Malam hari, pukul 19.30 WIB.
Aku terus saja memikirkan apa yang dikatakan oleh Gavin sewaktu di kantor tadi.
"Kira-kira siapa ya wanita yang ingin dia lamar?" tanyaku dalam hati.
Lalu aku berkaca di cermin sambil berkata, "Aku bingung pada diri sendiri. Padahal aku masih mencintai Kak Abi, namun ketika mengetahui Gavin mencintai wanita lain, ada rasa cemburu dalam diriku. Tapi beruntung sekali wanita itu dicintai oleh Gavin."
Tiba-tiba, seseorang mengetuk pintu kamarku.
"Tokk, tokk, tokk," suara ketukan pintu terdengar.
"Iya, langsung masuk aja," teriakku.
Nanda pun masuk ke dalam kamarku, dan dia berbicara kepadaku dengan suara yang berbisik-bisik.
"Kak, di depan ada yang mencari Kakak," ujar Nanda.
"Siapa?" tanyaku.
"Itu yang mencari Kakak, laki-laki orangnya ganteng banget. Dia datang bersama orang tuanya, sekarang mereka sedang ngobrol dengan Papa," ucap Nanda.
"Siapa ya?" tanyaku.
"Yaudah, makanya Kakak pergi ke depan aja biar tahu siapa," jawab Nanda.
"Ok, Kakak siap-siap dulu," ucapku.
Akupun bersiap-siap untuk pergi ke depan. Setelah aku selesai bersiap-siap, aku langsung pergi ke depan.
Ketika aku hampir sampai di ruang tamu, aku melihat sepasang suami istri yang sudah tua namun pakaiannya terlihat sangat elite. Nampaknya mereka berasal dari keluarga kalangan atas. Mereka duduk berbincang dengan papaku.
"Mungkin itu teman Papa. Ngapain nyariin aku? Ini Nanda kayaknya mau ngerjain aku deh," ucapku dalam hati. Lalu, akupun langsung berjalan berbelok untuk kembali ke kamar.
Namun, Papa memanggilku, "Eh, Alesha?"
"Iya, Pa," sahutku.
"Sini, sayang. Ada yang ingin dikatakan," ajak Papa.
"Ini teman Papa dulu. Om ini yang pernah membantu Papa saat bisnis Papa hampir bangkrut. Sekarang baru ketemu lagi setelah mereka pulang dari luar negeri,"
"Iya, Pa," jawabku dengan canggung karena dilihat oleh tamu.
Akupun menyapa dan memberi salam kepada tamu yang datang.
"Sepertinya aku kenal dengan ibu ini. Wajahnya gak asing," gumamku dalam hati, melihat wajah istri teman papa.
"Saya dan keluarga pernah tinggal di sini beberapa tahun yang lalu, tapi kok gak pernah ketemu ya, makanya saya kaget pas anak saya ngasih tau rumah ini," ujar Om-om teman Papa.
"Oh ya, mungkin kamu kalo keluar selalu pake pesawat, jadi ya gapernah ketemu kita," jawab Papa bercanda.
"Tidak, saya jarang di rumah. Pulang sebulan sekali," jawab teman Papa.
"Anaknya cantik ya..." puji istri dari teman Papa.
Akupun tersipu malu.
"Ouwh, iya dong, siapa dulu bapaknya," jawab Papa.
Lalu, teman Papa pun ingin mengajak ngomong serius,
"Jadi begini, kami kesini mau menyampaikan sesuatu."
"Nak..." panggil teman Papa.
"Iya, sebentar, Yah," sahut seorang lelaki yang sedang berada di luar, yang lagi menelpon.
Lalu lelaki itu pun menyelesaikan telponnya dan masuk. Alangkah terkejutnya aku ketika lelaki itu masuk!
"Kak Abi?" ucapku dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrahku karna-Nya Bukan Karnamu [End]
Teen Fiction~Alesha Khumairah Setiap kita yang sudah berhijrah tentu punya alasan di balik hijrahnya. Apapun itu, jadikanlah Allah yang utama sebagai alasan di balik hijrahmu, agar hatimu tidak kecewa nantinya. ~Muhammad Abi Ghazali Jika engkau mencintai seoran...