41. Permohonan Joohyun

2.1K 250 183
                                    

Warning!! Adegan penuh drama dimulaii

***********

Joohyun berlari terpogoh-pogoh di parkiran rumah sakit dengan perasaan yang sangat resah, bahkan air mata membasahi wajah Joohyun saat ini. Bagaimana tidak, Joohyun mendapatkan telfon dari sekolah jika Junhoo berantem di sekolahnya dan berujung Junhoo di larikan ke rumah sakit karena Junhoo tersungkur di tangga, membuat Junhoo pendarahan karena Junhoo sendiri memiliki penyakit hemofilia, dimana darah akan sukar membeku.

Joohyun mengusap air matanya, berlari kearah Unit Gawat Darurat. Di kursi tunggu depan ruang Unit Gawat Darurat Joohyun bisa melihat Joeun duduk disana sembari menangis bersama wanita berambut pirang dan kulit putih khas orang eropa.

"Eomma!" lirih Joeun ketika Joohyun berada di depannya, Joohyun lantas membawa Joeun dalam dekapannya. Mengusap rambut Joeun dengan lembut, mengecup kening Joeun berulang kali. Sesekali berbisik, menenangkan Joeun yang nampak gemetar dalam pelukannya.

"Bagaimana.. bagaimana Junhoo bisa tergelincir dari tangga ?" tanya Joohyun pada wanita berdarah Eropa itu dengan sedikit gemetar, wanita di depannya ini adalah wali kelas Junhoo dan Joeun. Anne.

"Maaf atas keteledoran saya sebagai wali kelas, dari yang saya dengar dari murid yang berada di luar kelas dan CCTV Junhoo bertengkar dengan teman satu kelasnya. Awalnya hanya bercanda, namun Junhoo seperti tak terima hal itu Junhoo mendorong Erick hingga dia tersungkur. Lalu keduanya bertengkar, saling mendong dan berakhir saat Junhoo tergelincir di anak tangga." Anne menatap Joohyun dengan tatapan bersalah.

Joohyun memejamkan matanya sejenak, sebenarnya apa yang di bercandakan oleh anak itu hingga membuat pertengkaran seperti ini. Joohyun mengalihkan pandangannya kearah pintu Unit Gawat Darurat yang masih tertutup. "Lalu dimana orang tua anak itu ?"

"Erick adalah anak dari donatur terbesar di sekolah, saya tidak bisa berbuat apa-apa untuk hal ini. Maafkan saya."

Joohyun menghela nafanya gusar, membawa Joeun dalam gendongannya. Menempatkan tubuhnya di atas kursi, mendekap tubuh kecil Joeun sembari memejamkan matanya. Kekayaan dan status sosial rupanya masih menjadi hal yang paling di agungkan, mengapa orang-orang lebih menghormati orang yang memiliki status sosial yang tinggi. Joohyun sadar dirinya hanya wanita biasa, begitu pula dengan kedua anaknya. Tapi apakah mereka tak ada niatan untuk datang kemari dan meminta maaf.

"Eomma jangan menangis." bisik Joeun, Joohyun membuka kedua matanya mencoba untuk memasang senyuman tipis.

"Eomma tidak menangis kok" lirih Joohyun.

Pintu Unit Gawat Darurat terbuka, Joohyun lantas beranjak dari duduknya. Meletakkan Joeun di kursi lalu melangkah dengan cepat kearah dokter yang keluar dari ruangan tersebut.

"Dengan keluarga pasien ?" tanya dokter itu, ketika Joohyun menghampirinya dengan wajah khawatir.

Joohyun mengangguk berulang kali. "Ya, saya ibunya."

"Pasien mengalami luka robek di bagian kepala, saya sudah menjalankan CT Scan dan terdapat retakan di tulang kepalanya selain itu terjadi kendala pasien pendarahan sedangkan stok darah di rumah sakit saat ini sangat minim. Saya sudah suruh perawat untuk menghubungi rumah sakit lain, apakah punya stok darah yang cocok dengan anak anda." jelas dokter tersebut.

Joohyun memejamkan matanya, mengusap rambutnya kebelakang. Mengapa hal seperti ini terjadi pada putranya.

"Anda ibunya, kurasa anda memiliki darah yang cocok untuk anak anda." ujar sang dokter, Joohyun menggelengkan kepalanya.

"Darah saya A, jika bisa saya pun akan memberikan darah untuk anak saya. Tapi saya mohon, lakukan yang terbaik untuk anak saya dok." Ini bukanlah kali pertama Juhoon masuk rumah sakit seperti ini, dulu saat dia baru bisa belajar berjalan Juhoon terjatuh dan dagunya di jahit.

Switch Hearts Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang