(01) Pandangan pertama

685 76 18
                                    

Wushh.. Wush.. wushh.. Suara angin samar-samar terdengar di telinga.

Daun-daun berguguran, jatuh ber-terbangan. 🍂🍂

Kala itu, tepat pukul 4 sore, aku tengah melamun menatap keluar jendela kamarku. Namun, lamunanku terpecah seketika ketika mataku tertuju pada seorang pemuda tampan yang berjalan melewati rumahku. Saat pertama kali aku memandangnya aku langsung terpesona olehnya, Dia memiliki wajah yang sangat tampan, hidungnya mancung, kulitnya putih bersih, bibirnya tipis dan tinggi badannya sekitar 180+ dengan postur yang ideal. Saat berpapasan dengan seorang gadis cantik yang mengenakan pakaian sexi, pemuda  itu malah menundukkan pandangannya dengan sopan.

Padahal gadis itu terkenal sangat cantik di komplek ini, selain cantik, ia juga berpenampilan menggoda. Namun, aku merasa terheran mengapa lelaki itu menundukkan pandangannya saat berpapasan dengannya. Karna aku sering memperhatikan beberapa lelaki yang berpapasan dengan wanita itu, kebanyakan lelaki lain selalu melirik terpesona atau bahkan menggoda gadis itu ketika lewat.

Yang terbersit dalam pikiranku, apakah dia takut terhadap wanita? Apakah dia pemalu? "Ahh, sudahlah! Mengapa harus terus dipikirkan!!"

Lalu keesokan harinya, pada pukul 06.00 pagi, ketika aku sedang membuka jendela kamarku, aku kembali melihatnya. Dia mengenakan baju Koko dan peci, sepertinya dia baru saja pulang dari masjid.

Secara spontan, aku berkata, "MasyaAllah".

Aku tidak biasa mengucapkan kata-kata seperti itu, namun kali ini mulutku refleks mengeluarkan kata-kata tersebut.

Namun, lagi dan lagi dia selalu membuatku tercengang. Ternyata, dia adalah tetangganya Siska,

Nama pemuda itu adalah Muhammad Abi Ghazali, nama panggilannya Abi, Saat ini, Abi berusia 21 tahun. Dia blasteran Arab-Indonesia. Ayahnya berasal dari Arab sementara ibunya berasal dari Indonesia.  Sejak lahir, Abi tinggal di Indonesia bersama orang tua dan saudaranya. Abi adalah anak kedua dari dua bersaudara. Dia memiliki saudara laki-laki yang usianya 3 tahun lebih tua darinya. Ehh, tapi kakaknya udah menikah! Kakaknya menikah di usia muda, mau tau ga di usia berapa?" kata Siska membuat penasaran.

"Emang berapa, Sis?" tanyaku penasaran.

"18 tahun," jawab Siska.

"Wow, muda banget! Jangan-jangan Abi udah nikah ya? Maksudnya, nikah muda?" tanyaku.

"Tapi tenang, Al. Abi masih jomblo kok!" jawab Siska.

"Ya, terserah sih mau jomblo apa engga gapeduli juga gue, Sis. By the way, kok lo tau banget tentang si Abi, Abi itu? Jangan-jangan lo suka ya ama dia?" pancingku.

"Hehe, enggak kok, Al!"

"Yaudah deh, Al, gue mau pulang dulu. Ntar nyokap malah nyariin."

"Oke, oke, hati-hati ya, Sis!"

Tak lama setelah Siska pergi, ada yang mengetuk pintu.

"Tok, tok, tok."

"Iya, tunggu!" teriakku.

Ketika aku membuka pintu,

"Ehh, lo Sis, kenapa balik lagi?"

Ternyata, yang mengetuk pintu tadi adalah Siska. Ia datang lagi karena ia ingin mengajakku ke pengajian, karena Abi menjadi penceramah di situ.

"Oh ya, beneran?" tanyaku pada Siska.

"Beneran, ngapain juga gue bohong? Emang ya, Abi itu udah ganteng, sholeh lagi. Idaman gue banget," ujar Siska sambil senyum-senyum.

"Tapi gue kan gak ada baju syar'i, Sis? Gue malu, masa kepengajian pakai celana jeans."

"Itu mah gampang, Al. Biar gue yang mikirin lo pake baju apa! Gampang itu mah, gamis nyokap gue kan banyak."

"Yaudah deh, Sis. Atur aja."

"Nah, gitu dong. Besok jam 2 siang gue ke rumah lo ya, sekalian gue bawa gamis buat lo, oke?"

"Ok, Sis... See you."

Entahlah apa yang kami pikirkan kala itu. Kami pergi ke pengajian hanya sebagai alasan agar bisa melihat Abi.

Hijrahku karna-Nya Bukan Karnamu [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang