Pak, Bu, dengan segala hormat dan keikhlasan hati, saya, Nisa, ingin menyampaikan sebuah permohonan yang sangat penting kepada Ibu dan Bapak selaku orang tuanya Alesha. Saya berharap Ibu dan Bapak dapat memberikan perhatian dan mendengarkan dengan hati yang terbuka.
Saya telah menjadi sahabat dekat Alesha selama beberapa waktu dan dengan penuh pengertian, saya melihat betapa besar arti dan nilai yang Alesha letakkan pada cadar sebagai simbol dari keyakinannya. Alesha ingin melindungi dirinya dari interaksi yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip agama dan menjaga kesucian serta kenyamanan dirinya sebagai muslimah.
Dalam membantu Alesha mewujudkan keinginannya untuk mengenakan cadar, saya memohon dengan tulus dan rendah hati kepada Ibu dan Bapak untuk memberikan izin dan dukungan. Keputusan ini akan memberikan Alesha rasa aman, kepercayaan diri, dan memungkinkan dia untuk lebih dekat dengan nilai-nilai agama Islam.
Saya memahami bahwa ini adalah keputusan yang penting dan mungkin ada pertimbangan yang perlu dipertanyakan. Saya bersedia menjelaskan lebih lanjut dan menjawab segala pertanyaan atau kekhawatiran yang mungkin Ibu dan bapak miliki terkait dengan keputusan ini.
Pak, Bu, saya berharap Ibu dan Bapak dapat melihat betapa pentingnya keputusan ini bagi Alesha. Saya yakin bahwa dengan izin dan dukungan Ibu dan Bapak, Alesha akan menjalankan tanggung jawabnya dengan baik, menghormati segala aturan dan tata cara yang telah ditetapkan dalam agama kita.
Pada saat itu, suasana terasa begitu tenang.
Lalu Mama dan Papaku, beralih memandangku.
Lalu, akupun berkata, "Ma, Pa, Alesha sangat ingin memakai cadar. Alesha ingin menutup aurat secara sempurna. Izinkanlah Alesha memakai cadar. Alesha ingin menjadi hamba Allah yang lebih baik lagi, agar Alesha menjadi wanita yang dicintai oleh Allah dan Rasull-Nya," ujarku meyakinkan.
Dan Mamaku pun menangis. "Maaf ya, sayang. Mama belum bisa jadi orang tua yang baik, karena selama ini Mama gak ngajarin kamu tentang agama dan memberikan contoh untuk menutup aurat secara sempurna. Mama sangat bersyukur karena memiliki anak seperti kamu yang memiliki kesadaran sendiri dalam belajar agama, walaupun kamu gak terlahir dari keluarga yang paham agama. Alesha, Mama sangat setuju jika itu maunya Lesha," ujar Mama dengan terharu.
"Alesha, jika itu pilihanmu, maka Papa juga akan menyetujuinya," ujar Papa dengan bijak.
Akupun memeluk Mama dan Papaku dengan penuh haru.
Aku sangat bahagia saat itu, suasana begitu haru.
....
Dua tahun kemudian...
Hari-hari pun berlalu, detik demi detik sudah terlewati tanpa terasa.
Setelah kejadian itu, akupun mulai memakai cadar dan semakin istiqomah dengan hijrahku. Hal yang paling bahagia bagiku adalah keluargaku sekarang juga mulai berhijrah.
"Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh," ucap Ayah saat mengucapkan salam di akhir sholat.
Keluargaku juga sholat Subuh berjamaah.
"Alhamdulillah, ya Allah. Engkau telah membuat keluargaku hijrah, karena tidak ada yang lebih membahagiakan selain memiliki keluarga yang didasarkan pada Al-Qur'an dan As-Sunnah," ucapku dengan penuh syukur.
Setelah sholat, kami pun mengaji. Alhamdulillah, Kak Reza sudah bisa mengaji dan sekarang ia sedang menghafal Al-Qur'an karena memiliki cita-cita menjadi hafidz Qur'an.
Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu.
"Tok, tok, tok."
Akupun membuka pintu.
"Al, ayo ke toko," ajak Siska.
"Pagi banget, aku belum siap. Kamu duluan aja yang datang, nih kuncinya bawa aja," ucapku sambil menyodorkan kunci kepada Siska.
"Oh, oke deh, yaudah duluan ya. Assalamu'alaikum," ujar Siska memberi salam.
"Ok, Wa'alaikumussalam," balasku.
Sekarang aku sudah lulus sekolah dan berumur 19 tahun.
Selama 2 tahun terakhir, aku sibuk mendesain gamis dan niqob. Kini aku memiliki toko gamis dan niqob yang ku beri nama "Muslimah BerSyar'i". Alhamdulillah, toko gamis dan niqobku memiliki banyak pembeli, karena selain menjual secara offline, aku juga menjualnya secara online.
Aku tidak menjalankan usahaku sendirian, Siska juga ikut berperan besar dalam membantuku. Alhamdulillah, Siska juga telah berhijrah dan memakai cadar. Ia telah mengalami perubahan total, bahkan gaya bicaranya pun berubah.
Selama 2 tahun terakhir, banyak hal yang telah berubah dalam hidupku, namun hanya satu hal yang tetap tidak berubah, yaitu perasaanku terhadap Kak Abi. Entah apa yang sedang terjadi dengan Kak Abi sekarang dan di mana keberadaannya. Sejak kepergiannya kemarin, dia tidak pernah mengabari aku dan aku sudah mencoba berkali-kali untuk menghubunginya, namun nomornya tidak aktif.
Meskipun begitu, aku masih berharap semoga Kak Abi baik-baik saja. Mungkin ada alasan di balik ketidakaktifan nomornya. Aku tetap mendoakan yang terbaik baginya dan berharap kita bisa bertemu lagi suatu hari nanti.
Tiba-tiba, ketika aku keluar dari rumah, aku disapa oleh Gavin.
"Assalamu'alaikum, Alesha," sapa Gavin.
"Wa'alaikumussalam," balasku.
"Nanti sore, jadikan?" tanya Gavin.
"Jadi, Lesha berangkat ke toko dulu ya, Vin," jawabku.
Lalu aku pun berangkat ke toko.
Selama 2 tahun terakhir, hubunganku dan Gavin semakin membaik dan sekarang ia telah menjadi orang terdekatku, sama seperti kedekatan aku dan Siska. Namun tetap walaupun kami dekat, kami tetap menjaga batasan.
Gavin benar-benar telah berubah menjadi lebih baik dalam akhlak dan tingkah lakunya. Ia terus berusaha memperbaiki dirinya, bahkan ia merubah gaya bicaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrahku karna-Nya Bukan Karnamu [End]
Teen Fiction~Alesha Khumairah Setiap kita yang sudah berhijrah tentu punya alasan di balik hijrahnya. Apapun itu, jadikanlah Allah yang utama sebagai alasan di balik hijrahmu, agar hatimu tidak kecewa nantinya. ~Muhammad Abi Ghazali Jika engkau mencintai seoran...