Dan kamipun dalam perjalanan pulang ke rumah.
Tak lama kemudian, kami tiba di depan rumahku. Saat di jalan, kami terkena macet, sehingga ketika sampai di rumah, sudah hampir Maghrib.
Kak Abi menghentikan motornya.
"Syukron, ya kak," ujarku berterimakasih.
"Na'am, yaudah Kakak pamit ya," jawab Kak Abi.
"Ok, eh ka tunggu,"
"Kenapa?"
"Coba deh, Kakak lihat langit itu," ujarku lalu menunjuk ke arah langit senja.
"MasyaAllah, betapa indahnya ciptaan Allah," ucap Kak Abi.
"Iya Kak, sangat indah," ucapku sambil memandangi Kak Abi yang sedang menatap langit senja.
Tiba-tiba terdengar suara gemuruh yang sangat kuat.
"Jegaaarrr!"
Perlahan, rintik hujan pun turun.
"Yaudah, Kaka, pamit ya. Assalamu'alaikum," ujar Kak Abi.
Kak Abi melambaikan tangannya padaku.
"Iya, Kak. Wa'alaikumussalam," ucapku sambil tersenyum.
Lalu, Kak Abi pun pergi. Aku terus melihat Kak Abi sampai ia benar-benar menjauh dan tak terlihat. Kemudian, hujan pun benar-benar datang dengan derasnya.
Akupun menadahkan tangan di bawah rintik hujan yang deras.
"Ya Rabb, jika Kak Abi bukanlah jodohku, maka jauhkanlah dia sejauh-jauhnya dariku dan jangan pertemukan kami lagi. Namun, jika ia jodohku, pertemukanlah aku dan Kak Abi kembali suatu saat nanti dalam ikatan yang halal," lirihku berdoa dalam hati.
"Ah, apa yang kukatakan? Bagaimana jika kami tak berjodoh? Berarti aku tak akan bertemu dengannya lagi," ujarku ngomong sendiri.
Akupun berkata lagi dalam hati, "Hmm, tidak apa-apa jika memang tidak berjodoh. Lebih baik tak perlu bertemu lagi daripada membuatku semakin terluka. InsyaAllah, perlahan-lahan aku akan bisa melupakannya jika tidak bertemu dengannya. Namun, Ya Rabb, jika boleh aku meminta, semoga kelak aku bisa bertemu dengannya lagi."
Akupun langsung masuk ke dalam rumah. Ketika aku masuk, ternyata Nanda sudah berada di balik pintu, menungguiku.
"Kakak dari mana?" tanya Nanda.
"Kepo ya?" ucapku sambil menggoda.
"Udah ahh, Kakak mau mandi, mau siap-siap sholat Maghrib," ucapku.
Lalu, akupun berjalan ke kamar mandi.
[Skipp]
Malam harinya.
Pukul 02.30 WIB.
Aku terbangun dari tidur. Hujan masih sangat deras. Entah mengapa, hatiku sangat gelisah saat itu.
"Aku mau sholat tahajud saja, supaya hatiku tenang," ucapku.
Akupun berjalan ke kamar mandi untuk berwudhu. Namun, saat aku sedang berjalan menuju kamar mandi, aku merasa seolah ada yang mengikutiku. Meski begitu, aku memilih untuk mengabaikannya dan terus melangkah ke kamar mandi.
"Ah, mungkin itu hanya perasaanku saja," ucapku.
Akupun masuk ke dalam kamar mandi. Tidak lama kemudian, akupun keluar dan tiba-tiba, "Duuaarr!" Kak Reza, mengagetkanku.
"Astagfirullah," reflekku merasa sangat kaget pada saat itu.
Kak Reza tertawa melihatku terkejut.
"Ah, Kakak nyebelin bangett!" omelku dengan kesal.
"Iya-iya, maaf," Kak Reza meminta maaf.
"Kakak, apa yang Kak Reza lakuin, bangun tengah malam kayak gini sholat tahajud kah? Tapi kayaknya engga deh, sholat wajib aja sering ditinggalin, gimana bisa mau sholat tahajud," tebakku.
"Jangan gitu kamu de, kakak terkesan miris bangett! Eh tapi Kakak emang bener mau sholat tahajud."
"Wah, serius?"
"Wah, kayaknya malam ini Kakak banyak ngagetin ya!!" ujar Kak Reza.
"Kakak ingin 'me-nikung' seseorang di sepertiga malam," lanjut Kak Reza.
"Menikung? Pacar Kakak?" tanyaku.
"Nggak lah kami udah putus, gak boleh tau pacaran. Ih, kamu udah hijrah, emang gak tau kalau pacaran itu gak boleh,"
"Alhamdulillah, kalau Kakak udah sadar. Kalau Alesha gak tau pacaran itu dilarang agama, lalu siapa yang nasehatin Kakak waktu itu? Tembok, hah?" tanyaku.
"Haha, iya-iya bercanda," jawab Kak Reza dengan cengengesan.
"Emang siapa yang Kakak mau tikung di sepertiga malam?" tanyaku pada Kak Reza.
Kak Reza pun bercerita, "Kakak lagi suka sama seorang wanita. Bagi Kakak, dia adalah wanita yang sholeha, wanita yang unik, lembut, dan sopan tutur katanya. Pinter ngaji. setiap Kaka melihat dia rasanya reflek pengen halalin!"
"Kak, bukankah Kakak tahu bahwa jodohmu adalah cerminan dirimu? Kalau Kakak ingin mendapatkan jodoh yang sholeha, sebaiknya Kakak memperbaiki diri Kaka terlebih dahulu, pantaskan diri Kakak," jelasku.
"Kakak harus memperbaiki diri menjadi hamba Allah yang lebih baik lagi. Kakak harus hijrah," lanjutku memberi masukan.
"Hem, kamu benar de," Kak Reza nampak tersadar. "Iya, Bismillah. Kakak akan hijrah,"
"Yaudah, Kakak mau ambil wudhu dulu mau sholat tahajud," lalu Kak Reza pun berjalan ke kamar mandi.
"Tunggu, Kak," tahanku.
"Kenapa?" tanya Kak Reza.
"Kak, niatkanlah sholat tahajud Kakak karena Allah, bukan karena manusia. Maka, InsyaAllah, Allah akan mempermudah jalan Kakak," ucapku.
"Siap," jawab Kak Reza.
Lalu, aku pun berjalan masuk ke dalam kamar.
Setelah sholat tahajud, aku berdoa,
"Ya Rabb, hari ini Kak Abi ingin pergi. Maka, permudahlah jalannya, lindungilah dia, dan jauhkan dia dari marabahaya. Semoga ia selamat sampai tujuan, Aamiin."
Saat itu, keadaannya hujan masih sangat deras.
Setelah itu, aku pun berbaring di tempat tidurku. Namun, aku tak bisa tidur lagi. Aku pun teringat dengan buku yang diberikan oleh Kak Abi kepadaku. Lalu, aku pun mengambil buku itu dari tasku.
Akupun membaca buku itu, yang berjudul 'Calon Istri Sholeha' aku membacanya sambil tersenyum-senyum, buku tersebut begitu menginspirasi. Setiap halaman penuh dengan pengetahuan dan pemahaman tentang pernikahan yang mendalam.
Buku itu memberikan wawasan yang berharga tentang bagaimana menjadi seorang istri yang shalehah dan berbakti. Ada banyak ilmu-ilmu yang berguna tentang bagaimana membangun hubungan yang harmonis, saling pengertian, dan penuh kasih dalam pernikahan.
"Namun, pada saat aku sedang membacanya, tak sengaja buku itu terjatuh dari tanganku, dan beriringan dengan buku itu jatuh. Aku melihat ada sebuah kertas Vintage keluar dari buku itu. Akupun mengambil kertas itu, lalu aku melihat di kertas itu seperti ada tulisan, dan aku mencoba membaca tulisannya."
Namun, ketika aku membacanya, seketika aku dibuat kaget dengan isi dari tulisan itu!!
Bersambung ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrahku karna-Nya Bukan Karnamu [End]
Teen Fiction~Alesha Khumairah Setiap kita yang sudah berhijrah tentu punya alasan di balik hijrahnya. Apapun itu, jadikanlah Allah yang utama sebagai alasan di balik hijrahmu, agar hatimu tidak kecewa nantinya. ~Muhammad Abi Ghazali Jika engkau mencintai seoran...