(34) Selamat tinggal.

171 19 10
                                    

"Aku dan mama pun pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, aku melihat ibunya Gavin sedang membersihkan koper di teras rumahnya. Akupun menghampiri ibunya Gavin.

"Assalamu'alaikum, Bu?" sapaku dengan tersenyum, walaupun aku memakai cadar, namun senyumanku tetap terlihat dari lekukkan mataku.

"Iya, Wa'alaikumussalam," jawab ibunya Gavin.

"Lagi apa, Bu?" tanyaku.

"Lagi bersihin koper buat isi bajunya Gavin," jawab Ibunya Gavin.

Akupun bertanya lagi kepada ibunya Gavin, "Gavin mau pergi ke mana Bu?"

"Ke Turki," jawab Ibunya Gavin dengan nada yang agak ketus.

"Tumben, Ibunya Gavin kok jutek ya? Biasanya ia sangat ramah kepadaku," gumamku dalam hati.

"Kok, Gavin gak bilang sama Lesha ya, Bu?" ujarku dengan sedih.

Ibunya Gavin pun hanya menjawab dengan sangat singkat, "Gatau," ucapnya.

"Hem, yaudah Lesha mau masuk rumah ya, Bu," ujarku berpamitan karena tidak enak hati sebab Ibunya Gavin bersikap cuek kepadaku.

Ibunya Gavin hanya diam saja kala itu, dan akupun masuk ke dalam rumah. Setelah masuk, aku langsung ke kamar mandi untuk membersihkan badan setelah dari luar.

Setiba di dalam kamar mandi, aku mendengar suara aneh seperti bisikkan. Entah itu suara apa, aku terus saja mengabaikan hal itu, dan aku pun bercepat-cepat mandi karena timbul perasaan takut.

Ketika aku keluar kamar mandi...

"Duaaarrrrr!" teriak Siska mengagetkanku.

"Astagfirullah, apasih kamu?"

"Hehe, maaf Al,"

"Hem, ada apa?" tanyaku sambil berjalan menuju kamar.

Siska pun mengikutiku sambil berbicara, "Al, ini aku nemu di kantor. Kayaknya punyanya Gavin deh, soalnya aku nemu di tempat dia duduk waktu itu." Lalu Siska memberikan gelang itu padaku.

Gelang itu sangat unik, Gelang tersebut terbuat dari perak yang dipahat dengan indah dan memiliki desain yang rumit. Permukaannya dihiasi dengan motif bunga dan daun yang halus.

Lalu di gelang itu juga terdapat inisial "G" dan "A" yang terukir di bagian depannya.

Selain itu, gelang itu memiliki penutup yang tersembunyi di bagian sampingnya. Ketika penutupnya dibuka, terdapat ruang kecil di dalamnya yang bisa digunakan untuk menyimpan sesuatu, seperti potongan kertas kecil atau foto.

Aku mengambil gelang tersebut dari tangan Siska dan berkata, "Wow, ini gelangnya terniat bangett, unikk, apalagi ada inisialnya."

"Iya, ternyata Gavin tipe orang yang romantis juga ya. Tapi kira-kira inisial A siapa ya," tanya Siska penasaran.

Sama seperti Siska yang penasaran akupun sama, Hatiku berdetak kencang saat itu, seolah bertanya-tanya, "Apakah ini untukku?"

"Al, hei!" ujar Siska sambil melambai-lambaikan tangannya di depan mataku.

Akhirnya, aku tersadar dari lamunanku. "Eh, iya, Sis," sahutku.

"Eh, Alesha, kira-kira ini inisial Reyhan sama siapa ya? Apa jangan-jangan, 'A' itu Alesha ya?" tebak Siska.

"Gak tau, yaudah Lesha mau masuk ke kamar dulu ganti baju. Tunggu bentar ya," ujarku.

"Hmm, iya, Al, aku langsung pulang aja. Assalamu'alaikum," Siska berpamitan.

"Wa'alaikumussalam," balasku.

-Skip-

Malam pun tiba, dan jam menunjukkan pukul 20.00 WIB. Pada saat itu, suasana terasa sangat tenang. Aku terus memikirkan tentang perubahan sikap Ibunya Gavin.

Hijrahku karna-Nya Bukan Karnamu [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang