dari bibirnya.
Ugh
“Kalau begitu, telanjang,” dia tertawa.
“Aku lebih suka melakukan itu, sialan.” kataku dan berbalik, sangat kesal.
Kenapa sih dia tidak repot dengan aku mengenakan pakaian bekasnya seolah-olah itu tidak masalah sama sekali? Baik jika itu tidak masalah baginya, itu bagi ku.
Aku orang yang sangat higienis sehingga aku tidak berbagi sesuatu dengan orang lain. Bahkan jika kalian mengatakan kalian bersih, bahkan jika kita memiliki darah yg sama, aku tidak akan pernah membagikan barang² ku kepada kalian.
“Pakai saja! Berhentilah menjadi kuman karena itu bersih!” dia berteriak tapi aku memutar mataku.
Aku melirik gaun yang tergeletak indah di ranjang. Itu tidak terlihat buruk seperti yang aku harapkan, pada kenyataannya, itu lucu. Ini terbuat dari kain sutra dan warna nude pink.
Aku meraih gaun itu dan pergi ke kamar mandi untuk berganti pakaian.
Aku menghela nafas ketika ingat aku memakai bra yang sama selama berminggu-minggu. Tidak higienis.
Aku keluar dan memeriksa diriku di cermin.
Itu cocok untukku.
Aki menyisir rambut ku dan meletakkan bedak di wajah ku karena aku tidak punya make up lain. setelah aku selesai mempersiapkan diri secara sederhana, aku pergi untuk melihat Darwis dengan setelan jas.
Seperti biasa, dia terlihat baik seperti biasanya. tampan.
Apa?
Tidak, tidak, tidak, maksudku dia terlihat baik saja.
Aku cepat² memalingkan muka dan pergi ke meja dapur untuk minum air. Aku merasakan tatapannya mengikutiku, juga tubuhnya. Aku dengan cepat merasa gugup karena alasan yang tidak diketahui.
Aku mendongak dari minum dan melihat bibirnya sedikit tersentak, melirik ke atas dan ke bawah. Dia memandang sayang ke gaun yang kupakai seolah-olah itu gaun yang hanya dilihatnya. Seolah-olah dia melihatnya di toko jendela dan seorang manekin mengenakannya. Tatapannya tidak tersandung pada wajah ku tapi hanya gaun itu.
Matanya tidak meninggalkan gaun itu.
Aku mengejek.
Aku tahu itu, dia masih belum melupakan mantannya. Kenapa dia ingin aku memakai sampah ini? Aku bukan model sialan baginya untuk diingatkan bagaimana mantannya mengenakan ini.
Aku dengan jengkel mulai berjalan pergi tapi aku ditarik olehnya, mendapat teriakan dariku. Pipiku mendarat di dadanya yang keras, tubuhku bertabrakan, lenganku di sisiku saat dia memeluk tubuhku.
Apa yang dia lakukan?
“A-ap_” aku mencoba berbicara tapi dia mulai berbicara.
“Aku merindukanmu,” katanya lembut dan mulai membelai rambutku dengan gerakan yang menenangkan. Aku dengan bingung merajut alisku dan hendak mendorongnya ketika dia membisikkan sesuatu tapi aku jelas mendengarnya.
“Pixi”
°°°°°
Next💕
Diingatkan vote ya guys😙😘
KAMU SEDANG MEMBACA
My Kidnapper[END!]
Akcja"berapa umurmu, manis?" dia bertanya "tu-tujuh belas" "oh kau belum delapan belas rupanya" dia memainkan lip ring nya dengan frustasi "uh, usia" dia melihat kearah bahu telanjang dan tulang selangka ku Dia berjalan ke arahku dan sedikit menjongkok...