Kita memang tidak bisa memilih harus menjadi siapa ketika lahir, berada di keluarga bagaimana dan mempunyai saudara seperti apa. Tapi bukankah Tuhan sudah merencanakan semuanya dengan baik bahkan sebelum kita lahir?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Jenooooooo~" Emerald memanggil Jeno sedikit bernada ketika melihat lelaki itu memasuki gerbang sekolah, "Good Morning! Udah sehat lagi?"
Debaran jantung Jeno berdetak lebih cepat dari biasanya saat melihat Emerald, ia mengingat apa yang dikatakan kakaknya juga apa yang sudah terjadi kemarin, ia berusaha menetralkan detak jantung saat posisi mereka kini bersebelahan.
"Kenapa harus masuk sekarang sih? Kenapa gak istirahatin dulu aja sehari lagi. Kalo lo masih belum sembuh gimana?"
Alih-alih menjawab Jeno malah merogoh sesuatu dari tasnya kemudian memberikannya pada Emerald.
"Apa ini?" Emerald mengernyitkan sebelah alisnya, itu sebuah kotak bekal makan namun Emerald tidak tahu isinya dan tidak mengerti kenapa tiba-tiba Jeno memberikannya.
"Bekel makan. Gue yang buat."
"Buat gue?"
Jeno mengangguk, "Gue sering liat lo jarang banget ngabisin makanan. Lo juga sering keliatan ga nafsu makan, gue googling katanya makanan itu bisa nambah nafsu makan."
Tiba-tiba Emerald merasa terharu, Jeno memperhatikan setiap hal kecil dari diri Emerald. Mungkin ini bisa saja terjadi bukan pada Emerald saja karena pada dasarnya Jeno memang orang yang penyayang walaupun tidak sering ditunjukkan, namun entahlah begini saja Emerald sudah sangat bahagia.
"Jen.. Makasih."
Jeno menolehkan kepalanya, kemudian memberikan senyum manis yang jujur saja itu lebih manis dari apapun yang manis di dunia ini. Ditambah matanya yang melengkung bagai bulan sabit itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Emerald merasakan tubuhnya lemas dan oleng, hampir saja ia terjatuh jika tangan besar Jeno tidak bergerak cepat menangkapnya, "Lo kenapa?" Wajah Jeno terlihat sangat dekat, apalagi mukanya yang sedang khawatir itu benar-benar terlihat sangat menggemaskan.
"Jen gue gak bisa.."
"Kenapa? Ada yang sakit?"
"Iya Jen, otak dan hati gue kayaknya udah gak waras. Gue jatuh cinta lagi dan lagi sama lo."