(03) Pria misterius?

385 56 0
                                    


Di rumah, aku selalu terbayang-bayang dengan apa yang dikatakan Ka Abi sewaktu di pengajian kemarin.

Lalu, akupun menghampiri cermin besar yang ada di sudut kamarku.

"Kalau difikir-fikir, bener juga ya apa yang di bilang Abi?"

Terlihat di cermin, aku yang memakai celana jeans selutut dan kaos bodypress, dengan rambut terurai,

"Apa gue harus berubah ya? Tapi gue keren pake outfit begini. Ntar kalo pake gamis yang tertutup, malah kayak ibu-ibu. Ga praktis dan gerah!" Aku terus saja berbicara sendiri sambil bercermin.

"Tapi kata Abi, wanita cantik itu yang berpakaian tertutup!" Aku terus mengingat-ingat apa yang didakwahkan oleh Kak Abi sewaktu di pengajian.

"Berarti kalo gue modelan gini di depan Abi, gue kelihatan jelek dong!"

"Aaaa, engga-engga, Alesha. Lo kenapa sih mikirin pendapat Abi! Senyaman lo aja deh!"

"Lagi pula, ada kok wanita yang tertutup tapi kelakuannya buruk! Mendingan gue, walaupun penampilan ga se-tertutup mereka, tapi baik!"

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.

"Tok, tok, tok."

"Iya, siapa??" teriakku, dan akupun membuka pintunya.

"Eh, lo, Sis?"

"Al, temenin gue ke perpus yuk?" ajak Siska.

"Tumben mau ke perpus, ada angin apa, lo??"

"Hehe, dari pada gabut di rumah aja, hayu, temenin yuk!!"

Kebetulan, kala itu kami sedang libur sekolah.

Akupun mengiyakan ajakan Siska, walaupun saat itu lagi mager(malas gerak).

"Sip, jangan lama-lama!" ujar Siska, menyuruhku cepat-cepat.

Tak lama setelah itu, kami pun berangkat menuju perpustakaan.

Setelah menempuh 20 menit perjalanan, aku dan Siska pun akhirnya sampai.

Perpustakaannya bisa terbilang besar karena ini perpustakaan umum. Aku dan Siska masing-masing mencari buku untuk dibaca, namun ada yang aneh. Sejak tadi, aku merasa seperti ada yang mengawasiku, namun entah siapa. Akupun menoleh ke kanan dan ke kiri, namun tidak ada siapa-siapa.

"Aaa, udahlah, mungkin perasaan gue aja!" ucapku dalam hati.

Akupun melanjutkan mencari buku tanpa memperdulikan hal itu. Hingga akhirnya, aku menemukan buku yang ingin aku baca. Namun, saat aku ingin mengambil buku itu, tiba-tiba ada seseorang menikungku dari lorong sebelah. Ia mengambil buku itu duluan. Akupun langsung mengintip di sela-sela rak buku yang kosong.

Namun orang itu sudah tidak ada, lalu aku berlari mengejar ke lorong sebelah.

"Heyy!!" teriakku memanggil pria itu.

Pria itu berjalan membelakangiku, ia memakai kemeja putih dan celana dasar hitam. Terlihat dari belakang, postur badannya gagah sekali.

Ketika dipanggil, pria itu terus saja berjalan tanpa menoleh.

"Huaaaaa, padahalkan pengen baca buku itu!" gerutuku.

Namun, aku tak melanjutkan mengejar pria itu.

"Aaaa... udahlah, mungkin emang ga jodoh!"

Akupun mulai bete, tidak mood lagi untuk membaca buku. Akhirnya, aku menghampiri Siska dan duduk di sebelahnya.

Saat itu, aku hanya duduk melamun sambil menunggu Siska selesai membaca. Setelah setengah jam, aku sudah mulai tidak tahan, lalu aku mengajak Siska untuk pulang.

"Sis, pulang yuk? Udah mau hujan nih!" ajakku.

"Yaudah, hayu, kebetulan gue udah selesai baca."

Dan kamipun bergegas untuk pulang.

Tiba-tiba, saat kami ingin pulang, terdengar suara gemuruh yang sangat kuat, dan hujan pun datang, hujan yang sangat deras.

"Huaaa, kenapa sih hari ini!" gerutuku dengan kesal.

"Yaudah, Al, lo yang sabar napa, dari tadi cemberut mulu, lagi PMS lo ya?!"

"Ga, Sis, yaudah kita duduk di dalam lagi aja sambil nunggu hujan reda."

"Yaudah, ayo!"

Dan kami pun masuk ke dalam lagi, duduk menunggu hujan reda. Namun, tiba-tiba hal yang mengagetkan terjadi.

"Ini bukunya," ujar seorang pria, lalu pria itu menyodorkan buku kepadaku.

Dan akupun melihat ke arahnya. Alangkah terkejutnya aku, ternyata itu adalah "Kak Abi?"

"Iya, kamu mau baca buku ini kan?"

Dengan gugup, aku mengambil buku itu.

"Waduhh, mana gue ga pake hijab lagi!" ujarku dalam hati.

"Iya, ka. Jadi, kakak pria yang tadi merebut buku ini?" tanyaku.

"Hehe, gak ngerebut ko, cuma kamu aja yang kurang gercep," jelas Kak Abi sambil tertawa.

"Hem, iya ka, padahal udah dikit lagi bukunya mau diambil sama Lesha, tapi Kakak duluan. Sebenernya, hal itu sama seperti jodoh, walaupun udah deket, kalau bukan jodoh ya tetap aja gak bisa dimiliki."

"Tapi kayaknya kamu jodoh sama buku ini, buktinya bukunya balik lagi."

Akupun senyum-senyum sumringah.

Pada saat itu, Siska hanya terbelalak, melihat Kak Abi yang terlihat akrab denganku.

"Ehemm, ehemm, ngomongin apa neh, ga ngajak-ngajak?" ujar Siska.

"Nimbrung aja kali, Sis!" ujarku cengengesan.

Kak Abi hanya tersenyum.

"Ka Abi suka baca buku?" tanya Siska.

"Iya, Alhamdulillah, suka," jawab Kak Abi.

"Wah, pantesan pinter!" puji Siska.

"Aamiin, kalau kalian juga suka baca buku ya?" tanya balik Kak Abi.

Aku dan Siska serentak menjawab, "Suka, Kak!"

"Alhamdulillah, kalau begitu."

Lalu Kak Abi memanggilku, "Oh iya, Alesha?"

"Iya, Kak?" tanyaku.

"Di pahamin ya, isi dari bukunya! Buku itu bagus banget!" ... "Oh iya, bukunya udah Kakak pinjam dari perpus, kamu bawa pulang aja, baca aja dulu nanti kalau udah selesai boleh dipulangkan."

Lalu Kak Abi berpamitan, "Yaudah, Siska, Alesha, Kakak kesana dulu ya, mau lanjut baca buku."

"Ok, Kak," ujarku dan Siska serentak.

"Assalamu'alaikum," Kak Abi mengucapkan salam.

Aku dan Siska pun menjawab, "Wa'alaikumussalam."

Selama ngobrol dengan kami, Kak Abi menundukkan pandangannya, tidak menatap ke wajah kami.

"Kenapa ya, Sis? Kalau denger Abi ngomong tuh rasanya adem banget!"

"Iya, emang segademin itu sih, Kak Abi!"

"Tapi, gue malu, Sis. Gue gapake hijab!"

"Huaa, Lesha, sejak kapan lo peduli soal itu?" tanya Siska.

Reflek, mulutku berkata, "Sejak kenal Abi."

"Gimana, gimana, Al?"

"Eh, engga, engga... lo salah denger tadi. Yuk, kita pulang! Hujan udah reda juga, nanti nyokap lo ngomel!"

"Ehh iya ya, ayo deh!"

Dan kami pun pulang.

Bersambung....

Hijrahku karna-Nya Bukan Karnamu [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang