21. Pengakuan atau Paksaan ?

2K 234 170
                                    

"Egois untuk apa ?"

Junmyeon diam, beberapa detik kemudian pria itu menggelengkan kepalanya. Menyunggingkan senyum tipis, lalu pria itu bangkit dari duduknya.

"Tidak, kau sudah makan ?"

"Kau akan memasak untukku ?" Kedua bola mata Joohyun berbinar, bak anak kecil yang bahagia ketika mendapatkan permen banyak dari orang tuanya.

Junmyeon terkekeh, pria itu mengacak poni Joohyun. Egois untuk wanita yang di cintai sepertinya tak apa. Mereka bisa bersaing secara sehat untuk mendapatkan Joohyun, bukan ?

"Aku mandi dulu, setelah itu akan ku masakan makanan untukmu."

"Benar ?"

Junmyeon mengangguk. "Kau bisa menunggu, aku mandi sebentar ya. Jangan kemana-mana."

Joohyun mengangguk, mengiyakan ucapan Junmyeon. Wanita itu duduk di sofa ruang tengah, sedangkan Junmyeon melangkah menaiki anak tangga menuju kamarnya yang berada di lantai dua.

Kilasan kejadian tadi siang kembali melintasi fikirannya, bagaimana sikap Jaehyun yang kasar terhadapnya, membentaknya. Apa dia masih pantas berada di sini, di dalam penthouse milik Junmyeon yang notaben adalah kaka dari Jaehyun. Joohyun menggelengkan kepalanya, mengusap rambutnya kebelakang. Apa dia masih pantas bersama Junmyeon. Seketika Joohyun merasa takut, panik menjadi satu. Joohyun memejamkan matanya ketika merasa jika bentakan-bentakan Jaehyun terus berulang seperti kaset rusak yang terus berputar.

"Hei Joohyun." Junmyeon menyentuh bahu Joohyun, wanita itu terhenyak tersadar dari lamunannya dan segera memeluk Junmyeon.

Junmyeon membalas pelukan Joohyun, membawa Joohyun dalam dekapannya. "Kenapa ?"

Joohyun menggelengkan kepalanya, wanita itu menatap Junmyeon lalu kembali memeluk Junmyeon erat. "Jangan pergi, aku takut."

"Aku tidak pergi, aku ada di sini bersamamu."

Junmyeon mengecup kening Joohyun lamat-lamat, mengusap rambut panjang Joohyun dengan lembut.

"Aku merasa jijik, aku takut kau tak ingin denganku." lirih Joohyun.

Junmyeon menghela nafasnya, pria itu melepaskan pelukan Joohyun. "Jangan berbicara seperti itu."

Junmyeon melepaskan pelukannya dan mengelus pipi Joohyun lamat-lamat, kemudian jemarinya turun menelusuri tengkuk Joohyun yang terdapat tanda merah kecoklatan di sana. Junmyeon sangat tahu apa itu, sangat tahu. Namun pria itu menyunggingkan senyum tipisnya dan kembali mengacak rambut Joohyun pelan.

"Kau lapar bukan ? Aku akan memasak untukmu." Junmyeon bangkit dari duduknya.

"Aku bantu boleh ?"

Junmyeon menggelengkan kepalanya. "Tuan putri diam saja di kursi pantry. Mau ku masakan apa ?"

"Bulgogi ? Atau Ramyeon ?"

Junmyeon kembali menggelengkan kepalanya. "Bulgogi saja, arraseo ?"

Joohyun mencebikkan bibirnya namun wanita itu pun menganggukan kepalanya, Joohyun pun bangkit dari duduknya. Melangkah mengikuti Junmyeon menuju dapur, ini adalah kejadian langka baginya. Kapan lagi bisa melihat seorang Junmyeon yang menggunakan apron dan memasak di dapur.

Joohyun menempatkan tubuhnya pada kursi pantry, sesuai apa yang Junmyeon ucapkan beberapa menit yang lalu. Joohyun terus memperhatikan bagaimana Junmyeon menggunakan apronnya yang melekat di tubuh kekarnya itu. Sepertinya ucapan tentang pria yang menggunakan pakaian berwarna hitam, tingkat ketampanannya akan bertambah itu benar.

Joohyun berfikir, sebenarnya apa kelemahan Junmyeon. Pria di hadapannya ini nyaris sempurna, dia hebat dalam menolong pasien, pandai memasak, tampan dan mapan. Tidak salah banyak wanita yang menginginkannya, begitupun dengan Jaehyun. Pria itu selalu menjadi pusat perhatian ketika Joohyun sedang berjalan dengan Jaehyun.

Switch Hearts Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang