40. Naima Rosdiana

1.1K 93 0
                                    

⁠۝ ⁠۝ ͒⁠۝ 

"Itulah kenapa selalu kukatakan pada diriku sendiri untuk tidak menikah dengan pria kaya." Mbak Aluna menghela napas. Duduk di kursi kayu dengan wajah masam.

Bisikan setan barusan tidak hanya mengganggu pikiranku saja, tapi juga wanita 30 tahun yang duduk di depanku saat ini.

"Kau hanya bodoh, Aluna! Kau hanya tidak berani mengambil langkah lebih serius dalam hidupmu! Antonio pria yang baik, dia muda, terhormat, kau saja yang ketakutan sepanjang hari karena berpikir bahwa semua lelaki penghuni bumi ini berkarakter sama!" Mbak Rania yang paham betul karakter sahabatnya itu memberi nasihat.

"Kita tidak bisa menilai seseorang dari wajahnya saja. Mana mungkin laki-laki 25 tahun itu mencintaiku dengan tulus. Aku sudah 30 tahun, bukan waktunya lagi untuk bermain-main dalam hidup. Aku tidak ingin pacaran lagi, karena itu benar-benar tidak cocok dengan usiaku." Mbak Aluna berkata lirih.

Dan Mbak Rania, wanita itu hanya bisa menghela napas. Memandangku sebentar dan menyerahkan box yang tadi ingin ia buka–entah alasan apa yang membuatnya tidak jadi membuka box itu.

"Buka saja sendiri. Mungkin setelah semua kegiatan di toko selesai." Wanita itu mengamatiku sebentar. "Aku tidak ingin melihat sesuatu yang bisa membuat seseorang menangis."

"Mbak juga percaya dengan apa yang dikatakan Kiki si setan busuk itu?!"

Aku sungguh takjub! Kiki benar-benar bisa mempengaruhi semua orang!

"Melihat air mata gadis muda mengalir seperti musibah bagiku. Lagi pula jauh sebelum kau menikah dengan si pria kaya itu, aku sudah mengenalnya. Tahu betul bagaimana ia menjalani hidupnya." Wanita itu lagi-lagi menghela napas berat. "Gadis baik, semoga hidupmu selalu bahagia."

Kakiku terkunci.

Mengapa semua orang selalu mengatakan hal-hal buruk tentang suamiku? Tidakkah mereka tahu kalau suamiku itu benar-benar pria yang bisa menghormati dan menjaga perasaanku dengan baik.

Ezard mungkin sangat buruk di masalalu. Tapi dia tidak seburuk itu sehingga orang-orang bisa dengan mudahnya mendikte bagaimana karakter dan kebiasaan lelaki itu.

"Akan aku simpan box ini di dalam lemari." Aku tersenyum dan mengangkat box yang lumayan besar itu, lalu berjalan ke arah lemari berukuran sedang di sudut ruangan. Menyimpannya di sana.

Aku diam sebentar, menatap box yang sudah kutaruh di dalam lemari. Memandang box sialan itu dengan hati gelisah. Jahat sekali; box misterius yang dikirimkan seseorang itu membuat hatiku jadi demikian ketakutan.

Aku berusaha mengunci air mataku rapat-rapat agar tidak keluar dan membuatku malu pada orang-orang. Lagi pula, tidak wajar juga menangis di sembarang tempat  di usia yang sudah menginjak kepala dua.

Tapi tetap saja tubuhku tidak bisa diajak bekerja sama. Kakiku lemas dan seluruh tulangku remuk. Membayangkannya saja sudah membuatku begini, apalagi jika Ezard sungguh berselingkuh dariku. Aku mungkin tidak bisa berfikir dengan baik lagi. Biar bagaimanapun aku mencintai lelaki itu. Tidak peduli dengan perasaannya yang masih abu-abu, tapi selama ia masih menjadi orang yang paling setia aku akan tetap berdiri di sampingnya.

Aku mengangkat tangan dan menaruhnya di dada; jantungku berdebar kencang, ketakutanku tidak main-main kali ini.

"Dari pada melihatnya dengan cara begitu. Lebih baik dibuang saja."

Mbak Aluna mungkin sudah memperhatikan gerak-gerikku sedari tadi sehingga berakhir dengan kalimat barusan.

"Mbak juga yakin kalau Ezard akan berselingkuh dariku?" Aku mengalihkan atensiku pada wanita yang sudah berdiri itu.

Season With You || Lee Jeno [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang