10. Ezard Wattson

1.9K 146 1
                                    



⁠۝ ⁠۝ ͒⁠۝ 

Suatu waktu, jauh sebelum kita dilahirkan. Tuhan telah mencatat dalam jurnal pribadinya tentang rangkaian kejadian yang akan kita alami di kehidupan ini. Aku tidak pernah menolak perihal badai atau apapun itu yang ingin menyakitiku.

Tahun-tahun berteman dengan pahitnya hidup dan rasa sakit  kulangkahi dengan mudah. Bagiku dunia hanyalah sebuah permainan. Tantangan kecil yang mana karena masalah aku tidak akan pernah goyah.

Seperti berlayar di di lautan lepas, aku bebas menaklukkan ombak dengan caraku sendiri. Meski tidak pernah berniat ada di antaranya. Tetapi takdir menggiringku lebih dulu.

Aku tak ingin lagi mengerti tentang dicintai atau pun balik mencintai setelah mengetahui fakta bahwa uang dan kekayaan berkuasa di atas segalanya. Di detik itu pula, cinta adalah sesuatu yang absurd di dalam lingkaran kehidupanku.

Aku Ezard Wattson, yang lahir dari rahim seorang wanita berdarah Indonesia, tetapi aku tak pernah mencintai negara ini. Karena dulu aku menghabiskan masa remaja di Bulgaria, negara asal papaku.

Orang-orang mungkin bilang, bahwa kamu mungkin mencintai negaramu, tapi membenci pemerintahannya. Persetan dengan pemerintahan ataupun negara Indonesia itu sendiri. Aku benar-benar tidak peduli.

Pada tahun-tahun kepedihan dengan berat hati aku, papa dan mama memilih pindah ke Indonesia. Saat mama divonis dokter bahwa ia tidak akan pernah bisa sembuh dari stroke yang di deritanya.

Umurku saat itu masih belasan tahun, dengan jiwa kekanak-kanakan aku membenci apa yang terjadi pada mama. Ditambah lagi papa yang menikah dengan adik mama sendiri, itu benar-benar membuat aku lebih hancur dari sebelumnya.

Omong kosong jika papaku berlindung di balik kalimat “karena aku ingin kamu dibesarkan oleh seorang ibu”, ibu yang mana? Sejauh yang bisa aku ingat Papa menikah hanya untuk memenuhi kebutuhannya.

Hari itu takdir tidak bisa menghalangi langkahku. Jadi, seperti apa aku hari ini bukan sesuatu yang tergambar akibat rangkaian takdir. Aku yang memutuskan untuk menjadi seperti saat ini. Aku yang memutuskan untuk menjadi brengsek.

Bermain dengan banyak wanita, berharap bisa mewakilkan rasa sakit yang dirasakan mama. Tak pernah menghargai papa. Selalu melakukan sesuatu yang ia larang adalah hobi yang paling menyenangkan bagiku. Cubbing bukan hal baru lagi dalam hidupku. Aku terbiasa dan hampir saja bosan.

Saat umurku dua puluh tahun mama meninggal, hal itu lebih hebat lagi dalam membuatku hancur. Bagaimana tidak? Aku masih tidak terima jika ada wanita lain yang menjadi bagian dari kehidupan papa. Ia tidak layak menggantikan posisi mama dan papa sangat keterlaluan memberikan posisi mama kepada orang lain.

Tapi sangat disayangkan, dua tahun setelah mama meninggal papa pun menyusul mama. Aku ditinggalkannya dengan istri simpanannya, adik mamaku. Meski  faktanya bahwa aku yang sedari umur belasan tahun dibesarkan oleh adik mamaku, tetapi aku sangat membencinya. Aku semakin tidak terkendali.

Seorang ibu sambung rasanya terlalu rendahan untuk mengurusku. Tak akan ada yang bisa mengubahku, siapa pun itu.
Darah Papa begitu kental dalam diriku, kasar, keras kepala dan tidak peduli dengan siapapun.

Aku bukan seorang karyawan yang digaji setiap akhir bulan, bukan juga anak buah yang harus mematuhi atasannya. Aku berjalan sesuai tujuanku. Aku seorang pengusaha sukses yang sudah mempunyai beberapa cabang restoran di Indonesia.

Berangkat menuju Naima, wanita yang telah aku nikahi secara Islam. Waktu pertama kali  melihatnya di rumah sakit, aku langsung tertarik padanya. Wanita yang memakai pakaian sederhana, tidak mencolok, tapi garis wajahnya menawarkan keindahan.

Season With You || Lee Jeno [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang