18. Naima Rosdiana

1.6K 137 5
                                    


Suatu saat, jika kamu menemukan cerita ini dengan bab yang sudah lengkap, aku berharap kamu tetap memberikan vote dan komentar sebagai bentuk penghargaan sederhana untukku.

Cinta yang hijau untuk kamu yang sudah menjalani hari-harimu dengan wajah tersenyum maupun tidak💚

 ⁠۝ ͒⁠⁠۝  ⁠۝ ͒

Dalam perjalanan hidup, dimana getir lebih dominan yang menjadi penyebab dari sumbangnya melodi yang menciptakan nada-nada yang indah. Hingga menciptakan kerisauan yang teramat dalam.

Meski begitu, aku masih disini; masih sebagai Naima Rosdiana, tak peduli walau hujan, petir, kilat, badai, ataupun prahara lainnya.

Meskipun bahari hitam yang kini menjadi tempat bernaungnya kapalku, aku masih titipkan milyaran asa di setiap sujudku pada Tuhan. Berharap ia mengabulkan. Semoga kapalku berlabuh di dermaga yang indah.

Kita tidak bisa mengatur kehidupan, pun tidak pula bisa mengalihkannya ke dimensi lain. Meskipun hati Ezard sekeras karang di lautan dalam, bukan berarti tak ada jalan menuju kesana.

Dihari yang aku sebut sebagai awal ini aku membawa kedua adikku ke rumah Ezard.

Setelah aku sampai di rumah, Andre dan Alana sangat gembira. Rumah dengan ukuran besar ini tentu bisa membuat mereka nyaman.

Setelah meletakkan barang-barang Andre dan Alana di kamar yang berbeda. Aku  memutuskan untuk pergi mengajak Andre dan Alana bermain sebentar ke taman kota.

Andre seperti menemukan kebahagiaan barunya saat menjumpai teman seusianya yang ditemuinya di taman dan berbicara dengan mereka. Andre yang mudah akrab dan sangat hangat itu benar-benar mampu membuat hati semua orang luluh.

Sementara aku dan Alana malah memilih duduk di bangku taman. Alana malah sibuk berkutat dengan bukunya, mengingat beberapa bulan lagi ia akan ujian nasional.

Alana jauh lebih pintar dariku, ia mampu menyerap pelajaran apapun. Sedang aku sangat sulit di pelajaran matematika. Mengingat usiaku yang masih sembilan belas tahun rasanya juga ingin kuliah seperti Alana. 

Apakah aku juga harus mendaftar untuk masuk universitas tahun ini bersama Alana?Aku bisa mengejar mimpiku untuk menjadi seorang jurnalis, bukankah itu sangat menyenangkan.

 ⁠۝ ͒⁠⁠۝  ⁠۝ ͒

"Wahh!! Ada banyak makanan enak di atas meja! Seharusnya kau membawa kami lebih awal ke rumah ini, Kak Nai!" Alana terlihat begitu semangat.

Sedang aku sibuk menata hidangan makan malam di meja yang lumayan besar ini, tentu dibantu oleh Bibi Marti.

"Tolong, Al jangan norak! Seperti kau tidak pernah memakan-makanan seperti ini sebelumnya!"

Ah! Itu Andre, aku yakin kalian akan muak dengan pertengkaran mereka sampai episode terakhir. Dua anak itu memang jarang sekali akur.

"Bahkan aku sudah lupa rasa lezatnya ikan panggang yang dibakar di dalam oven!"

Alana mengelus ikan panggang di atas puring sebentar, sebelum akhirnya merampoknya dan meletakkannya di atas piringnya sendiri.

"Kau boleh makan apapun malam ini, Al. Tapi jangan lupa untuk membantu Bibi Marti mencuci piring nanti." Itu aku, sengaja membuat Alana kesal.

"Bagus, Kak! Setidaknya gadis pemalas kita ini ada kerjaan juga."

"An, kau mau yang mana, Sayang?"

"Sup syapi saja. Aku tidak ingin nasi."

Season With You || Lee Jeno [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang