Malam pun tiba, aku duduk di teras rumah, menatap langit malam. Suasana hatiku saat itu sangat sedih. Tiba-tiba, Kak Reza datang dan duduk di sampingku.
"Kenapa wajahnya sedih gitu?" tanya Kak Reza padaku.
"Gapapa, Kak," jawabku.
"Jangan sampe Kaka tau Lesha sedih gara-gara cowok, ya!" ujar Kak Reza.
"Hehe," aku hanya tertawa kecil.
"Lesha harus fokus ama pendidikkan, gabole pacaran!" ujar Kak Reza.
"Bentar lagi Lesha lulus, Kak,"
"Jadi, mau pacaran?"
"Engga lah!"
"Bagus itu,"
"Lagian, pacaran itu engga diperbolehkan dalam Islam," jelasku.
"Hemm, iya..." ucap Kak Reza.
"Terus, kenapa Kakak masih pacaran?" tanyaku kepada Kak Reza.
Kak Reza hanya diam saat itu.
"Jika Kakak belum mampu untuk menghalalkannya, setidaknya jangan ajak dia pacaran. Dosanya berat, Kak," ujarku memberikan nasehat kepada Kak Reza.
"Kakak punya niatan buat serius, tapi Kakak mau cari modal dulu," jawab Kak Reza.
"Yaudah kalo gitu perbaiki diri aja dulu, kalo udah siap baru deh lamar" ujarku.
"Ga semudah itu, Kaka pacaran udah lama soalnya."
"Kak, Lesha ngerti kalo Kakak udah lama pacaran. Namun, apapun alasannya pacaran di luar pernikahan, tetap engga diperbolehkan dalam Islam."
"Lesha cuma mau ngingetin Kakak, bahwa mencari ridho Allah harus menjadi prioritas utama kita. jika Kakak benar-benar ingin serius dengan orang yang Kakak cintai, lebih baik segera halalkan atau jika Kaka belum sanggup maka lebih baik memperbaiki diri terlebih dahulu."
"Hem, eh, kok kamu sih yang jadi nasihatin, Kaka?" ujar Kak Reza mengalihkan pembicaraan.
"Jangan mengalihkan pembicaraan ya, Kak," jawabku.
"Wah, adek Kakak kayaknya udah jago banget ceramah ya," ujar Kak Reza sambil mencolek pipiku.
"Dahlah, Kakak mau masuk, banyak nyamuk," ucap Kak Reza.
Dan Kak Reza pun masuk ke dalam rumah.
Hemm, begitulah Kak Reza, dia selalu tidak mau mendengarkan nasihatku, mungkin karena dia merasa lebih tua dariku.
Tiba-tiba, handphoneku berbunyi, pertanda ada pesan WhatsApp yang masuk.
Assalamu'alaikum. 20.08 Dari: 08228×××××××
"Ini siapa ya yang ngechat, aku gak kenal nomornya," ujarku.
Akupun melihat profilenya. Profilenya bergambar quote tentang agama.
Akupun membalas pesan itu...
[Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, ini siapa?] 20.18 Terbaca✓✓
[Ini Kak Abi, di save ya?] 20.20 Dari: 08228×××××××
[Na'am Kak, kirain siapa tadi.] 20.21 Terbaca✓✓
[Maaf ya kalau ganggu.] 20.23 Dari: Kak Abi
[Nggak Kak, gapapa ana juga lagi santai, kalau Kakak?] 20.25 Terbaca✓✓
[Kakak juga lagi santai, ini lagi duduk di depan rumah, coba deh kamu keluar dan coba kamu lihat langit malam ini, indah banget.] 20.28 Dari: Kak Abi
[Iya Kak, ana dari tadi duduk di depan rumah sambil lihat langit malam ini yang begitu indah.] 20.30 Terbaca✓✓
[Iya, tau gak, dari pemandangan malam ini memberikan kita suatu pelajaran.] 20.32 Dari: Kak Abi
[Pelajaran apa, Kak?] 20.34 Terbaca✓✓
[Bahwa skenario Allah tidak pernah mengecewakan. Setelah menghilangkan senja yang indah, Allah pun menggantinya dengan malam yang indah. Malam yang dihiasi dengan bintang.] 20.37 Dari: Kak Abi
[Iya, namun sayangnya, semua keindahan itu hanya bersifat sementara.] 20.39 Terbaca✓✓
[Dari itu juga kita mendapatkan pelajaran.] 20.41 Dari: Kak Abi
[Apa?] 20.42 Terbaca✓✓
[Bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini.] 20.44 Dari: Kak Abi
[Hem, iya Kak. Makanya Lesha selalu berdoa agar kecintaan Lesha kepada makhluk-Nya tidak melebihi cinta Lesha kepada Allah. Karena Lesha sadar tidak ada yang abadi di dunia ini.] 20.45 Terbaca✓✓
[MasyaAllah, oh iya sekarang kamu kelas berapa?] 20.48 Dari: Kak Abi
[Kelas 12 Kak, 3 bulan lagi Lesha lulus. Kenapa, Kak?] 20.52 Terbaca✓✓
Gapapa, kalau gitu Kakak pamit dulu ya mau tidur soalnya nanti malam Kakak mau berdoa di sepertiga malam. 20.54 Dari: Kak Abi
Maksudnya berdoa untuk akhwat yang Kakak ceritakan kemarin itu lewat doa di sepertiga malam? 20.56 Terbaca✓✓
Iya, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.] 20.57 Dari: Kak Abi
[Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh] 20.59 Terkirim✓
Akupun masuk ke dalam rumah dengan suasana hati yang begitu sedih. Awalnya, aku senang bisa berbicara dengan Kak Abi. Namun, nyatanya Kak Abi mematahkan hatiku. Hatiku begitu hancur mendengar Kak Abi ingin mendoakan akhwat itu di sepertiga malam. Akupun menangis, kelelahan akibat tangisan membuatku tertidur.
••••
Jam 2 malam, aku terbangun dari tidurku. Tanpa ragu, aku langsung bergegas untuk melaksanakan sholat tahajud. Setelah selesai sholat, aku pun berdoa.
"Ya Rabb, apakah Kak Abi memang bukan jodohku? Jika boleh, hamba memohon keajaiban agar Kak Abi bisa menjadi jodoh hamba dan mencintai hamba. Jika dia mencintai wanita lain selain diriku, tolong hilangkan rasa cintanya terhadap wanita itu, buatlah dia ilfil terhadap wanita itu."
Pada malam itu, aku menghabiskan waktu untuk mencurahkan isi hatiku dan berdoa kepada Rabb-ku. Namun, tanpa aku sadari bahwa doaku nampak egois dan memaksa.
-Skip-
Keesokkan paginya...
Tok, tok, tok. Seseorang mengetuk pintu kamarku.
"Bentar!" teriakku.
Aku membuka pintu dan ternyata itu adalah Siska.
"Al, mata lo kenapa bengkak begitu?" tanya Siska terkejut melihat wajahku yang lelah dan mata yang bengkak.
"Gapapa, Sis," jawabku.
"Lo habis nangis, ya?"
"Udahlah, gak usah dibahas Sis,"
"Oh iya, sebenarnya gue mau kasih tau kabar, tapi kayaknya kondisi lo sekarang lagi ga baik,"
"Emang ada kabar apa? Jangan buat penasaran, kasih tau aja," tanyaku penasaran.
"Dua minggu lagi Ka Abi mau berangkat ke Mesir!!" seru Siska.
"Oh, begitu," jawabku sambil berjalan ke belakang.
"Kok lo keliatan biasa aja?" tanya Siska.
"Terus aku harus gimana Sis? nangis-nangis sambil guling-guling?" ujarku sambil berjalan ke kamar mandi.
"Lo gapapa, Al?" tanya Siska.
"Aaa udahlah mau mandi." lalu akupun mengambil handuk lalu masuk kamar mandi.
Akupun masuk kamar mandi dan Siska di luar menungguku.
Tak lama kemudian akupun keluar dari kamar mandi.
"Dimana Siska? kok gak ada, aaa sudahlah mungkin dia pulang." ucapku dalam hati.
Akupun langsung berjalan ke kamarku.
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrahku karna-Nya Bukan Karnamu [End]
Teen Fiction~Alesha Khumairah Setiap kita yang sudah berhijrah tentu punya alasan di balik hijrahnya. Apapun itu, jadikanlah Allah yang utama sebagai alasan di balik hijrahmu, agar hatimu tidak kecewa nantinya. ~Muhammad Abi Ghazali Jika engkau mencintai seoran...