3. Naima Rosdiana

2.9K 216 2
                                    

Aku lagi revisi, jadi mungkin bakal terus memperbaiki chapter yang menurut aku kurang rapiiii.

Buat mengapresiasi bacaan gratisan ini, kamu hanya perlu vote dan komennnnn!!!! Ilopyou, cinta yang hijau untuk kamu yang baikkkkk💚


⁠۝ ⁠۝ ͒⁠۝ 



Aku mulai cemas, ketika aura laki-laki itu berubah bersamaan dengan langkahnya yang berjalan mendekati. Seluruh tubuhku menegang, bersiap-siap atas segala tragedi yang akan terjadi selanjutnya.

"Berapa hari yang kau butuhkan?"

Eh?

"Apa maksudmu?" Aku tergagap tapi masih menyelesaikan kalimatku. Lelaki sialan itu terus mendekat dan mengambil seluruh ruang bernafasku.

"Hari untuk merenungkan diri, setiap peristiwa, perubahan status dan posisimu saat ini. Ingat, Nai. Yang perlu kau garis bawahi bahwa aku bukan laki-laki baik. Aku tidak akan memberimu ruang jika kau bertingkah di luar batas kesabaranku." Ia menarik beberapa helai rambutku yang menjuntai di bahuku yang telanjang. Memelintirnya di antara jari telunjuk dan jari tengahnya.

Demi apapun itu hanya ujung rambut yang seharusnya tidak menciptakan ketegangan. Tetapi entah bagaimana cara tubuhku bekerja sehingga rasanya ada seseorang yang sedang memanggang kayu bakar di kepalaku.

Kemudian—

Tangannya terangkat, menyentuh pipiku selembut mungkin, menciptakan sentuhan halus di sana yang membuat bulu kudukku berdiri, lebih parahnya aku rasanya ingin mulas karena ada sesuatu seperti kupu-kupu yang berterbangan bebas di dalam sana.

Usapannya berakhir di tepian bibir bawahku. Aku semakin hilang kendali bersamaan dengan matanya yang menatap diikuti kabut hitam pekat yang memburu. Meski kurasa ia tahu kalau aku sedang tidak baik-baik saja, ia tetap menjalankan jari-jariinya di sana hingga aku tak mampu melawan arus kuat matanya dan memilih menundukkan kepala.

Berikutnya, helaan nafasnya yang memburu menyembur hidungku. Nafasnya membuatku semakin melemah hingga aku semakin merapat ke pintu.

Namun, sayangnya Ezard malah meraih tubuhku dan mencengkram pinggulku cukup erat. Anehnya aku tidak merasakan apa-apa, tidak rasa sakit, hanya saja sesuatu itu terasa baru dan tidak bisa kujelaskan bagaimana pasti keberadaannya.

Aku seperti terperangkap di ruangan kosong tanpa pintu dan itu membuatku tidak bisa mengartikan segala hal yang kurasakan.

Seketika aku membuka mata, ketika kurasa tangan Ezard yang berada di pipi beralih menyusuri kepalaku, menyelinap masuk melalui sela-sela rambut dengan memberikan sentuhan halus disana. Membuat mulutku spontan terbuka.

Entah kekuatan dari mana sehingga aku memiliki keberanian untuk memeluknya. Berjaga-jaga kalau nanti aku tumbang. Sentuhan halus di atas kepala dan cengkeraman kecil yang terus berulang di bawah sana membuatku merasa kehilangan akal sehat.

Sial! Apa aku ter—

Bodoh! Padahal beberapa detik yang lalu aku baru saja menolaknya!

"Kau suka?"

Aku tidak bisa mengatakan apapun, selain tetap berusaha menggantungkan kedua tanganku di lehernya.

Sialan! Ia terkekeh dan melepaskan semua sentuhan yang ia berikan sebelumnya padaku. Aku tertegun di tempat, tidak bisa melakukan apapun. Ia menarik tanganku dan membantuku melepaskan diri darinya.

"Kau seharusnya melihat bagaimana wajahmu saat ini," ucapnya di sela tawa gelinya yang menyebalkan.

"Persetan!"

Season With You || Lee Jeno [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang