Mungkin hari ini hari berbeda untuk Sheera, Guna, bahkan seisi sekolahan. Semua berbeda karena gadis berbandana tak mengejar Guna lagi. Orang-orang yang melihat interaksi Guna dan Sheera mengernyit heran, karena keduanya tiba-tiba berubah seperti orang asing.
"Ada yang enggak beres," ucap Miko yang tak sengaja meewati koridor. Miko berlari pergi, bersiap menyebarkan berita ini kepada teman-temannya.
Sheera menundukkan kepala. Sebenarnya ia sangat tak tahan untuk menegur Guna, tetapi ia ingat sekali pembicaraan mereka kemarin. Jika Sheera masih bersikap sama berarti dia membuat Guna susah kembali.
"Sheera!" Kristal berlari ke arah Sheera. Merangkul Sheera membawa Sheera menuju kelasnya.
"Lo berantem sama Guna?" Sheera menggelengkan kepalanya, memang benar ia tak bertengkar dengan Guna.
"Terus?" Sheera menggeleng tanpa minat. Menurutnya menjelaskan sama saja percuma.
"Kalau ada masalah lo cerita." Sheera tersenyum tipis, menjelaskan bahwa ia baik-baik saja. Memang begitu kenyataannya, memang ia harus bagaimana lagi.
"Oke gue paham. Kalau lo siap cerita ke gue." Sheera mengangguk menatap Kristal sambil tersenyum. Hanya Kristal yang selama ini tak pernah membenci dan meninggalkannya walau sedetik saja.
"Thanks." Sheera melangkah lebih dulu, meninggalkan Kristal yang berlari mensejajarkan langkahnya, walau Sheera lebih pendek bukan berarti Sheera tak bisa jalan cepat.
***
Sheera meremas buku yang sedari tadi ia bawa. Ia tak terbiasa dengan pemandangan di depannya ini, Sesa dan Guna berjalan dengan tangan yang saling bertautan.
Sheera menatap tangan mungilnya, kemarin sempat Guna menyentuh tangan ini untuk pertama dan terakhir, mungkin. Mata bulat Sheera langsung memanas, apa memang sesakit ini untuk melepaskan seseorang?
"Kenapa rasanya tetep sakit?" Sheera meremas dadanya. Ia tak bisa jika terus-terusan bertemu dengan Guna, Sheera juga tak mau merusak perjodohan keduanya.
"Aku harus pergi." Sheera melangkahkan kakinya menjauh. Sheera meyakinkan hatinya bahwa ia akan tetap baik-baik saja, setidaknya sampai hari kelulusan nanti. Sabar, sebentar lagi.
"Sheera." Sheera tersenyum tipis melihat Samuel yang melambaikan tangan sambil tersenyum ke arahnya.
"Dari mana?"
"Kantin," balas Sheera asal. Padahal hari ini dia sama sekali belum menginjak kantin.
"Padahal mau aku ajak makan bareng."
"Kamu sendiri aja, ya. Aku ada tugas." Sheera kembali melangkahkan kakinya menjauh. Ia sedang tak mood untuk berbicara dengan siapa pun, bahkan dengan Samuel.
Samuel menghela napas, ia merasa Sheera semakin hari semakin menjauh. Samuel sadar sekali apa kesalahannya. Namun, apakah tak ada kesempatan kedua untuknya?
Sheera melangkah menuju taman belakang sekolah. Mungkin di situlah tempat yang cocok untuknya saat ini. Namun, Sheera langsung menghentikan langkahnya ketika berpapasan dengan Guna, ia tersenyum canggung, sungguh tak tau harus berbuat apa.
"Hai," sapa Guna terlebih dahulu.
"Hai." Sheera tersenyum tipis. Awalnya ia ingin kembali melangkah, tetapi diurungkan saat Guna mencekal tangannya.
"Bisa bicara sebentar?" Sheera mengangguk pelan.
"Ayo." Sheera menatap tangan Guna yang sedang menggenggam tangannya lembut. Rasanya Sheera ingin menanngis saat ini juga, ia merasa sedih sekaligus bahagia di waktu yang bersamaan.
Guna menggiring Sheera duduk disalah satu bangku taman. Sheera menurut mendaratkan bokongnya di sebelah Guna.
"Lo beberapa hari ini beda," ucap Guna membuat Sheera langsung menatap wajah Guna.
"Enggak kok," bantahnya.
"Tolong jangan tertekan sama omongan gue kemarin. Tolong buat diri lo bahagia, jangan nyiksa diri lo sendiri." Sheera menunduk dalam. Menahan mati-matian air matanya agar tak turun.
"Kita bisa ngejauh dengan cara baik-baik."
"Enggak semudah itu, Guna." Sheera menghapus air matanya. Beralih menatap Guna, Sheera yakin Guna juga merasakan hal yang sama, terlihat dari kantung mata Guna yang menghitam.
"Aku tau kamu juga enggak bisa." Guna menatap dalam mata penuh air mata milik Sheera. Iya, dia juga merasakan hal yang sama.
"Tapi mau gimana lagi," balas Guna sambil menghela napas kasar.
"Walau gue enggak sama Sesa, setelah lulus gue bakal keluar negeri." Ke luar negeri? Berarti Sheera tak bisa lagi menatap wajah Guna walau dari kejauhan.
"Ayo kita berpisah dengan cara baik-baik." Gune mamaksakan dirinya tersenyum. Meremas jemari Sheera yang berada di genggamannya. Sheera menunduk tersenyum tipis melihat tangannya.
Sheera mengangguk, "cinta emang enggak harus memilikikan?" Kedua mata Guna langsung berkaca-kaca. Sheera tertekun, ia tak yakin jika Guna akan menangis. Untung saja hanya ada mereka berdua saat ini di taman.
"Iya." Air mata menyusuri pipi mulus Guna. Sheera yang melihat itu langsung memeluk Guna erat, ia sekarang percaya jika Guna memiliki rasa yang sama.
"Gue harap Tuhan bisa rubah takdir kita," ucap Guna serak. Sheera semakin mengeratkan pelukan mereka, kenapa semesta tak membiarkan mereka menyatu. Padahal selama ini Sheera sudah berusaha, bahkan tak peduli jika hatinya merasakan sakit.
"Aku bakal selalu cinta sama kamu, Guna." Guna tertkekeh. Ia yakin akan rindu dengan suara Sheera yang begitu melengking jika memanggil namanya. Ia akan rindu Sheera yang tiba-tiba datang membuat teman-temannya kesal. Ia akan rindu segalanya tentang Sheera.
"Makasih selama ini udah suka sama gue." Sheera mengangguk dalam pelukan Guna.
"Makasih udah balas perasaan aku walau kamu enggak pernah nunjukin rasa itu dari dulu." Guna mengecup pucuk kepala Sheera. Ia harap Sheera dapat menemukan seseorang yang lebih baik darinya, yang bisa mencintai Sheera seperti Sheera mencintai Sheera.
Semoga saja.
End
Huwa endingnya gak ngena ya? Kayaknya masih banyak yang acak-acakan juga. Mohon maaf, ya.
Yuk yang mau tau lebih lanjut boleh nabung untuk beli versi novelnya.
Insya Allah cerita ini bakal ada sequelnya. Tunggu kehadiran Sheera dan Guna kembali.
See you
KAMU SEDANG MEMBACA
Gunadhya
Genç KurguBUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA! LENGKAP Baca sebelum dihapus!! Seseorang yang kau anggap pengganggu suatu saat nanti akan menjadi seseorang yang paling kamu rindukan kehadirannya.