͒
Setelah selesai menyiapkan air hangat untuk Ezard. Aku langsung bergegas ke dapur, belum sempat ganti baju, belum sempat mandi, masih dengan setelan kerja.
Aku menemui Bibi Marti yang sedang memasak sup daging kesukaan Ezard. Aku tersenyum ketika sup itu hampir matang, kemudian berjalan mengambil piring di dalam lemari dan menaruhnya di atas meja.
Bini Marti sempat melarangku untuk membantunya, karena katanya; ia bisa sendiri dan ia juga merasa tidak enak. Kalimat andalannya yang hanya masuk telinga kanan dan keluar lewat telinga kiriku setiap hari karena aku tidak peduli dengan hal itu.
"Apa Alana sudah pulang, Bibi?" Aku bertanya pada perempuan yang selalu memakai kebaya itu dan tersenyum sekilas. Sebelum akhirnya kembali pada hidangan di atas meja makan, ada sup daging yang baru saja di taruh Bibi Marti di atas meja, goreng ayam, ikan panggang dan menu terakhir sayur lobak dan perintilannya.
"Nona Alana belum pulang, Non. Tadi dia sempat telpon Tuan Andre, katanya ada acara di luar kampus yang tidak bisa dilewatkan."
Aku menghela napas, hanya tersenyum kecil mendengar penjelasan Bibi Marti. Alana memang super sibuk karena banyak mengikuti organisasi. Padahal berkali-kali aku mengingatkan gadis itu untuk fokus pada perkuliahan saja dan jangan terlalu mendalami organisasi.
"Bagaimana dengan Andre?" Kali ini aku bertanya mengenai keadaan adik bungsuku itu.
"Seperti biasa. Dia belajar dengan rajin. Tidak banyak mengeluh dan selalu tebar senyum." Bibi Marti tersenyum ceria ketika menjelaskan perihal bocah laki-laki itu. Dari wajahnya yang berseri jelas aku bisa mengetahui kalau ia menyayangi anak itu.
Aku tersenyum puas ketika melihat hidangan di atas meja sudah tertata rapi. Kemudian memberitahu Bibi Marti kalau aku akan ke atas untuk memanggil Ezard turun dan membawanya makan malam bersamaku.
Catatan penting, dua minggu terakhir Ezard sudah mulai terbiasa dengan Alana dan Andre yang duduk di kursi meja makan yang sama dengannya. Aku cukup senang dengan perubahan yang satu ini, meski jelas sekali kalau lelaki itu merasa tidak nyaman.
Lebih-lebih ketika ia cepat-cepat menyudahi sarapan atau makan malamnya. Sekali lagi, aku hanya bisa bersabar, mengerti dan berusaha menerima keadaan seperti ini. Karena sekali lagi ini tentu tidak mudah bagi Ezard.
"Kau sudah selesai mandi?" Aku bertanya bersamaan dengan membuka pintu kamar.
Senyumku memudar ketika mendapati ia berbalik dengan sebuah telpon genggam yang diselipkan diantara kepala dan bahunya. Aku tersenyum kecut ketika mengedarkan pandangan ke sekitar, di atas kasur sudah dipenuhi oleh berkas-berkas yang entah apa. Lelaki itu berjalan mendekati meja, mengambil laptopnya dari dalam sana dan membukanya.
Persetan dengan diriku.
Ia sudah melupakan aku yang telah mengamatinya sejauh ini dan sibuk berbicara dengan seseorang yang entah siapa.
"Terimakasih. Tapi maaf karena jelas aku tidak bisa menghadiri undangan besok malam, sebab sudah ada jadwal sebelumnya yang tidak bisa kubatalakn begitu saja."
Lelaki itu tersenyum ke arahku sekilas, ketika menyadari perubahan raut wajahku. Sementara aku masuk ke dalam ruangan masih fokus mendengarkannya yang entah berbicara dengan manusia dari belahan bumi mana.
Aku cukup senang ketika ia mengakhiri telepon dan aku hendak bicara kembali, tetapi sayangnya kali ini Ezard malah membuka emailnya dan mengetikkan sesuatu di sana lalu mengirimnya pada seseorang yang entah siapa lagi si hantu email ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Season With You || Lee Jeno [✓]
Romance🔞"Cintai aku sekali lagi. Jika seumur hidup terlalu berat, maka cukup satu menit saja," ucap lelaki itu, penuh harap. || Copy Right 2020 || Start April 2020