Setelah berpelukan cukup lama, kedua gadis cantik itu melepaskan kembali pelukannya, pelayan pun datang membawa makanan yang sudah di pesan oleh tiga sekawan tersebut
"Mas, gimana dengan proyek kamu, ada masalah?" Tanya Aliya membuka pembicaraan
"Alhamdulillah lancar kok Al, mungkin besok lusa mas bakal turun langsung buat mantau" Fadil menjawab dengan nada datar sambil melahap makanannya
"Hueek hueek" Vanya segera menutup mulutnya dan berlari ke toilet
Fadil dan Aliya sontak terkejut dan khawatir dengan kondisi Vanya
"Mas, aku susulin Vanya ke toilet dulu ya" Fadil hanya mengangguk dan melihat Aliya berlalu meninggalkan nya
Aliya masuk ke toilet dan melihat Vanya masih mual dan mengeluarkan semua makanan yang sempat di makannya tadi
"Vanya sakit?" Tanya Aliya sambil memijat punggung sahabat nya itu
"Gak tau Al, akhir akhir ini Vanya sering mual terus pusing, apa ini efek pulang balik Manado Bandung ya , huek huek" Vanya kembali memuntahkan isi perutnya, wajahnya yang cantik kelihatan pucat, dan keringat juga sudah bercucuran di pelipisnya
"Kita ke dokter aja yuk" ajak Aliya sambil memapah Vanya keluar dari toilet
"Eh, gak usah Al, ini paling Vanya cuma masuk angin aja, gak perlu ke dokter" Vanya menolak ajakan Aliya dengan suara yang sedikit panik
"Yaudah kalau Vanya gak mau, kita pulang aja ya, biar bisa istirahat di rumah, biar Al yang Anter pulang"
Aliya dan Vanya kembali ke meja tempat mereka berkumpul tadi, Fadil sontak terkejut melihat wajah Vanya yang pucat, ia langsung mengambil Vanya yang masih di pegang oleh Aliya
"Al, Vanya kenapa?, kok pucat gini?" Fadil mengusap kepala Vanya dan melingkarkan tangannya di pinggang Vanya dengan ekspresi cemas
Aliya heran melihat tingkah laku Fadil, dia kelihatan sangat khawatir dan tidak biasanya ia berani memegang tubuh seorang wanita seperti itu, namun Aliya berusaha berpikir positif, mungkin Fadil ingin membantu Vanya karena ia tidak tega melihat Aliya sendiri memopoh gadis itu
"Al gak tau mas, dia mual terus mukanya pucat banget, kita bawa pulang aja mas" ajak Aliya sambil membawa tas Vanya dan kunci mobilnya
"Biar mas yang bawa dia pulang Al, lagian mas juga bawa mobil, tadi mas udah izin sama papa Vanya jadi mas juga yang harus bawa dia pulang" jawab Fadil menghentikan gerakan Aliya yang sudah siap dengan kunci mobil di tangannya
Deg
Aliya tertegun, Fadil meminta izin kepada papa Vanya, sejak kapan Fadil dekat dengan papa Vanya, bukannya papa Vanya tinggal di Manado, ada keanehan di antara mereka, dan kenapa Fadil sangat khawatir dengan kondisi Vanya, padahal sebelumnya Vanya sudah sering pulang balik rumah sakit, tapi saat itu sikap Fadil malah terlihat cuek tapi kenapa sekarang??
Aliya tersadar dari lamunannya tersebut dan bergegas keluar cafe, sementara Fadil dan Vanya sudah lebih dulu keluar
Gadis itu hanya bisa melihat Fadil menggendong vanya masuk ke dalam mobilnya dan yang lebih herannya lagi pria itu hanya membunyikan klakson kepada Aliya sebagai tanda perpisahan mereka
"Aku harus nyusul Vanya ke rumahnya, aku takut dia kenapa Napa" gumam Aliya dalam hati
Dengan sigap Aliya masuk ke dalam mobil dan melajukannya mengikuti Fadil dari belakang, Fadil membawa mobil dengan sangat cepat hingga Aliya tidak bisa mengejar nya, walaupun tertinggal jauh dibelakang Aliya tetap mengarahkan mobilnya ke rumah Vanya
KAMU SEDANG MEMBACA
Ku Pesan Cinta Lewat Do'a (Completed)
Spiritual"Kamu udah nikah?" "kalau aku udah nikah atau belum emang ada hubungannya sama kak Zayn?" "Jawabannya simple, kalau kamu belum nikah, ya aku bakal nikahin kamu, tapi kalau udah nikah aku setia nunggu kamu jadi janda" "Jadi kak Zayn sumpahin aku jad...