Ternyata wanita itu

3.9K 284 0
                                    

Adzan isya telah berkumandang sejak 20 menit yang lalu, Aufar dengan semangat bersiap siap untuk mengajak Aliya keluar makan malam sekaligus bertemu dengan seseorang yang sudah sejak lama ingin ia kenalkan pada adiknya tersebut

Aufar yang mengenakan kemeja navy dengan lengannya di lipat setengah, celana jeans hitam serta sepatu sneakers, di tambah dengan rambut nya yang di sisir rapi ke samping membuat dirinya kelihatan lebih muda

Sedangkan Aliya masih di kamar, baju gamis modern berbahan dasar jeans dan pashmina abu abu sangat serasi di tubuhnya yang tinggi semampai, selain itu sepatu sneakers dan Sling bag yang di Tenteng nya menjadi  perpaduan yang sangat serasi, dengan sedikit polesan make up ia kemudian turun menemui Aufar yang sejak tadi menunggu nya

"Lama banget sih ya, kamu sebenarnya gak usah make up, muka polosmu itu udah cantik, gak perlu rempong kayak emak emak gini" Aufar berdiri lantas menghapus lipstik yang menempel di bibir Aliya

"Makasih loh pujiannya Tapi bang, kalau Liya gak pake lipstik ini bibir bakal pecah pecah kayak tumit abang" Aliya menepis tangan Aufar yang sedang menghapus lipstik di bibir tipisnya sambil tertawa kekeh

"Eh, tumit Abang gak pecah pecah ya , cuma retak aja" Aufar tertawa kekeh

"Yaudah sama aja, ayo pergi, Liya udah lapar banget nih" Aliya yang sudah kelaparan itu langsung menarik tangan Aufar dan membawanya keluar rumah, memang setelah makan siang tadi ia belum memakan apapun

Sekitar 15 menit perjalanan, kedua kakak beradik itu sampai di sebuah restoran yang berdekatan dengan perusahaan Aufar, mereka turun dari mobil dan bergegas masuk ke cafe yang kelihatan sangat ramai itu

pelayanan restoran yang mereka datangi sangat menakjubkan, setiap tamu yang masuk langsung di layani dan di arahkan ke meja yang sudah di pesan, sebuah grup band juga turut menghibur tamu dan pelanggan di sana, benar benar seperti restoran bintang lima

Aufar telah memesan sebuah meja yang berhadapan langsung dengan pemandangan kota Bandung, dengan sigap Aliya langsung duduk di kursi yang paling dekat dengan jendela kaca, ia sangat suka melihat pemandangan kota di malam hari  sesekali gadis itu juga mengarahkan pandangannya ke bintang yang bertaburan di langit

Kring kring

suara telpon Aufar berbunyi, ia tersenyum ketika melihat nama yanh tertera di layar ponsel nya

"Halo, assalamualaikum, kamu udah di mana?"

"Waalaikumsalam, aku udah di depan mas, kamu duduk di meja nomor 10 kan, nanti aku langsung ke sana, Aliya ikut?"

"Aliya ikut kok, kamu langsung ke sini ya, aku tunggu, assalamualaikum"

sambil mematikan telfon nya Aufar memandang Aliya yang sejak tadi hanya diam dan menatap ke arah luar jendela, pria 27 tahun itu hanya tersenyum melihat ekspresi datar sang adik

Dari kejauhan seorang wanita datang menghampiri Aufar dan Aliya, postur tubuhnya yang mungil di tutupi jilbab biru yang senada dengan warna gamisnya, tak ketinggalan tas kecil hitam yang menjadi pemanis penampilan wanita itu

"Assalamualaikum" wanita tersebut mengucapkan salam dan mengejutkan Aliya yang sejak tadi terus melebarkan pandangannya ke langit malam

"Waalaikumsalam" jawab Aufar dan Aliya bersamaan

"Silahkan duduk" senyum Aufar merekah ketika melihat wanita itu duduk di samping nya sementara Aliya duduk berhadapan dengan Aufar

"Liya, kenalin ini Nurul Huda, temen Abang waktu kuliah di Makassar"

Nurul memberikan tangannya kepada Aliya sambil tersenyum malu saat di kenalkan oleh Aufar, dengan senang hati Aliya membalas jabatan tangan Nurul

"Hem kak Nurul ini temen atau demenan bang Aufar?" Aliya spontan bertanya sambil mengangkat kedua alisnya

Ku Pesan Cinta Lewat Do'a (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang