(39) Seperti mimpi

200 18 0
                                    

20.10 WIB.

Saat itu, aku dan Kak Abi sedang beristirahat setelah acara. Kami merasa sangat lelah. Saat itu, aku masih memakai hijab, tetapi melepas cadar. Aku hanya duduk saja kala itu di sofa, dan Kak Abi pun duduk di kasur. Akupun menoleh ke arah Kak Abi, dan ternyata Kak Abi sedang memandangiku.

"MasyaAllah, baru kali ini aku berpandang-pandangan mata dengan Kak Abi," gumamku dalam hati.

Suasananya pada saat itu sangat hening. Tetangga juga mungkin sudah pada tidur, padahal masih belum terlalu malam. Di sini sudah hening, mungkin karena rumah kami berada jauh dari jalan raya.

"Aduhh, aku harus bagaimana ini," ujarku dalam hati, karena sungguh aku merasa sangat gugup.

Lalu, Kak Abi mendekatiku, dan ia duduk di sampingku. Pada saat itu, aku tambah gugup.

"Alesha, kamu laper gak?" tanya Kak Abi.

"Iya, Kak," jawabku.

"Pengennya makan apa?" tanya Kak Abi.

"Nasi goreng aja," jawabku.

Lalu aku dan Kak Abi pun pergi berboncengan. Saat di motor aku berpegangan dengan jaket Kak Abi.

Tak lama setelah itu, aku dan Kak Abi pun sampai di tempat angkringan yang menjual nasi goreng. Di dalam angkringan itu, banyak sekali lelaki yang sedang nongkrong. Pada saat itu, aku duduk sambil menunduk.

Lalu, aku melihat ke arah Kak Abi. Ternyata, ia sedang melihatiku dan ia tersenyum melihatku. Tak lama kemudian, nasi goreng sudah siap. Kami membungkus nasi goreng tersebut untuk makan di rumah.

Saat itu, Kak Abi pun mengambil motor di parkiran, dan aku menunggu di pinggir jalan. Namun, ketika Kak Abi sudah mengeluarkan motor, aku melihatnya pergi begitu saja meninggalkanku.

"Kak Abi, Kak Abi!!" teriakku.

Kak Abi terus saja berjalan dengan motornya. Akupun merasa kesal karena Kak Abi meninggalkanku. Tiba-tiba, tak lama setelah itu, terlihat dari jauh motor Kak Abi berbalik lagi mendekatiku.

"Maaf, Kakak lupa bahwa Kaka sudah mempunyai istri. Soalnya, biasanya Kaka bermotor sendirian," kata Kak Abi kepadaku, merasa sangat bersalah.

Perasaanku yang kesal seolah runtuh saat mendengarkan penjelasan Kak Abi. Lalu, akupun naik ke motor..

....

Tak lama setelah itu, kami pun tiba di rumah. Ketika masuk, aku segera mencuci kaki dan tangan, lalu mempersiapkan makanan. Tidak lama kemudian, Kak Abi datang menghampiriku, dan kami pun makan bersama.

"Aaa, MasyaAllah, suamiku ini lagi makan aja tetap ganteng," gumamku dalam hati.

Saat aku memandangi Kak Abi, Kak Abi membalas tatapanku. Ia terus saja menatapku, membuatku merasa malu dan salah tingkah. Kemudian, Kak Abi minum dan tertawa.

"Kenapa lihat-lihat," ujar Kak Abi.

"Gak papa, perasaan Kakak deh yang lihatin Lesha," tuduhku balik.

"Bilang aja kalo mau natap, nih tatap aja," ujar Kak Abi sambil mendekatkan wajahnya ke arahku.

Aku menatap matanya, dan tubuhku mulai kaku.

"Gapapa kalau mau di pandangin terus, suami sendiri kok," ucap Kak Abi sambil tersenyum dengan lesung di pipinya yang membuatnya semakin manis.

Lalu Kak Abi pun melanjutkan makan.

"Yaudah, Lesha mau terus pandangin aja," kataku.

"Makan dulu tapi," balas Kak Abi.

Akupun tertawa kecil.

Sesudah makan, akupun langsung masuk ke dalam kamar untuk beristirahat karena masih capek setelah acara tadi. Saat itu, aku mencoba tidur duluan, masih memakai hijab. Jam sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB, namun Kak Abi belum juga masuk kamar. Aku benar-benar tertidur karena pada saat itu aku sangat lelah.

••••

Jam 02.40 WIB.

Aku terbangun dan melihat bahwa Kak Abi tidak ada di sampingku. Lalu, aku mulai mencarinya, hingga akhirnya aku berada di depan kamar mandi dan melihat Kak Abi keluar dari sana.

"Yuk, ambil wudhu kita sholat," ajak Kak Abi.

"MasyaAllah, ternyata Kak Abi ingin sholat tahajud," gumamku dalam hati. Lalu, akupun pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu.

••••

Dan aku dan Kak Abi pun sholat tahajud berjama'ah. Setelah sholat, Kak Abi mengajakku mengaji, dan setelah mengaji, kami pun duduk berbincang-bincang.

"Alesha, sebelumnya ini masih terasa seperti mimpi bagi Kakak. Betapa indahnya skenario Allah. Alesha, maafin Kaka ya selama di luar negeri, Kaka gak pernah kasih kabar. Sewaktu di bandara menuju Mesir, kala itu hp Kaka terjatuh. Maka dari itu, Kaka gak pernah hubungin, sebab nomormu hilang," jelas Kak Abi dengan lembut.

"Iya, Kak. Lesha juga masih merasa seperti dalam mimpi. Dulu Alesha berpikir mungkin kita gak akan bertemu lagi. Jujur, setelah Lesha tahu orang tua Kakak pindah rumah dan Kakak mau dijodohkan, saat itu hati Lesha hancur, dan Lesha memutuskan untuk berhenti berharap dan fokus mengejar cinta Allah. Namun, ternyata rencana Allah memang begitu indah," jawabku.

"Kakak dulu memang mau dijodohkan, tetapi Kakak menolaknya," jelas Kak Abi.

"Kenapa ditolak?" tanyaku.

"Jawabannya adalah karena seseorang yang ada di depan Kakak," jawab Kak Abi.

"Lesha?" tanyaku.

"Iya, karena Lesha adalah jodoh Kakak. Bukankah Allah yang mengatur skenario, dan Allah menginginkan kita bersatu," jelas Kak Abi.

Akupun merasa terharu saat itu.

Tak terasa, saking asyiknya berbincang-bincang, haripun sudah pagi.

Akupun menyiapkan makanan untuk Kak Abi. Saat itu, Kak Abi mengambil cuti dua minggu libur dari kantor. Ya, karena itu adalah perusahaannya sendiri, jadi ia bebas mengambil cuti.

Aku dan Kak Abi pun sarapan.

"Enaknya nasi goreng ini," puji Kak Abi.

Akupun tersipu malu dan berkata, "Alhamdulillah." Hatiku sangat bahagia saat itu, sewaktu Kak Abi memujiku.

14.00 WIB.

Saat itu, aku dan Kak Abi membuka kado dan amplop dari tamu. Kami mendapatkan banyak sekali hadiah kala itu. Terakhir, Kak Abi membuka kado dari Siska. Setelah membuka kado dari Siska, Kak Abi terlihat canggung.

"Ada apa ini?" gumamku dalam hati.

Lalu, akupun melihat isi kado tersebut.

Ternyata, isi dari kado itu adalah lingerie seksi dan ada pesan di baju itu: "DI PAKAI HANYA DI DEPAN SUAMI."

"Aduh, Siska, apaan sih ini, malu-maluin aja," ujarku dalam hati sambil ingin tertawa melihat bacaannya. Saat itu, aku masih memakai hijab di rumah dan belum melepaskannya sama sekali di depan Kak Abi.

Kak Abi pun hanya tersenyum ke arahku.

"Bajunya bagus, kenapa malu? Dipakai aja kalau mau. Menyenangkan hati suami itu dapat pahala, lho," ujar Kak Abi lalu ia pun pergi.

Seketika, pipiku memerah pada saat itu.

Hijrahku karna-Nya Bukan Karnamu [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang