(23) Di balik dirinya.

142 17 15
                                    

"Al, ternyata skenario Allah begitu indah ya?"

"Hem, iya begitulah."

"Gue bener-bener bersyukur karena Allah mempertemukan gue dengan wanita yang lagi gue cintai saat ini, karena semenjak gue kenal wanita itu, gue jadi terinspirasi buat berubah," curhat Gavin.

"Alhamdulillah, terkadang memang di balik pertemuan itu ada hikmahnya."

"Dulu gue nakal bangett, suka main-mainin cewe, jarang sholat, suka rusuh, bobroklah pokoknya, terus semenjak ketemu dia gue kayak terinspirasi buat berubah menjadi lebih baik."

Alhamdulillah, semua udah jadi kehendak Allah. Aku juga dulu tomboy dan awam beragama, lalu Allah menghadirkan seseorang di dalam kehidupanku yang membuatku berubah," jawabku.

"Siapa orangnya?" tanya Gavin.

"Dia sudah pergi jauh, udah lupain," jawabku.

"Beruntung ya orang itu," kata Gavin dengan suara yang kecil.

"Apa?" ujarku meminta Gavin mengulang perkataannya.

"Nggak, udah lupain." jawabku.

"Oh iya, aku perhatiin semenjak pindah kok gak pernah lihat ayah kamu ya?" tanyaku pada Gavin.

"Ortu gue udah pisah sejak gue umur 8 tahun," jelas Gavin.

"Aduh, maaf ya," ujarku tak keenakkan.

"Gapapa."

Gavin pun bercerita panjang lebar tentang dirinya dan keluarganya.

"Gue anak tunggal, ayah gue pergi ninggalin gue dan Ibu gue pas umur gue 8 tahun, lalu pergi bersama wanita lain. Semenjak pisah dari Ayah, Ibu yang jadi tulang punggung, dan dari situlah gue kurang perhatian dan akhirnya gue pun masuk ke lingkungan pergaulan yang toxic."

Lalu seseorang datang dalam kehidupan gue dan mengubah dunia gue. Dia yang buat gue terinspirasi buat berubah, dan gue juga sebenernya sadar bahwa hidup yang gue jalani itu gak sehat, dan gue pengen memperbaiki semuanya.

Tapi dari kisah gue tadi, gue jadi dapet pelajaran bahwa kelak apabila gue udah nikah dan punya anak, gue gak akan ngelakuin kesalahan yang sama seperti hal yang dilakukan oleh ayah gue,"

"Aku salut lho sama kamu, kamu kuat, kamu bisa menghadapinya. Makanya Allah kasih kamu ujian itu karna Allah percaya bahwa kamu bisa menghadapinya," ucapku.

"Hem, iya. Semenjak gue hijrah, hidup gue terasa tenang. Gue jadi lebih menghargai hidup," ujar Gavin.

"Alhamdulillah, oh iya tadi kamu bilang ada seseorang yang menginspirasimu, emangnya siapa orang yang ada di balik hijrahmu itu?" tanyaku.

"Dia adalah ...," Belum selesai Gavin

Dan tiba-tiba, Mamaku memanggil.

"Aleshaaaa!" teriak Mama.

"Aduh, Mama manggil lagi. Yaudah ya, Vin. Lesha mau masuk dulu," ucapku, langsung berlari masuk ke rumah.

Gavin hanya tersenyum kala itu.

-Skipp-

Keesokan harinya...

13.00 WIB

"Hari ini hari Minggu, kalau gak salah aku ada janji deh," ucapku dalam hati.

Akupun mengingat-ngingat.

"Oh iya, hari ini aku ada janji sama Mbak Nisa, Yuna, Rere, dan juga Sinta," ucapku.

Dan tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.

"Tokk, tokk, tokk."

Akupun ke depan untuk membuka pintu.

Hijrahku karna-Nya Bukan Karnamu [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang