(41) Episode terakhir(TAMAT)

479 32 13
                                    

Waktu terasa berjalan begitu cepat hingga tak terasa sudah 2 tahun kemudian...

Saat itu, kami sedang piknik di taman.

"Syakila, ihh imut banget sih," ujar Yuna dengan gemash, melihat Syakila yang kugendong.

Syakila Khairunisa, adalah anakku dengan suamiku tercinta yang bernama Muhammad Abi Ghazali. Biarpun masih kecil, tapi aku membiasakannya memakai pakaian syar'i. Ia terlihat sangat imut sekali.

"Rara? Dede Syakila mau dibawa sama Umi mu, mau dijadiin anaknya, Rara jadi anaknya Bunda Alesha aja ya? Biar tukeran," ujarku bergurau pada anaknya Yuna yang bernama Rara.

"Gak mau," jawab Rara dengan gemash.

Kami pun tertawa.

"Di perutnya Bunda Nisa ada dede bayi, kan?" tanya Rara dengan suara imutnya.

"Iya, sayang. Doain ya, semoga dede-nya lahir dengan selamat supaya bisa main sama Rara, Syakila, Nafisah, dan juga Arumi," ucap Mbak Nisa sambil tersenyum.

Nafisah adalah anak Sinta yang masih berumur 1 tahun, sama seperti anakku, Syakila.

Rara pun tersenyum.

"Gak hanya di perut Bunda Nisa aja ada Dede, di dalam perut Bunda Rere juga ada," ujar Mbak Nisa sambil tersenyum.

"Oh ya?" lalu Rara pun mendekati Rere.

"Iya, coba bilang Assalamu'alaikum di perut Bunda sambil elus-elus perutnya," suruh Rere.

"Assalamu'alaikum," ucap Rara dengan suara gemashnya.

Rera pun tersenyum.

Alhamdulillah, Rere sudah bisa menerima kepergian Reyhan. Setahun setelah pernikahanku dan Kak Abi, Rere menikah melalui jalur ta'aruf. Sekarang, ia sedang hamil dengan usia kandungan 3 bulan.

Di sisi lain, aku memandangi Siska yang sedang menyuapi anaknya makan sambil duduk bersama kami. Lima bulan setelah pernikahanku, Siska juga menikah. Sekarang, Siska sudah memiliki anak yang berusia 5 bulan, ia memberinya nama Arumi.

Akupun menoleh ke arah lapangan. Disana, para suami-suami kami sedang asyik bermain basket. Dan yang lain pun ikut menatap ke arah mereka.

"Gak nyangka ya, waktu cepat sekali berlalu," gumamku.

"Iya, perasaan dulu kita masih jomblo dan suka ngehalu untuk jalan-jalan bareng, ngajakin pasangan halal masing-masing, dan sekarang halu itu menjadi nyata," sahut Yuna.

"Mbak, hanya berharap semoga kita berkumpul seperti ini juga di Surga," sahut Mbak Nisa.

Serentak, kami semua berkata Aamiin.

"Dulu kita memiliki impian yang sama, dan sekarang kita juga tetap memiliki impian yang sama, yaitu impian untuk bisa bertemu lagi di Surga," kata Sinta.

"Untuk mewujudkan mimpi itu, kita harus benar-benar istiqomah di jalan Allah. Kita harus tetap saling mengingatkan ketika salah satu dari kita mulai tergelincir," kata Siska.

"Aku merasa sangat beruntung memiliki sahabat seperti kalian," ujar Rere dengan haru.

Seketika, suasana saat itu menjadi haru.

Lalu tiba-tiba Sinta berkata, "Eh, coba deh lihat, ada perempuan yang melirik-lirik suami-suami kita. Mereka tidak tahu bahwa ada istrinya di sini."

"Iya ya, mana mereka melihatnya begitu asyik lagi," timpal Rere.

Kak Abi memang terlihat sangat tampan, wajahnya dengan ciri khas Arab yang menawan. Ia memiliki hidung yang mancung, kulit yang putih bersih, bulu matanya melentik, dan rambutnya yang ikal, Selain itu, lesung pipi yang terlihat saat ia tersenyum menambah daya tariknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 12, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hijrahku karna-Nya Bukan Karnamu [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang